"Lo gak seistemewah itu."
"Kalau begitu jangan ikut campur urusan gue!."
^-^
Karelio Nathanael
Mantan terberengsek sekaligus mantan terindah bagi Desya.
Mereka sudah berstatus mantan, tetapi tetap saja cowok itu berkeliaran di sekitar Desya seakan Desya adalah pusat hidupnya.
Adesya Sakura Atmaja
Julukan Queen Bee juga sesuai dengan arti nama Adesya 'anak perempuan raja', Bukan hanya dari keluarga old money, Desya juga cantik dan mempunyai otak yang diatas rata-rata sehingga dia selalu dieluh-eluhkan.
Desya mempunyai saudara kembar yang supportif dan menjadi garda terdepan untuknya.
Elio merasa Desya, perempuan yang terlalu sempurna untuk Elio yang bukan siapa-siapa.
________
Dan cerita ini tentang Desya dan orang-orang yang memiliki peran penting dihidupnya. Bahkan sosok Elio yang hanya mantan, susah untuk dihilangkan dari ingatan karena susah untuk di enyahkan.
"As you wish, terserah kamu mau apa!."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Unik Muaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hubungan
Semua orang sudah sibuk dengan aktifitas masing-masing, Elio batu saja keluar kamar dengan rambut basahnya, hari ini dia tidak sekolah karena baru tidur jam dua dini hari.
Seandainya perutnya yang tidak keroncongan, Elio lebih memilih melanjutkan tidur hingga nanti sore.
Sebelum sampai kedapur, langkah Elio tidak secepat sebelumnya kala mendengar suara Savira yang sedang berbicara dengan seseorang disebrang sana. Pada awalnya tidak bermaksud untuk menguping, namun setelah mendengar namanya disebut-sebut, Elio memeilih menghentikan langkahnya tidak jauh dari sana.
"Mami hik hik .... Ini udah hampir setahun ... Hik .. Hik ... Kak Karelio udah besar, adek kan masih kecil Mami!, kenapa pulangnya bentar bentar doaaaanngggg!."
Terdengar helaan nafas Savira yang merespon celotehan kekesalan penuh protesan itu.
Sepertinya itu anak Ibu."
Elio membatin, dan melangkah mendekat, menatap pantulan wajah Savir dari kaca yang terpajang tidak begitu jauh dari tempat wanita itu berdiri.
"Kita pasti sama-sama lagi, tunggu Mami bisa bujuk Kak Karelio untuk tinggal bersama kita ya cantik."
"Bohong!."
Ucapan penuh kelembutan Savira dibalas dengan pekikan dan disusul dengan suara raungan menangis seorang anak perempuan.
"Mami sudah mengatakan itu berkali-kali!, tapi itu kapan Mami!!!!."
Ada kesedihan yang mendalam yang dapat Elio tangkap dari suara itu, memanvnya siapa yang mau berpisah dengan seorang ibu. Lagi-lagi Elio hanya mampu membatin.
Tangan Savira yang tadinya memotong buah melon terhenti, memalingkan muka kesamping dengan mengggigit bibir bawahnya, kali ini tidak lagi menatap layar ponselnya yang masih terhubung via vidio call dengan sang anak disebrang sana.
"Adek kalau masih bentak-bentak Mami gitu gak akan Kak Amora kasih izin nelpon Mami lagi" terdengar suara lain.
"Eca gak bentak kok, Eca kan nangis gak bentak Mami enggak."
Elio akhirnya memutuskan untuk menghampiri Savira dan berdiri tepat dibelakang wanita itu sehingga wajahnya dapat ditangkap oleh kamera ponsel.
Savira yang melihat Elio dibelakangnya melalui layar ponselnya menoleh kesamping.
Sedangkan kedua anak Savira disebrang berteriak-teriak heboh memanggil-manggil nama Elio.
"Kak Karelio!."
"Halo Kak!."
"Kakak apa kabar!."
"Kak Mora minggir dulu, Eca nanti gak keliatan sama Kak Karelio!."
Elio terkekeh melihat keributan disana, meraih ponsel Savira dan membawanya kearah meja makan, menyandarkan ponsel itu pada keranjang yang berisi buah agar berdiri tegak.
Terlihat dua orang gadis kecil sedang bertengkar, membuat Elio semakin melebarkan senyumannya.
"Hai Amora, hai Eca" sapa Elio menghentikan keributan dua anak itu.
Dan itu berhasil, dia anak itu terdiam, saling tatap satu sama lain sebelum memekik kegirangan karena Elio mengetahui nama mereka berdua.
Kembali pada Savira yang tertegun menatap Elio dari dapur dengan senyum lebar dibibirnya.
Setiap dua kali dalam sebulan, Savira akan pulang tiga sampai empat hari untuk menemui dua putrinya. Minggu ini dia tidak pulang untuk menemui keduanya seperti biasanya, karena Savira merasa berat meninggalkan Elio yang baru saja bertengkar dengan Kevano.
Sejak delapan bulan lalu ini pertama kali Elio memergoki Savira sedang menghubungi kedua putrinya, Savira pikir Elio masih tidur dikamar, maka dari itu dia berani mengangkat vidio call dan Amora, putrinya.
^-^
"Lo emangnya gak takut kepergok guru sekolah lo?, tadi gak sekolah sekarang malah nongkrong disini."
Taya tidak habis pikir dengan Desya yang tiba-tiba datang merecokinya dan Aksa yang sedang nongkrong alis kencan disebuah cafee tempat biasanya. Padahal kata Gigi dan Yunita, Desya tidak masuk sekolah tadi, karena demam.
Disamping Taya ada Aksa yang menatap sang kekasih dengan datar, bisa Aksa tebak jika Desya dapat mengetahui mereka berdua karena melihat postingan yang Taya yang gadis itu unggah diakun instanya.
"Kan tadi yang deman, sekarang kan udah enggak" jawab Desya dengan cueknya.
Taya hanya mampu menghela nafas, "terus ngapain lo kesini?, ganggu kita pacaran."
Lagi-lagi dengan cueknya Desya mengangkat kedua bahunya.
Meski baru dua tahunan Taya mengenal Desya, dia sudah bisa mengetahui jika ada yanga salah dengan Desya kali ini. Taya menggeser minumannya kesamping, mencoba fokus menatap Desya yang duduk didepannya dengan diam menatap keluar jendela.
"Taya" panggil Desya, tapi tatapan Desya masih saja menatap keluar. "Aksa kan pacar pertama lo, lo juga pernah bilang kalau dia cinta pertama lo."
Wajah Taya memerah mendengarnya, bahkan dia menunduk malu.
Sedangkan Aksa malah menyanggah kepalanya sambil menatap kesamping pada Taya, ini pertama kali dia mengetahui hal itu.
"Sama kayak gue ke Elio" lanjut Desya, kali ini terdengar lirih.
Senyum Aksa menghilang seketika, Taya kembali menatap Desya lalu melirik Aksa yang ternyata menatap Desya juga.
"Lo pernah gak ngebayangin kalau bisa bersama Aksa sampek nikah, punya akan dan mati bareng?."
Desya kali ini menoleh, menatap lekat pada Taya, seakan meminta Taya untuk menjawab pertanyaanya dengan serius.
Taya tidak mengatakan apapun, dia hanya diam tertegun dengan pertanyaan Desya.
Karena tidak mendapat jawaban dari Taya, Desya menoleh menatap Aksa. "Kalau lo gimana?" Kali ini Desya bertanya pada Aksa, "pasti gak pernah ya?. Iya sih, kan kita masih SMA, mungin emang gue ya yang mikirnya kejauhan, pada hal pacaran waktu SMA kan sebenarnya untuk main-main."
"Gak semuanya" bantah Aksa.
Bukan hanya Desya, Taya juga menoleh kesamping menatap sang pacar dengan kening mengerut dan dada yang bergemuruh.
"Gak semua orang berfikir pacaran waktu SMA itu untuk main-main, ada juga yang berfikir seperti apa yang lo pikirin" lanjut Aska. Sebelah tangan Aksa merangkul bahu Taya, "kalau gue jujur gak pernah mikir jauh kayak lo. Gue pacaran ama Taya karena nyaman aja ama dia, biarin aja hubungan ini ngalir sampai mana. Kalau jodoh ya nikah, kalau enggak ya mau gimana lagi. Kita hanya pion-Nya, yang nentuin semua kan diatas."
Meski jawaban Aksa tidak memuaskan, Taya tersenyum mendengar jawaban itu, jawaban yang sangat amat menggambarkan Aksa, tidak suka berfikir ribet.
Beda halnya dengan raut wajah Desya yang tak dapat Taya baca kali ini.
"Lo deketin Taya karena nyaman?."
Kepala Aksa mengangguk tampa ragu.
"Jika seandainya status keluarga lo gak setara dengan Taya, lo gak akan deketin dia dan ngajak pacaran kan?."
Kening Aksa mengerut mendengarnya, begitu juga Taya.
Pertanyaan yang dilontarkan Desya kali ini benar-benar tidak pernah terbesit sedetik pun dalam benak keduanya.
"Loe kena ..."
"Sebenarnya apa hubungan lo dan Elio?."
Bahkan pertanyaan Desya kali ini berhasil membuat Taya bungkam.
"Gue semalem gak bener-bener tidur, gue ngeliat loe dipeluk sama Mama Elio, bahkan interaksi kalian terlihat cukup dekat bukan hanya sekedar kenalan teman anak mereka."
Taya terdiam cukup lama, hingga Aksa diam-diam menggenggam tangan Taya dibawah meja.
Taya berdecak lalu menghela nafas, "gue sepupu Elio dan Kevano. Gue adalah anak dari ..."
"Jadi lo tau kalau Elio bukan anak kandung keluarga Baskara?" Potong Desya, lagi-lagi memotong perkataan Taya
"Apa?" Taya terkejut dengan mata membulat.
Bahkan Aksa terbelalak menatap Desya tak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Bukannya kalian sepupuan?" Desya dengan santai meminum orange jusnya. "Gak mungkin lo gak tau kalau dia bukan kembaran Kevano."
^-^