Misteri Kost Paling Ujung

Lita menarik nafas berat karena usai berperang dengan siluman kecil, Entah kemana pergi nya karena siluman itu terlalu cepat menghilang. Kini dia menatap rumah sendirian karena merasa sepi akibat Sam tak ada, Bila saja pemuda itu ada di rumah sekarang. Pasti rasa nya lebih seru karena ada teman ngobrol, Agak ragu Lita melangkah naik keatas untuk melihat kamar nya Sam. Ternyata kamar nya masih sama seperti saat Sam belum datang, Bahkan ransel yang sempat di bawa pun masih di sana sama sekali belum di susun dalam lemari, Lita berpikir bahwa mungkin saja Sam belum sempat untuk menata tempat dan juga barang nya.

Karena kalau di lihat jam kerja nya yang berangkat pagi dan pulang nya juga malam, Rasa nya memang sangat lelah bila mau menyusun ini. Tapi otak Lita berpikir lagi, Kalau pun berangkat pagi dan pulang malam. Kan tidak mungkin Sam tak pernah ganti baju, Baju mana yang selama ini ia pakai. Secara tas nya saja masih belum di buka, Tapi Lita juga tidak berani mau membuka tas milik orang karena takut di bilang lancang. Lita hanya membuka kain putih yang menutupi banyak barang, Semua nya ia bersihkan untuk membalas budi kepada Sam yang sudah baik kepada nya.

"Eh ini foto nya Sam." Lirih Lita ketika menemukan sebuah foto dalam laci yang ada di sana.

Terlihat Sam sedang tersenyum bahagia di dalam foto itu, Dan itu bersama wanita yang sama sekali tidak Lita kenal. Tapi Lita yakin bahwa mereka ada pasangan kekasih, Terlihat pula bahwa foto ini sudah sangat lama, Namun wajah Sam sama dengan yang sekarang.

"Masa ini Ayah dan Ibu nya?" Batin Lita.

Karena gaya pakaian nya memang bentuk yang zaman dulu, Bukan keluaran yang sekarang. Dan foto nya juga sudah mulai buram, Bila di perkirakan mungkin saja sudah tiga puluh tahun yang lalu lama nya. Lita pun berpikir bahwa itu bisa saja Ayah nya Sam, Walau wajah itu sama sekali tidak ada beda nya dengan Sam yang sekarang, Wanita dalam foto itu juga sangat cantik. Tadi Lita sudah agak cemburu karena mengira Sam sudah punya kekasih, Tapi bila di lihat lagi foto nya sudah lama sekali.

"Nanti saja lah aku tanya sama dia." Ucap Lita kembali meletakan foto itu.

Melanjutkan pekerjaan nya yang lain membersihkan lantai atas, Kasihan juga Sam karena tak pernah punya waktu untuk membersihkan kamar nya sendiri. Setelah selesai dia pun duduk di sofa sambil mengingat wajah tampan nya Samuel, Tiba tiba hati Lita menjadi hangat.

"Tidak! Aku tidak boleh mudah jatuh cinta, Siapa tahu dia memang baik kepada semua orang." Lita menepis perasaan nya.

Mengingat bagai mana sakit nya hati ketika di tolak oleh pria yang ia sukai, Lita pun tidak ingin mengulang perasaan itu lagi. Lagi pula tidak mungkin Sam tak punya kekasih, Selain wajah nya yang tampan. Ini juga kota besar dan banyak gadis, Mana mungkin salah satu nya tidak ada yang Sam suka. Lita menghelai nafas berat, Aroma parfum yang manis dari Sam masih melekat di baju tidur nya, Lita menghirup dalam sambil memejamkan mata mengingat wajah pria yang sangat tampan itu.

"Gara gara tak pernah mendapat kasih sayang yang benar benar tulus, Aku kesan nya jadi kayak kemaruk sekali dengan kasih sayang orang." Lita tertawa miris dengan nasib nya.

Tidak tahu mau menyalahkan siapa atas nasib yang sudah terjadi untuk nya, Hanya bisa sabar dan banyak berdoa agar kedepan nya punya pasangan yang mencintai dia lebih besar. Takut pula bila nanti menikah suami nya malah banyak tingkah pula, Lita kadang juga ngeri mau menikah bila melihat banyak istri yang di sia siakan oleh suami nya, Apa lagi melihat Kakak nya yang pernikahan nya juga hancur, Walau pernikahan Sari hancur akibat ulah nya sendiri yang tidak bisa menjaga apem nya yang selalu menyala ingin dapat otong serta uang.

Lita selalu menangis bila mengingat nasib nya, Ayah nya yang dulu sangat baik kepada nya sekarang sudah meninggal. Rasa rindu nya sangat besar kepada Pak Muktar, Walau pria itu bukan Ayah kandung nya. Namun dia menyayangi Lita seperti anak nya sendiri, Hanya saja umur nya tidak panjang dan Pak Muktar meninggal di kebun sawit nya. Teringat saat itu Lita datang mengantarkan kasur untuk Bapak nya, Namun ternyata Pak Muktar sudah menghembuskan nafas terakhir nya. Lita semakin terisak perih, Ada Bibi nya yang mengurus dia sejak kecil, Namun wanita itu sekarang juga sudah tua dan Lita lah yang kerap mengirimi nya uang untuk balas budi nya.

Sosok hitam melihat bagai mana Lita menangis terisak isak dengan perih nya, Rasa nya dia ingin muncul untuk menenangkan. Tapi tidak bisa karena ini bukan waktu nya untuk keluar, Tubuh nya akan terbakar dengan matahari. Dia hanya bisa berjongkok di hadapan Lita yang sedang menangis berbaring di sofa, Di lap nya air mata Lita yang menetes walau tangan nya hanya mengambang tak bisa menyentuh nua secara nyata, Sosok hitam juga sangat sakit melihat kesedihan yang Lita alami.

"Andai kau ada di sini, Sam." Lita merindukan dekapan hangat Sam.

Sama sekali dia tidak sadar bahwa ada mahluk yang wujud nya sangat menyeram kan duduk di hadapan nya, Siapa pun yang melihat nya pasti akan ketakutan karena wujud nya sangat lah seram. Bila Lita juga bisa melihat nya, Maka pasti akan pingsan di tempat. Apa lagi posisi nya sangat dekat begini, Sudah pasti Lita tak akan mampu bergerak.

"Aku akan melindungi mu, Tidak akan ku biarkan seseorang menyakiti mu seperti orang itu menyakiti dia." Janji sosok hitam.

Puas dengan isak tangis nya, Lita turun dari lantai dua dan membuka kulkas untuk mengambil minum. Sekarang kulkas nya selalu penuh dengan jajanan, Sam yang membelikan nya. Bukan untuk Lita saja, Kata nya untuk dia juga. Tapi Lita tak pernah melihat Sam memakan nya.

"Aaah segar nya." Lita mendesah lega sambil mengusap leher nya yang putih bersih.

Sosok itu menelan ludah karena dia juga punya nafsu, Namun dia tak ingin melukai Lita. Maka dia memilih untuk kembali lagi terbang menuju lantai atas. Membiarkan Lita yang sedang asik makan jajan sambil menonton televisi, Menunggu waktu sampai nanti mau masuk kerja lagi. Sudah menjadi kebiasan bagi Lita, Bila usai menangis maka dia akan makan banyak jajan sambil menonton televisi atau pun ponsel nya.