⚠️WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA⚠️
Pernikahan yang tidak didasari oleh rasa cinta memang sangat sulit untuk dijalani. Apalagi dengan seorang yang sudah dianggap sebagai musuh sendiri. Seperti itulah kisah Cassie dan Gavino. Dua orang yang harus terjebak dalam status suami-istri karena perjanjian keluarga mereka. Mampukah mereka mewujudkan pernikahan yang bahagia?
Cassie hanya ingin mengukir kebahagiaan nya.Namun apakah ia bisa di tengah kehidupan yang begitu kejam? Bisakan ia bertahan dengan Gavino Zachary Bramasta?
Start: 8 Juli 2024
End:
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heninganmalam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33 - Death Game
Rencana untuk berlibur di villa milik Jimmy sebenarnya adalah rencana Lily untuk memperbaiki hubungan Celline dan Dey. Ia tak ingin sahabatnya kehilangan cinta pertamanya. Jadi disinilah mereka sekarang, di villa bergaya modern yang terletak tak jauh dari pusat kota.
Ditemani oleh beer dan beberapa makanan ringan, keenam orang itu menghabiskan malam mereka dengan memainkan game dan mengobrol banyak hal. Tentu saja dengan Celline dan Dey yang tak banyak bicara. Kedua orang itu sepertinya masih canggung.
“Kalian sebenernya putus kenapa sih? Nggak bisa diomongin baik-baik aja?” tanya Cassie yang sudah tak tahan. Sungguh ia tak tahan melihat kecanggungan itu.
Namun Celline yang sudah kesal pun melirik Dey dan berkata, “Tanya aja sama yang bersangkutan kenapa nggak bisa diomongin baik-baik.”
“Apa? Kan kamu yang putusin aku, harusnya kamu yang jelasin. Aku kan maunya juga baik-baik aja.”
Bau pertengkaran sudah mulai tercium sekarang. Villa ini bisa menjadi saksi perang dunia ke tiga jika Jimmy tak berbicara, “Stop-stop kalian bisa lanjutin perangnya nanti, sekarang lebih baik kita main game aja.”
“Game apa?” beo Cassie.
“Truth or dare. Dah lama nggak main itu kan,” jawab Jimmy menaik turunkan alisnya.
Cassie melotot dan melempar snack yang tengah ia makan kepada Jimmy, “Big no! Trauma gue gara-gara lo sama Dey. Nggak!”
Gavino yang mulai penasaran dengan apa yang terjadi pada istrinya dan kedua teman laki-lakinya itu pun menatap Cassie, “Lo trauma kenapa?” tanyanya.
“Kok manggilnya masih gue-lo sih,” protes Lily membuat Gavino mendesah kesal.
“Ly… bisa nggak protesnya nanti aja, gue lagi tanya serius ini,” kesal Gavino.
Melihat wanita tersayangnya dimarahi membuat Jimmy menatap Gavino tak suka, “Kok lo jadi marahin Lily gue?! Kalo lo kepo yaudah kita main tod aja biar lo bisa nanyain itu sama istri lo.”
“Oke kita main tod,” tegas Gavino.
Sebenarnya Cassie masih menolak permainan itu namun ia tak memiliki pilihan lain daripada harus menjelaskannya pada Gavino. Jika bermain sekarang setidaknya ia dapat berdoa agar botol beer itu tak menunjuknya. Ia tak ingin menceritakan tentang hal memalukan yang ia lakukan pada Gavino waktu itu.
“Oke, gue puter ya,” ucap Jimmy dan memutar botol beer itu.
Beberapa saat kemudian botol beer yang Jimmy putar berhenti di hadapannya sendiri. Hal itu membuat Cassie tersenyum licik, “Truth or dare, dude?” tanyanya.
“Truth,” jawab Jimmy dengan yakin. Ia tak memiliki rahasia apapun jadi ia tak takut sama sekali.
“Do you love me?” sergap Lily dengan pertanyaannya.
Pertanyaan itu membuat Cassie kesal dan menatap wanita itu dengan tajam, “Lily, pertanyaan apa kek gitu?! Gue baru mau nanyain hal yang lebih penting tapi lo malah ngeduluin gue,” protesnya membuat Lily menunduk lesu.
Jimmy menggeleng dan menutup mulut Cassie dengan telunjuknya, “Sssttt… jangan nyalahin my Lily dong,” tegurnya lalu menarik wajah Lily agar menatapnya, “I love you so much,” lanjutnya dan mencium bibir Lily hingga membuat wanita itu tersipu.
Semua orang yang ada di ruangan itu pun berbondong-bondong melempari Jimmy dengan jajan yang mereka miliki, “Dasar buaya!” cibir Cassie dan Celline bersamaan.
Namun Jimmy tetaplah Jimmy yang akan tersenyum tengil, “Kenapa sih kalian mau juga gue cium?” tanyanya menaik turunkan alis.
Spontan Gavino dan Dey memberikan tatapan tajamnya pada Jimmy sehingga membuat pria itu mengangkat dua jarinya, “Peace bro, gue cuma bercanda kok tenang aja.”
“Udah-udah lanjut aja,” ucap Celline dan memutar botol beer.
Kali ini botol beer itu berhenti dihadapan Cassie, membuat semua orang senang kecuali Cassie tentunya, “Dare, gue pilih dare,” sergapnya. Ia tak ingin memilih truth.
Namun Gavino menggelengkan kepalanya, “Khusus buat lo nggak ada dare. Adanya truth jadi cepet jelasin lo trauma kenapa?”
Shit! Cassie sungguh tak mau menjelaskannya. Ia mengedarkan pandangannya dan berakhir pada gelas Gavino yang masih penuh dengan beer. Dengan cepat ia mengambil gelas itu dan meminumnya. Namun ia lupa jika ia tak boleh minum beer karena kehamilannya.
“Babe!” bentak Gavino, “Kok lo minum beer?”
“Yah Gav, maaf… gue lupa. Gue kan cuma nggak mau jawab pertanyaan lo makanya gue minum. Kelepasan hehe,” elaknya.
Namun Gavino tak dapat menerima alasan itu, “Lo lupa kalo lo lagi hamil?! Kalau anak kita ada apa-apa gimana? Lo ya… kita ke rumah sakit sekarang!”
“Udah-udah,” lerai Dey, “Cuma segelas doang nggak akan bikin istri lo kenapa-napa, percaya sama gue.”
Cassie mengangguk mengiyakan. Ia pun mengalungkan tangannya pada lengan Gavino dan menatap pria itu, “Anak kita gapapa kok, jangan marah ya,” rayunya.
Berhasil, Gavino hanya menghembuskan napasnya, “Gue maafin.”
Pernyataan Gavino membuat semua orang menghembuskan napasnya lega. Kemudian mereka pun kembali melanjutkan permainan itu. Kali ini Cassie yang memutar botol beer hingga berakhir di hadapan Celline.
“Yeayy!!” teriak Lily.
Entah mengapa wanita itu begitu senang ketika Celline yang mendapatkan giliran hingga membuatnya heran, “Seneng banget lo gue kena,” ucap Celline.
Lily mengangguk, “Iya dong, cepetan lo pilih truth ato dare??”
Wanita itu berpikir sebentar kemudian menjawab, “Dare.”
Dalam hati Lily sudah loncat-loncat karena jawaban Celline sesuai dengan apa yang ia inginkan, “Oke, dare buat lo adalah kiss him now,” ucapnya seraya menunjuk Dey.
Dey yang sedang meminum beernya pun sampai tersedak. Begitupun Celline yang membeku. Ia tak tau harus apa sekarang. Jika saja ia masih memiliki hubungan dengan Dey mungkin ia akan dengan senang hati mencium pria itu bahkan melumatnya hingga bengkak. Namun sekarang mereka hanyalah mantan.
Celline menatap keempat temannya bergantian sebelum mengambil botol beer dan menuangkannya pada gelas. Namun ketika ia hendak mengambil gelasnya, Dey tiba-tiba menarik tengkuknya dan melumat bibirnya.
Hal itu tak luput dari perhatian semua orang. Keempat orang itu seperti menonton film romansa yang membuat mereka iri. Dengan ke-iri-annya, Gavino menarik Cassie menuju kamar mereka. Menjatuhkan wanita itu di atas kasur dan menindihnya.
"Gue mau juga."
Cassie mengernyitkan dahinya, "Lo mau apa?"
"Kiss."
"Nggak ah," tolak Cassie. "Kan bukan giliran gue dapet dare. Makanya kalau mau gue lakuin itu harusnya lo biarin gue milih dare tadi terus lo minta itu. Kalau sekarang mah udah nggak bisa. Kesempatan nggak dateng dua kali."
"Cas.. lo tega sama suami lo sendiri??"
"Tega."
"No! Lo nggak boleh tega," ucap Gavino dan melumat bibir Cassie tanpa permisi. Mengabsen setiap gigi Cassie. Menyatukan lidah mereka untuk beberapa menit.
Cassie yang sudah mulai kehabisan napas memukul punggung Gavino agar menghentikannya,
"Lo ya..."
Dekripsi suasana hati, tempat baik nya lebih di perjelas. Jangan hanya menekankan emosi perkarakternya saja.
Ceritanya sebetulnya Menarik, bisa dinikmati. Cuma sayang aja penggambarannya kurang jelas, Dari bab sekian yg udah kubaca, tiap muncul problem selalunya udah segitu aja, gak di perpanjang. Jadi kesannya kaya kurang pas gitu, lebih di olah lagi biar Kita yg baca beneran geregetan. /Pray//Smile/
dekripsi, alur, gaya menulis, sama peran perkarakternya itu bagus lohh.
Kulihat, ini tipikal novel yg alurnya cepat yaa.
Lanjutin Terus semangat /Good//Smile/