Ellios atau Kai??
bagaimana jika dua jiwa itu ada dalam satu nyawa?
penyamaran yang awal nya dibuat untuk sekedar candaan, tiba-tiba berubah menjadi sebuah pilihan penting dalam hidup nya.
semua karena "CINTA"!
ya, itulah alasan kenapa tubuh itu harus memilih jiwa mana yang akan dia pertahankan.
akankah sebuah cinta menemui jalan nya?,
atau justru takdir yang akan menyeretnya pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clayra sarka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
novan terkapar
"untuk apa ini dik?"
"untuk bayaran ini"
"apa yang kamu dapat dari saya? obat? vitamin? suntikan? tidak bukan? lalu apa yang akan kau bayar? saya tidak mau memakan gaji buta dik"
dengan lembut uluran tangan ku dikembalikan begitu saja. dia menolak terang terangan atas uang yang aku berikan padanya.
"anggap ini untuk menukar waktu dokter"
"tidak. saya hanya berlaku sewajarnya sebagai dokter. ambil lah uang itu dan kembalikan pada kedua orang tuamu"
"benar ini gratis dok?"
"iya. simpan saja uang nya"
dokter Kafi lagi lagi tersenyum ramah kearah ku. dan kali ini dia berjalan kembali ke kursinya. aku yang hanya mengekor dibelakang nya kini memilih tidak sampai ikut duduk lagi, karena niatku setelah ini akan langsung pamit dan kembali ke kontrakan.
"dok, jika begitu saya pamit dulu. sebelumnya tetap saya ucapkan terimakasih untuk waktunya dan permintaan maaf saya karena hal ini"
"sama sama dik. semoga harimu menyenangkan kedepan nya"
kami saling menukar senyuman sebelum menutup pertemuan kita hari ini.
akhirnya setelah urusan ku di tempat ini selesai, akupun melanjutkan tujuan ku untuk segera pulang ke kontrakan. tapi sebelum itu aku lebih dulu singgah di warung tegal yang tak jauh dari arah kontrakan. karena mulai saat ini aku harus mandiri dalam hal apapun. termasuk memenuhi makan dan kebutuhan lainnya.
singkat nya aku sudah kembali ke rumah baru ku dengan membawa 1 bungkus nasi dan beberapa lauk pilihan ku tadi. meski sederhana, tapi seperti nya makanan ini cukup menggugah selera, apalagi aroma sate nya.
pintu langsung kubuka dan sengaja kubiarkan tetap terbuka. kesejukan rumah ini memang patut dirayakan. meski suasana masih panas terik, tapi udara yang dihasilkan sangatlah segar.
aku langsung duduk di ruang tamu dan segera membuka nasi bungkus ini. rasanya cacing di perut sudah berteriak ingin meminta asupan makanan. tanpa membuang waktu lagi dengan lahap nya aku mulai menikmati suapan demi suapan nasi yang ku makan. sederhana tapi enak. sepertinya disana akan menjadi warung langganan ku selama aku tidak memasak.
Drrt.... Drrttt.....
"waktu yang tidak tepat!!"
umpatku ketika ponsel ini berbunyi di waktu yang tidak kuharapkan.
Drrtt.... Drttt....
karena getaran itu masih saja berbunyi, akhirnya aku putuskan untuk melirik kearah layar ponsel.
"ck!! mengganggu saj... Egi???"
aku langsung menghentikan makan ku dan terdiam beberapa detik.
"ada apa dia menghubungiku siang siang begini? bukankah dia tau jika waktu komunikasi kita terbatas?"
[ada apa]
[KAI GAWAT KAAAIIII!!!!!!]
suara Egi sangat nyaring dan keras mengisi gendang telingaku ini. sialnya aku lupa menurunkan volume panggilan itu lebih dulu.
[kau bisa kecilkan suaramu!!]
[TIDAK BISA KAI. INI SANGAT GAWAT!!!]
[jangan berbelit belit! katakan!]
[Novan Kai si Novan]
[ada apa dengan nya?]
[Novan kecelakaan Kai]
[APA????]
yang mulanya aku duduk seraya tengah menikmati makanan ku, kini aku pun spontan berdiri dan sedikit tertegun dengan kabar ini.
[Novan ditemukan terkapar di jalanan tak jauh dari bandara. luka dia....]
[katakan!! sekarang dia dimana?]
[rumah sakit Arum Dalu, kamar melati nomer 1 VVIP]
[aku kesana sekarang!]
[jangan!!!]
langkah ku yang hendak menuju kamar tiba tiba langsung terhenti saat mendengar jawaban Egi yang terdengar jauh diluar perkiraan ku.
[apa maksudmu Gi!!]
[Novan melarang kita datang!! jangan kan elo yang tempatnya jauh dari rumah sakit itu, Rama saja yang sangat dekat dengan Arum Dalu dilarang datang menjenguk nya Kai!]
[aku tidak mengerti jalan pikiran Novan]
[gue ngga tau pasti apa alasan dia melarang kita datang. tapi sebelum Novan dipindahkan ke ruang operasi dia sempat amanatin itu ke gue. satu diantara kita jangan sampai memunculkan diri di rumah sakit!]
[alasan tidak normal]
[itulah kenapa gue ngehubungin elu tong. buru datang ke rumahku sekarang. kita bahas ini sama sama. Rama dan Lucas sudah hampir sampai]
[20 menit lagi aku sampai]
tutt....
aku langsung memutuskan panggilan itu sepihak. niatku pun langsung berubah tujuan seketika. rasanya tidak ada lagi nafsu makan setelah mendengar keadaan Novan, pilihanku berubah menjadi ingin segera membersihkan tubuhku dan langsung pergi ke kediaman Egi.
*****
POV AUTHOR
1 jam kemudian
kita beralih ke suatu tempat diluar dari permasalahan Ellios dan geng nya.
2 sosok manusia terlihat berdiri tepat di ruang tamu, satu laki laki yang tengah memakai jersey bola lengkap dengan atribut lainnya, dan satu sosok wanita tengah memakai dress selutut bermotif flora lengkap dengan bandana dan bentuk rambut yang dia kepang menjadi satu diarahkan ke belakang. gadis ini juga tengah menenteng sebuah sling bag kecil yang tergantung di satu pundak nya.
"kau mau kemana?"
Reygan melirik sang gadis dari sudut atas sampai detail ke bawah.
"bukan urusan mu"
"kau lupa aku siapa mu?"
"jangan membuatku muak dengan semua aturan yang kau buat sendiri!"
dengan sangat dingin wanita itu membalas tatapan Reygan. bahkan setelah mengatakan hal itu, gadis tadi begitu saja pergi dari hadapan Rey tanpa sepatah kata lagi.
merasa kehadiran nya diabaikan, Reygan langsung lah menyusul gadis tadi yang sudah berada di luar rumah.
"tunggu Star,!!!"
Rey masih mencoba meneriaki sosok tadi yang ternyata sudah mencapai gerbang depan.
sedikit berlari Reygan menyusul nya dan....
"tunggu kataku!! kau mau kemana?? kau lupa amanat mama?"
akhirnya dengan usahanya, Rey berhasil menangkap satu tangan gadis tadi sebelum dia berlalu kedalam mobil biru berlabel taxi yang ternyata sudah menunggunya di depan gerbang.
"jika kau ingin mengadukan hal ini silahkan, aku sudah muak dengan aturan kalian"
Klapp!!!
tangan Rey dilepas dengan paksa dan terdengar pintu mobil terbanting lumayan keras, tepat di depan Reygan berdiri.
"jalan pak"
"baik mbak"
dengan kaca belakang yang masih terbuka, Rey bisa melihat gadis itu mengintruksikan pada sang supir agar mulai menjalankan mobil tersebut.
"Starla!!!"
lagi dan lagi segala ucapan Rey hanyalah angin lalu yang tidak akan pernah di dengar oleh sang pemilik nama. bahkan sampai mobil tadi sudah menghilang di tikungan jalan, Rey masih saja berdiri dengan wajah yang masih sendu menatap kepergian nya.
"mau sampai kapan kita seperti ini Starla? kau tidak memberiku kesempatan untuk menjelaskan nya"
lirih namun sangat jelas ucapan Reygan dia tunjukan pada sosok gadis tadi.
*****
disisi lain,
sebuah ruang bawah tanah yang sudah dihuni oleh 4 sosok sekaligus yang tengah duduk melingkar disebuah sofa kecil di dekat meja billiard. mereka saling memasang wajah serius nya dengan saling melempar tatapan satu sama lain.
diantara ke 3 laki laki yang sejak tadi melayangkan banyak perbincangan, 1 gadis tomboy ini hanya memilih diam dan menatap kosong kearah meja didepan nya.
"jika hanya diam disini, kita tidak akan tau alasan Novan menempatkan kita diposisi ini"
tiba tiba Ellios bangkit dan meraih jaket kulitnya yang sejak tadi dia letakan di meja.
"Ell kau mau kemana?"
"aku pilih menentang larangan Novan! aku akan datang menemuinya. tidak peduli apa yang akan terjadi nantinya!"
"tunggu!!"
Rama ikut bangkit dan menahan lengan Kai
"aku ikut! tapi kita jangan pergi sekarang!"
"apa maksudmu Ram?"
"tunggu sampai petang datang. setidak nya gerak kita lumayan samar. jika pun ada mata mata mereka akan sedikit teralihkan"
melihat ke 2 sahabatnya membicarakan hal penting tanpa melibatkan dirinya, jelas saja Egi dan Lucas ikut menimpali pernyataan mereka.
"kalian mau bergerak sendiri? seenak nya. gua ikut!!!"
tegas Lucas
"he anying! gue juga disini!! ajak gue napa sih?"
"kita berangkat setelah adzan magrib"
"setuju Ram"
"berikan aku sebatang rokok"
Kai kembali meletakan jaketnya dan kini malah meminta sesuatu kearah Egi.
"wait.."
tanpa banyak pertanyaan lagi Egi langsung berjalan kearah laci kecil yang terletak tak jauh dari pintu ruangan.
"nih. abisin dah"
bukan lagi hanya sebatang, namun Egi dengan cuma cuma memberikan satu bungkus rokok yang masih utuh lengkap dengan pematik nya.
"aku keluar dulu"
setelah mengatakan hal itu, Kai begitu saja berjalan menuju pintu utama.
ke 3 laki laki yang masih berada di dalam ruangan hanya tersenyum manis seolah sudah tau apa yang akan dilakukan satu sahabat wanita nya tersebut
"alamat dah kalo bocah itu udah nyebat"
Egi hanya menyilangkan kedua tangan nya seraya menggeleng pelan melihat pintu di ruang bawah tanah yang sudah tertutup kembali.
"itu tugas kita. sama sama kita jaga dia! kau tau jika dia marah bagaimana?"
"tenang aja Ram. gue bakal jaga dia sekuat gue. apalagi ancaman Novan kek nya serius"
"sstt... jangan di bahas! jika Kai sampai tau mati lah kita!"
Egi langsung melotot tajam kearah Lucas yang juga langsung menutup mulutnya sendiri.
"tapi tetap awasi ruangan Novan!"
"tenang saja Ram. anak anak udah gue tugasin jaga bergantian"
"emang sialan itu Antoni. awas saja sampai ini terbukti ulah nya. bakal abis dia ditangan ku!"
Lucas dengan geram mengepalkan satu bogeman ke telapak tangan nya sendiri.
"aku juga masih menyelidiki hal ini. meski kemungkinan kecil jika ini ulah nya"
pungkas Rama yang akhirnya ikut berjalan kearah pintu dan hendak menyusul kepergian Kai.
"memang pilihan paling benar di situasi seperti ini adalah nyebat! ikut Kai ah gue"
"ikuuuuttttttt dong abang..."
"najis!!!!"
"bahahaha......"
akhirnya ke 3 nya memutuskan berjalan keluar dari ruangan bawah tanah tersebut.
"lah dimana itu bocah??"
sampainya di halaman belakang rumah Egi mereka saling mengedarkan pandangan mencari sosok gadis yang tadi bersama nya.
"kita pencar saja. gue akan cari di halaman samping. kalian nyebar di bagian depan"
"okelah. ayo Ram cabut!!"
Egi lebih dulu berjalan menyusuri halaman samping rumah nya, sedangkan Rama dan Lucas mendapat bagian memeriksa daerah bagian depan.
beberapa menit kemudian mereka tetap saja mencari mencari keberadaan Kai, namun usaha itu sepertinya tidak membuahkan hasil. Rama dan Lucas tetap tidak menemukan Kai di tempat ini.
"Ram.. Ram, sialan! kita kecolongan Ram!!!"
seru Lucas yang dengan tiba tiba menepuk bahu Rama dengan keras.