sudah jatuh tertimpa tangga, itulah istilah yang tepat bagi nasib Ridho seorang pemuda miskin.
Baru beberapa hari di tinggal mati ayah nya Intan sang kekasih memutuskan hubungan cinta mereka, dan memilih kawin dengan pemuda kaya dari kota.
Dalam kehancuran hati nya, Ridho pergi ke kota, membawa peruntungan nasib nya.
Di kota, takdir membawa nya harus menikahi Anastasya seorang dara cantik, namun sangat angkuh dan arogan.
Anastasya yang tidak menyukai Ridho, berusaha menyingkirkan pemuda itu dari kehidupan nya.
Disaat hati Ridho mulai putus asa, muncul Rita yang memberi nya semangat hidup dan bangkit kembali.
Namun di saat Ridho dan Rita mulai akrab, justru benih cinta mulai bersemi di hati Anastasya.
Bagai mana Ridho mengatasi kedua nya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Rita.
Di kamar nya setelah mandi, Anastasya berdandan di depan meja rias nya, lalu mengenakan gaun tidur nya, sementara itu, Ridho menunaikan sholat isya yang terlambat dia laksanakan tadi.
Setelah selesai menunaikan ibadah sholat isya, Ridho masuk ke kamar Anastasya.
Nampak gadis itu sedang mengutak atik handphone yang baru dia beli tadi.
Dengan muka manyun, dia menyodorkan handphone yang baru di beli tadi ke tangan Ridho.
"Mulai sekarang, kau pakai handphone ini, kopelan dengan punya ku, maaf aku membuka handphone mu tadi, semua photo sudah ku salin ke kartu memori, nomor ku juga sudah ada di situ" kata Anastasya hambar.
Ridho yang peka, merasa pasti ada yang salah lagi dengan gadis aneh ini.
Dia segera meletakan handphone nya diatas tempat tidur, duduk di dekat gadis itu.
Namun Anastasya bergeser menjauhi, dan duduk agak membelakangi nya.
Kembali Ridho mendekat, kembali pula gadis itu menjauh.
"Heeh!, apakah penyakit nya kambuh lagi ya?, baru sedetik yang lalu baik, kini manyun lagi " batin Ridho.
Kembali Ridho bergeser kedekat Anastasya , dan Anastasya bergeser menjauh, hingga saat tiba di ujung tempat tidur, gadis itu bangkit, lalu duduk di sudut kamar.
Ridho juga bangkit lalu duduk disudut kamar sambil menarik gadis itu kedalam rangkulan nya.
Sedetik kemudian terdengar suara tawa gadis itu memecah keheningan sambil membenamkan wajah nya di dada Ridho.
Ridho menarik tubuh Anastasya, dan duduk di atas tempat tidur.
"Manyun lagi, kenapa sih?" tanya Ridho sambil menarik dagu Anastasya agar menatap kearah nya.
Tawa Anastasya berderai sambil membenamkan wajah nya di dada anak muda itu.
"Aku lagi cemburu, tau?" kata Anastasya malu malu.
"Cemburu apa lagi sih?" tanya Ridho.
"Gadis cantik berjilbab yang jadi wallpaper handphone mu itu, dia cantik sekali, wajah nya seperti gadis Arabia" ujar Anastasya.
"Kalau kau tidak suka, kau boleh mengganti nya kok" Ridho berusaha mengalah, dia tahu meskipun usia Anastasya lebih tua dua tahun dari nya tetapi karena Ridho dari awal terlatih hidup mandiri tanpa ibu, sehingga kedewasaan nya lebih matang dari usia nya, sedangkan Anastasya ini, karena hidup dalam kemanjaan, sehingga jiwa nya lebih muda dari usia nya.
"Benarkah?" tanya Anastasya menatap kewajah Ridho, mencari kepastian.
"Ya iyalah" sahut Ridho.
"Baiklah, ke sinilah kamu, duduk di dekat ku" pinta Anastasya sambil mengambil handphone Ridho.
Anastasya menempelkan pipi nya pada pipi Ridho, lalu memotret nya dengan handphone Ridho. Lantas menggantikan wallpaper dengan photo mereka.
Begitu juga dengan handphone nya sendiri, wallpaper photo itu yang dia pakai.
"Seluruh data di handphone yang lama sudah ku pindah ke handphone baru, serta data mu di handphone lama sudah ku hapus semua" ujar Anastasya menyerahkan handphone Ridho.
Ridho melihat di daftar panggilan, ada nama My Wife.
"Bagus kan?" tanya Anastasya.
"Ya bagus, cantik juga!" jawab Ridho.
"Lihat handphone punya ku juga sama kan?" Anastasya memperlihatkan handphone nya.
Ridho menerima handphone Anastasya, dan melihat disana ada nama My Husband.
Ridho menyerahkan handphone Anastasya kembali, lalu bangkit berdiri.
Namun Anastasya menangkap tangan nya, menarik nya agar duduk kembali.
"Do!" panggil nya.
"Hm!" ....
"Tasya lebih suka Ridho yang dulu, Ridho yang pertama kali kita bertemu, Ridho yang berangasan, Ridho yang suka main sosor sana sini!" ucap dara itu tertunduk malu.
"Jadi? Kau mau di sosor lagi?" tanya Ridho.
Anastasya tidak menjawab nya, hanya kepalanya saja yang mengangguk dengan pipi bersemu merah, karena malu.
Ridho mengangkat kepala gadis itu, lalu melumat bibir nya.
Beberapa saat Anastasya terdiam kaku, lalu perlahan mulai mengimbangi permainan Ridho hingga nafas mereka tersengal sengal kehabisan udara.
"Mulai kini, tidur di sini saja, tidak ada tidur di bawah, tidak pula ad guling pembatas" ucap Anastasya sebagai satu undang undang baru.
Malam itu mereka tidur saling berpelukan, saling cumbu.
Tetapi hanya sebatas itu saja, tidak ada penetrasi yang terjadi, karena kedua nya masih memegang kuat komitmen bersama.
Meskipun Anastasya sering hampir keluar dari jalur, namun Ridho bukanlah pemuda yang gampang goyah serta bertekuk lutut pada hasrat birahi.
Pagi pagi, setelah selesai shalat subuh, Ridho bersiap siap berangkat ke tempat kerja nya. Meskipun hari Minggu, bagi jam kerja Ridho tidak ada istilah libur.
Ternyata pagi itu, sang Ratu sudah duduk di singgasana nya, menanti saat keberangkatan.
Terlihat sekali jika pagi ini Anastasya berdandan penuh, sehingga penampilan nya seperti artis Korea yang sedang mengadakan pertunjukan nya. Bahkan Ridho sempat terperangah beberapa saat, menatap kearah Anastasya pagi ini.
"Kenapa? Kok bengong? Tanya Anastasya.
"Ah tidak! Cuma tumben saja pagi ini kau bagaikan bidadari yang baru turun dari Bulan" ucap Ridho.
Dengan malu malu Anastasya hanya menjawab, "ah masa, ternyata kau jago merayu juga" ....
"Kau pakai apa? Mobil? Apa Motor?" tanya Ridho.
" Dibelakang mu lah, aku bukan bos mu kan, kali ini aku sebagai istri mu" jawab Anastasya mengenakan helm nya.
Mereka pun segera pergi dengan mengendarai Motor Ridho.
Rita terkejut saat membuka kan pintu rumah nya, karena pagi ini Ridho datang dengan memboncengi seorang gadis sangat cantik jelita.
"Si… silahkan masuk Do, dia siapa?" Tanya Rita kikuk.
"Kenalkan Rita, ini Tasya istri ku, Tasya, ini Rita rekan kerja ku" kata Ridho memperkenalkan kedua nya.
Meskipun rada kaku, namun akhirnya mereka pun bisa akrab juga.
"Kau sudah siap Rita?" tanya Ridho.
"Sudah, ayolah kita mulai, mungkin sudah banyak yang antri" sahut Rita.
Mereka segera berangkat, Ridho bersama Anastasya, sedangkan Rita menggunakan motor metik nya sendiri.
Anastasya terhenyak melihat sebuah gerobak panjang yang di sisi kanan dan kiri nya sudah terpasang tenda kecil lengkap dengan meja dan bangku panjang nya.
"I… Ini warung Do, warung Nasi goreng Riri" Anastasya membaca nama warung itu.
"Ya Tasya, Riri asal kata Ridho dan Rita, karena kami partner kerja, bukan atasan dan bawahan, sekarang kau tahu kan apa pekerjaan ku?" tanya Ridho.
Anastasya tidak berkomentar apapun, hanya termenung menatap kearah pelanggan yang mulai berdatangan itu.
Ridho mulai membuat nasi goreng dengan nasi yang sudah di persiapkan Rita.
Sedangkan Rita menyiapkan beberapa gelas teh di atas meja saji.
Setelah nasi goreng sudah siap, Rita segera mengantarkan nasi goreng itu kepada pemesan nya.
"Kau duduk lah Tasya, ambil kursi plastik itu" kata Ridho tidak tega melihat Anastasya berdiri.
"Bolehkah aku ikut mengantarkan pesanan mereka?" tanya Anastasya.
"Kau mau?" Ridho balas bertanya.
Anastasya menganggukkan kepala nya.
Semula Anastasya terlihat kaku melayani pelanggan, tetapi lama kelamaan dia terbiasa juga, bahkan berinteraksi dengan mereka yang rata rata pelajar serta mahasiswa.
Semakin siang, pelanggan yang datang semakin bertambah banyak, apa lagi dengan kehadiran Anastasya di tempat itu, para mahasiswa datang semakin banyak, hingga beberapa kali Rita menanak nasi untuk bahan nasi goreng nya.
Beberapa buah mobil sengaja datang, sekedar menikmati nasi goreng Riri kembali.
Menjelang sholat Zuhur, Ridho menunaikan ibadah sholat Zuhur di Musholla terdekat.
Pukul empat sore, semua bahan benar benar sudah habis ludes tanpa sisa.
Hitunglah hasil hari ini Rita, potong modal, berapa hasil bersih nya?" tanya Ridho.
Rita dan Anastasya menghitung hasil hari itu dengan cermat.
"Hasil hari ini empat juta Do, potong bahan dan upah satu juta setengah, keuntungan bersih dua juta setengah" kata Rita.
"Untuk beli bahan esok hari lagi, sisihkan satu juta setengah, sisa nya kita bagi rata" kata Ridho.
Urusan berbelanja, sudah ada yang mengerjakan nya, plus mempersiapkan bahan bahan nya, sedangkan yang sekarang adalah dana untuk berbelanja bahan esok pagi.
Pukul lima sore, Ridho dan Anastasya pulang ke rumah.
Begitu tiba di rumah, Anastasya segera mandi, bergantian dengan Ridho.
Saat Ridho keluar dari kamar mandi, dia melihat Anastasya sedang termenung menatap jendela kamar mereka.
"Begitu berat kah perjuangan hidup itu Do? Tanya Anastasya mengalihkan pandangan nya kearah Ridho.
"Ya, itu karena kita berjuang dari awal, beda bila kita sekedar mengelola warisan yang sudah ada" jawab Ridho duduk di samping Anastasya.
"sebenar nya aku tidak ingin kau tahu apa pekerjaan ku, biarlah semua nya aku yang pikul, aku tidak ingin kau malu" kata Ridho sambil menyerahkan uang dua juta rupiah kepada Anastasya.
Mata gadis itu terbelalak agak tidak suka, "uang apa ini Do, simpan lah untuk mu, aku punya uang sendiri" ....
"Aku tahu Tasya, uang segini tidak berarti apa apa bagi mu, tetapi inilah kewajiban ku, maaf untuk saat ini, cuma ini yang mampu kuberikan kepada mu sebagai nafkah, terimalah uang ini sebagai kewajiban ku menafkahi diri mu, karena kau sah sebagai istri ku, aku tidak ingin Allah menanyaiku kelak dan aku tidak dapat menjawab nya" Ridho meletakan uang itu di telapak tangan Anastasya.
"Apakah aku boleh membeli apa saja dengan uang ini?" tanya Anastasya.
"Tentu saja Tasya, itu hak mu!" jawab Ridho.
...****************...
Saya mending berbayar tapi nyaman bacanya, drpd keseringan iklan seperti ini.