Izinkan Aku Memanggilmu Bunda

Di tempat pesta Nicco datang bersama papa Mario, mama Nilam, Dennis, dan sus Tari. Mereka datang lebih awal. Bu Zahra dan pak Adi menyambut mereka dengan ramah.

Papa Adi yang langsung menggendong sang cucu gantengnya dengan setelan jas krem sama dengan sang papa. Nicco mengamati tempat pesta tidak nampak Zaki dan Zidan. Acara dimulai memang masih lama, belum banyak tamu yang datang. Tapi tadi MC mengumumkan acara inti akan ditunda setengah jam. Yah kalau acara ditunda bisa-bisa Dennis rewel kalau sudah ngantuk batin Nicco.

Di sana Nicco bertemu Yuda yang juga menjadi tamu undangan.

"Co, kok Zaki sama Zidan ngga kelihatan ya, masak iya mereka di make up juga, biar kayak dakocan." Canda Yuda.

"Sembarangan aja, mungkin mereka repot persiapan di belakang." kata Nicco membela Zaki dan Zidan.

"Ya kan harusnya mereka menyambut tamu sama orang tuanya di depan." Yuda tak terima.

"Tamunya udah pada masuk sendiri, lo nggak usah repot-repot mikir." kata Nicco yang terus asik dalam obrolan ala lelaki. Tak terasa mereka telah mengobrol cukup lama.

"Co, bocil lo nangis tu!" Yuda memberitahu Nicco kalau Dennis menangis. Dibujuk oma Zahra dan oma Nilam, namun tak mau diam juga.

"Kenapa boy, sini sama papa." Nicco mengambil Dennis dari gendongan oma Nilam.

"Ulang......,papa ayok ulang!" (pulang...papa ayo pulang) Dennis terus merengek minta pulang. Tangisan Dennis semakin keras walaupun grup band memainkan musik cukup keras, tangisan Dennis tak kalah.

"Pulang sama sus ya, diantar sopir, nanti papa nyusul." Bujuk Nicco dan Dennis langsung mengangguk.

"Pa, ma Dennis nggak bisa ikut acara, ni nangis terus, biar pulang dulu sama sus Tari aja." kata Nicco pada mama Zahra dan papa Adi.

"Ya udah gapapa, kayaknya udah ngantuk banget tu." kata mama Zahra padahal dua puluh menit lagi acara dimulai. Nicco mengantar Dennis dan sus Tari sampai di parkiran.

Mama Zahra khawatir, acara sebentar lagi di mulai tapi Zizi dan tiga putranya belum sampai. Sepuluh menit sebelum acara dimulai Zizi, Amel, dan trio Wiguna sampai. Mereka masuk dari pintu alternatif. Mama Zahra langsung memeluk putrinya bersama papa Adi, tangis bahagia pun pecah.

"Terima kasih ya dek akhirnya kamu pulang juga." kata mama Zahra di sela tangisnya.

"Iya ma, maafin aku ya ma, buat mama papa sedih." jawab Zizi yang juga menangis.

"Sudah-sudah kangen-kangennya nanti aja, cepat ganti baju, nggak usah mandi! Kelamaan, aku sama Zidan ke depan dulu, ingat jangan lama-lama!" kata Zaki pada mama dan adiknya.

"Iya dek, mama sudah siapin gaun buat kamu, nanti sekalian minta di make up sama MUA nya."

Amel kembali di benahi make up nya yang agak berantakan, setelah itu ganti Zizi yang dimake up.

Acara inti dimulai dengan Zafran dan Amel memasuki ruangan pesta sambil bergandengan tangan. Mereka duduk di pelaminan yang megah. Suasana pesta yang didominasi warna putih.

Nicco duduk bersama Yuda, Erik, johan, dan teman-teman kantor lainnya, sedangkan papa Mario dan mama Nilam duduk bersama teman sejawatnya.

Mata Nicco terbelalak ketika ekor matanya menangkap sosok yang dia rindukan berjalan menuju mama Zahra.

Wanita yang anggun dengan berbalut gaun warna peach dengan rambut diikat sedikit di atas kepalanya. Seperti tidak percaya, Nicco mengucek matanya.

"Kenapa Co, kelilipan?" tanya Erik jahil.

"Iya, kelilipan wanita idaman, awas nanti biji matanya copot!" kata Yuda pula.

Nicco hanya bengong tak menanggapi omongan kedua asisten sesat itu.

Zizi duduk dengan mama papa dan kedua abangnya. Matanya melirik Nicco yang sedari tadi melihat kearahnya, dan dengan cepat Zizi mengalihkan pandangannya.

"Kenapa ngga ada anak kecil, apa Nicco nggak ngajak putranya?" tanya Zizi dalam hati. Zizi memerhatikan seluruh ruangan mencari sosok kecil namun tak ada.

"Kamu nyari siapa dek?" tanya mama Zahra.

"Eh, e enggak ma, cuma heran aja udah banyak yang berubah, aku pangling." jawab Zizi bohong.

Tiap kali melihat ke arah Nicco mata Nicco tak beralih dari memandangnya, Zizi jadi grogi sendiri.

Acara pesta sangat meriah, teman Zafran ada yang menyubang lagu. Zidan mengerjai Nicco untuk ikut menyumbang satu lagu. Dan Nicco menyanyikan satu lagu romantis barat

"Beauty and The Beast by Ariana Grande and John Legend"😍

Nicco yang mantan anak band di SMA dulu suaranya lumayan merdu, membuat tamu yang hadir terbawa suasana. Selama menyanyi pandangan Nicco tak lepas dari Zizi. Malam ini hatinya sungguh berbunga-bunga. Selama Nicco menyanyikan lagu romantis hati Zizi berdebar tak karuan.

Ketika sampai pada lirik

"Tale as old as time

Song as old as rhyme

Beauty and the Beast"

Para tamu langsung tertawa terlebih Erik, Johan, dan Yuda. Mereka menepuk pundak satu sama lain sambil menunjuk Zafran.

"The beast🤣" Ucap Erik sambil tertawa memegang perutnya.

"HAHAHAHAHA" Gelak tawa Yuda dan Johan terdengar keras di ruangan itu.

Sementara Zafran yang merasa diejek oleh para asisten hanya menatap tajam sambil menggerutu di dalam hati menahan malu.

Tepuk tangan tamu yang hadir saat Nicco selesai bernyanyi.

Saatnya sesi foto-foto, keluarga bergantian foto dengan pengantin, dilanjutkan foto dengan teman dan sahabat. Saat foto dengan saudara pengantin Zaki, Zidan, dan Zizi naik ke tempat pengantin. Zaki berdiri di samping Zafran, Zizi di damping Amel, dan disebelah Zizi ada Zidan. Tapi Zidan mengatakan posisi ini nggak imbang, lalu mengangkat tangannya memanggil Nicco.

Nicco dengan santai naik panggung pengantin. Secara cepat Zidan pindah posisi di samping Zaki memberi tempat pada Nicco di samping Zizi.

Mata Zizi melotot pada Zidan merasa di kerjai. Tangan Nicco meraih jemari Zizi di belakang tubuh mereka.

"Lepas!" bisik Zizi mengeratkan giginya karena geram dengan tingkah Nicco.

"Tidak akan, mulai sekarang aku tidak akan melepasmu lagi." bisik Nicco sambil memamerkan senyum manisnya pada kamera. Zizi mencoba melepaskan tangannya, namun Nicco semakin mengeratkan genggamannya. Nicco tersenyum puas bisa membuat Zizi salah tingkah, hati Zizi berdebar tak karuan.

Zizi kesal pada Zidan yang sengaja memberi ruang pada Nicco.

Nicco turun dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya, dan duduk kembali di tempatnya.

"Wah, orang kalau lagi kasmaran senyum-senyum kayak wong edan!" kata Yuda yang melihat tingkah aneh Nicco.

"Iya, kalau lagi jatuh cinta tai kucing rasanya coklat." Erik menambahi.

"Iya, orang jatuh cinta kayak wong edan, wong edan kui bebas!" kata Nicco sambil tersenyum aneh.

Zizi yang kembali duduk didekat Zidan memukul lengan Zidan sambil manyun.

"Ngeselin banget sih, awas ya!" ancamnya pada Zidan.

"Hatimu jedag-jedug rimex kan deket Nicco?" kata Zidan menggoda Zizi dan Zizi makin jengkel.

"Bang, jangan goda adiknya terus ah, nanti moodnya rusak." kata mama Zahra.

"Lihat ma, muka sama telinganya merah tuh." Zidan makin menggoda adiknya, dan Zizi langsung berdiri menghentakkan kakinya dan pergi ke belakang.

"Tuh kan ngambek, hayo bujuk sana!" kata mama Zahra lagi dan Zidan malah tertawa.

Melihat Zizi melangkah meninggalkan pesta. Nicco segera mengikuti dari belakang. Sesampainya diluar Zizi malah duduk di tangga samping hotel, dan Nicco langsung duduk disampingnya.

"Kenapa keluar, dingin lho!" kata Nicco yang ikut duduk di samping Zizi dan sukses membuat Zizi kaget.

"Ngapain di sini?" tanya Zizi ketus.

"Nemenin kamu." jawab Nicco santai.

"Nggak perlu, masuk aja sana!" Zizi mendorong tubuh Nicco, dan Nicco langsung menangkap tangan Zizi.

"I miss u Izzaz Afkarina, jangan usir aku, nggak kasihan apa? Aku nunggu kamu lama loh."

"Nggak nanya!" kata Zizi ketus.

"Kalau gitu tanya dong, kamu pengin tau apa tentang aku? Hatiku? Cintaku? Sayangku? Atau yang lain? Hmm...?"

"Bisa nggak jangan ganggu?!" kata Zizi lagi sambil berdiri dan hendak pergi, tapi Nicco meraih tangannya.

"Izzaz, aku nggak akan ngelepasin kamu lagi!"

"Tuan Nicco Galaxi, aku tidak suka dipaksa."

"Tapi aku sangat suka melihatmu judes kayak gini, makin cantik." kata Nicco sambil senyum-senyum.

"Orang gila!" Zizi tambah judes dan melangkah meninggalkan Nicco.

"Iya, tergila-gila sama kamu!" teriak Nicco dengan senyum bahagia. Wah kalau begini bisa gila beneran papa boy." kata Nicco dalam hati.

Acara pesta sudah selesai semua tamu pamit untuk pulang, tak terkecuali Nicco, papa, dan mamanya juga pamit untuk pulang. Zizi pulang bersama papa mamanya juga Zaki dan Zidan. Di mobil Zizi ketiduran karena kelelahan, setelah sampai rumah Zaki membopongnya sampai ke kamar.

***

Keluarga Amel sudah masuk kamar masing masing. Amel sudah melepas gaun pengantinnya dengan bantuan sang kakak. Lalu berganti dengan baju tidur dari bahan satin.

Zafran kembali ke kamar hotel setelah menemui teman-temannya. Ketika masuk kamar mendapati sang istri sudah tidur, Zafran tersenyum.

"Amel sayang.....kita ngerjain PR dulu yuk." kata Zafran yang membuat Amel yang pura-pura tidur, menahan tawa dengan kata-kata konyol suaminya.

"Amel nggak lagi sekolah bang."

"PR nya pengantin baru, bikin baby." kata Zafran sambil menaik turunkan alisnya.

"Apa harus sekarang?" tanya Amel sok polos.

"Iya, soalnya prosesnya panjang, sekarang kita nyicil bikin kupingnya dulu, Ok!" bisik Zafran dan langsung memeluk tubuh Amel. Amel tak dapat bergerak, Zafran mengecup kening Amel dengan senyum yang menggoda. Ciuman Zafran turun ke bibir Amel, mulanya lembut makin lama mekin intens. Amel menikmati setiap sentuhan lembut sang suami. Malam itu menjadi malam pertama penyatuan cinta mereka.