NovelToon NovelToon
Eternal Fog

Eternal Fog

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Sci-Fi / spiritual / Sistem / Persahabatan
Popularitas:886
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Kabut berbahaya yang disebut dengan Eternal Fog kerap kali menyerang kota. Tingkatan berbahaya dan jenis yang ditimbulkan kabut tersebut berbeda-beda. Ada beberapa warna yang membedakan jenis-jenis kabut tersebut. Ada pun penyebab Eternal Fog adalah semburan napas dari monster yang disebut Strano dan menghuni area di luar kota yang disebut Danger Mori. Oleh karena itu, keamanan kota dijaga oleh para Occhio. Sebutan untuk para pembasmi Strano dan Eternal Fog.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 33 Gelap Mata

Evakuasi warga sudah selesai. Ada puluhan yang tewas. Namun, selain itu telah dievakuasi dengan aman.

Plakkk.

Tamparan keras mendarat keras pada pipi Archie dari tangan Dean. Soren dan Cora segera menengahi. Mereka berempat bertemu ketika terdengar suara ledakan besar. Banyak occhio yang berdatangan. Termasuk empat occhio tersebut. Sebuah pertemuan yang disambut oleh tamparan keras Dean pada Archie. Itu adalah tamparan pertama Dean pada Archie. Ia melakukan itu setelah tahu bahwa Archie mengambil langkah yang berlawanan dari Ivory hanya karena tersungging dengan ucapan perempuan itu.

"Bodoh! Bisa-bisanya kamu lengah seperti itu!"

"Cukup, Dean. Para occhio lain memandang kita dengan penuh kecurigaan." Soren berkata.

Mereka semua belum benar-benar pulih seratus persen. Terutama Cora yang pandangannya masih agak kabur dan perih. Namun, ia menolak untuk dievakuasi. Bagaimana pun, ia adalah seorang occhio yang tugasnya menyelamatkan dan melindungi kota. Bukan orang yang diselamatkan dan dilindungi. Kecuali jika sambil melaksanakan misi tersebut.

Namun, Soren terus menemaninya. Takut jika tiba-tiba ada strano yang menyerang. Sedangkan Cora masih belum terlalu siap menghadapi. Apalagi di tengah-tengah kabut hitam.

"Kita terlalu menarik perhatian di sini. Ayo ke tempat lain," pinta Soren.

Pada akhirnya, mereka mencoba diskusi sambil berlari bersama untuk mencari strano pada setiap bangunan. Juga reruntuhan bangunan. Butuh waktu berbulan-bulan untuk memulihkan kondisi kota hingga seratus persen.

Zing!

"Bagaimana dengan Shiroi?" tanya Soren setelah mengalahkan seekor strano.

"Tidak ada keanehan. Ia tetap gadis polos yang menjengkelkan."

Wushhh!

Jawab Dean seraya melesat ke sebuah ruangan yang terlihat bagian tubuh strano.

Zing!

Dengan gagah ia menebas dengan akurat sesampainya di ruangan itu.

Kali ini giliran Archie.

Zing zing zing!

Berhasil terpotong menjadi beberapa bagian.

Cora tidak ikut menyerang strano. Ia hanya melihat-lihat sebab Soren melarangnya keras.

"Kalian seperti sepasang suami-istri." Demikian ucapan Dean setelah melihat cara Soren yang melarang dengan raut wajah khawatir.

"Mungkin hanya kebetulan, dan gelang tipis itu bukan milik Shiroi." Cora berkata.

"Berarti, kita fokus pada Ivory dulu." Dean berkata.

"Jangan lengah. Shiroi belum terlalu jelas statusnya. Ia masih berkemungkinan untuk dicurigai!" tegas Soren.

Seperti biasa, Archie bagian menyimak. Tak peduli pipi bagian kanannya merah akibat tamparan keras dari Dean. Namun ia tak marah. Tidak jua ingin membalas. Sebab ia menyadari bahwa apa yang dilakukan memang salah dan pengecut. Lengah karena pemandangan dramatis seorang ibu, juga tersinggung hanya karena opini seseorang, yakni Ivory.

"MUNDUR!" tegas Archie sambil mendorong Cora. "Sial, lagi-lagi terjadi."

Dean sudah tidak terkejut. Berbeda dengan dua orang yang baru pertama kali melihatnya. Sekali pun pernah diceritakan oleh Dean kala itu.

Soren langsung merangsek maju namun segera ditarik oleh Archie, "Jangan gegabah. Gerakannya lebih lihai dan sulit ditebak daripada occhio dengan kepala."

Saking fokusnya diskusi, sampai-sampai Archie tidak sempat memperingatkan teman-temannya akan kemungkinan munculnya strano tanpa kepala. Hanya ia yang mengalahkannya dengan cara benar. Yakni memotong menjadi beberapa bagian.

Dengan senyuman miring, Soren perlahan melepaskan genggaman Archie dan melesat ke arah dua ekor strano itu.

Wushhh!

Zing zing zing!

Soren menghindar, lantas menyerang. Lalu menghindar lagi. Jangan sampai terkena. Sekali pun cara itu hanya membuat luka kecil pada tubuh strano. Berdasarkan cerita Dean dan Archie membuatnya langsung mempelajari kira-kira dengan cara apa ia bisa mengalahkan strano aneh itu dengan cepat.

Wushhh!

Wushhh!

Dean dan Archie menyusul. Sedang Cora merapatkan tubuh di dinding. Menyaksikan dengan pandangan rabunnya.

Zing zing zing!

Wushhh!

Zing zing zing!

Belasan menit berlalu. Akhirnya dua strano tanpa kepala itu kalah. Menghadiahkan luka baru pada tiga occhio itu.

"Pada akhirnya, kita tidak bisa menghindari agar tidak terluka sedikit pun," ujar Dean. Ketiganya terduduk dengan napas tersengal. Kabut hitam memang menyerap energi lebih cepat. Itulah mengapa butuh stamina sangat baik untuk menjalankan misi pada eternal fog jenis itu. Sedangkan tidak ada yang berada pada posisi stamina utuh di antara mereka berempat. Hanya saja, mereka memang cukup kuat untuk menghadapi kabut hitam.

"Yang benar saja. Aku belum pulih. Luka akibat reruntuhan dari ledakan misterius itu juga masih terasa sakit. Dan sekarang kita sudah dihadapkan misi seperti ini. Misi yang melibatkan keseluruhan occhio." Soren berkata.

"Justru karena itu menang rencananya. Semuanya terhubung. Semuanya berhubungan dengan si occhio pengkhianat itu!" tegas Cora.

Gubrakkk!

Dean terjatuh. Jantungnya berdegup kencang.

"Hei, bertahanlah!" seru Soren.

Dean langsung berusaha bangkit. Ia masih bisa bertarung. Hanya saja energinya benar-benar terkuras dan kepalanya pusing.

"Apakah kamu menggunakan occhio mask yang baru kali ini?" tanya Cora.

"Jangan meremehkanku. Aku tidak akan mengulangi kebodohan yang sama. Bertarung di tengah kabut hitam dengan occhio mask lama sama dengan bunuh diri."

Mereka keluar dari bangunan itu dan lagi-lagi berpindah ke bangunan yang lain untuk yang ke sekian kalinya. Sambil terus berdiskusi.

"Memantau Ivory bukanlah hal yang mudah. Dia bukan occhio sembarangan. Kita masih di bawah dia. Kita harus berkembang dengan sangat pesat untuk bisa melampaui atau bahkan setara dengannya." Cora berkata.

"Aku akan menghabisinya hari ini!" timpal Archie ketus. Berhasil membuat ketiga temannya menatap heran.

"Sejak kapan kamu emosional seperti itu?" tanya Dean.

"Aku tidak lebih lemah daripada dia! Dengar, aku akan menghabisinya. Tidak perlu perkembangan pesat karena saat ini pun aku lebih kuat daripada dia!" Archie berseru dengan penuh ekspresi. Tidak seperti biasanya.

"Kamu benar-benar terbawa permainannya." Soren berkata.

Tidak ada strano di bangunan itu. Mereka keluar dan hendak berpindah ke rumah lainnya. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatian mereka. Yakni seseorang yang baru saja dibicarakan. Reflek membuat keemasan occhio itu kembali ke dalam rumah tadi.

Ivory. Membelakangi. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa perempuan itu menyadari keberadaan empat orang itu.

"Kebetulan macam apa ini. Apa mungkin diskusi kita sampai ke telinganya?" Dean bertanya.

Perempuan itu terlihat berdiri tegak di depan sebuah rumah. Tak lama, keluar seseorang yang sangat mereka kenali.

"Annora?" ujar Soren dengan suara kecil.

Zing!

"ANNORA!" teriak seluruhnya sambil berhamburan keluar. Segera didengar Ivory yang membuatnya menoleh

Terlambat. Perempuan itu telah menebas leher Annora.

Emosi yang membara menyelimuti Soren. Ia gelap mata dan mengeluarkan pedang dengan tatapan tajam pada Ivory. Cora dan Dean segera menahan tubuh Soren. Sedangkan Archie seperti tidak sabar melihat Soren melancarkan aksinya.

"LEPASIN! Biarkan aku yang mengurus pengkhianat ini!" Wajah Soren benar-benar merah padam. Sedangkan Ivory tampak tenang. Bahkan tetap bersama senyum manisnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!