The Five Brothers

Keesokan harinya Aizen datang ke ruang kerjanya pagi-pagi dengan didampingi oleh Rojak yang sudah membuat dokumentasi semuanya semalam. Aizen menghela nafas panjang saat melihat semua berkas-berkas yang sedang disusunnya untuk proyek di PIK tampak berantakan. PRC Group memang mendapatkan proyek untuk membangun sebuah game center bagi anak muda disana dan Aizen adalah kepala proyeknya.

"Siapa yang melakukannya..." gumam Aizen sambil mengambil kertas putih dengan tulisan darah disana.

"Pak Aizen, apa sebaiknya kita lapor polisi?" tanya Rojak.

Aizen menggelengkan kepalanya. "Berikan rekaman CCTV semalam di ruangan saya ..."

"Baik pak ..."

***

Aizen, Rojak dan Ethan, pengawalnya, melihat rekaman CCTV di ruang kerjanya melalui tv layar lebar disana. Tidak terlihat siapapun tapi semua kertas-kertas berterbangan dan mereka menahan nafas saat kertas kosong itu seperti ada yang menulisnya tapi tidak terlihat siapapun.

"Ai, apakah ini perbuatan hantu ?" tanya Ethan, kepala pengawal senior yang sebelumnya mengawal ibu Aizen, Juliet Reeves.

"Aku tidak tahu Ethan..." jawab Aizen. Ethan tidak mau dipanggil Oom atau bang atau apapun karena baginya membuat tambah tua. Ethan tetap memilih dipanggil namanya saja agar lebih nyaman. "Empat bocah yang masih di sel itu kapan bebasnya sih ?"

"Katanya hari ini Ai ..."

"Bagus ! Setidaknya indigo mereka bisa dipergunakan dengan baik ..." senyum Aizen.

"Bagaimana dengan ruang kerja anda, pak Aizen ?" tanya Rojak.

"Ya dibereskan lah. Aku paling tidak suka ruangan berantakan..." jawab Aizen sambil menatap layar televisi. Aku yakin pasti ada arwah disana dan berhubungan dengan proyek PIK sebab yang dibuang hanya berkas-berkas daerah sana. - batin Aizen.

***

Sel Polda Metro Jaya Jakarta, menjelang Asar

Terdengar suara ramai dan ribut-ribut membuat Lachlan sedikit déja vu dengan mimpinya semalam karena suasananya hampir sama.

"Ada apa mas L?" tanya Sagara yang berdiri di depan jeruji besi begitu juga para napi di sel sebelah pada kepo.

"Danar ditangkap kak L..." lapor Nonik.

"Danar ditangkap?" seru Raiden heboh. "Nonik, cari tahu ! Go ! Addduuuhhh !"

Lachlan menyelentik pelipis Raiden dengan perasaan kesal. "Kamu itu lho !"

"Nonik pergi duluuuu ..." pamit Nonik.

"Tuh Nonik aja nggak keberatan, kok mas L malah slentik aku thoooo" rengek Raiden mendrama.

"Dasar !" sungut Lachlan.

Tak lama pintu tempat sel mereka ditahan, terbuka dan tampak Septian disana bersama dengan Dewa Hadiyanto.

"Kalian bebas sore ini ... " senyum Septian membuat keempatnya bernafas lega.

"Alhamdulillah..." ucap Lachlan, Sagara dan Raiden.

"Bagaimana mereka bisa bebas, pak?" tanya Jampang.

"Karena semalam para polisi berhasil menangkap tangan Aling bersama dengan kartel narkoba dari Nigeria dan Kolombia. Begitu juga Danar yang terbukti membunuh kedua orangtuanya. L, untuk sementara dilarang memegang senjata api selama setahun di Indonesia dan aku bilang tidak masalah karena kamu akan kembali ke Sisilia ..." jawab Septian.

"Sisilia?" seru napi di sebelah. "Mas L itu anak Italia?"

"Lho, kan aku sudah bilang, mas L itu Bokapnya Mafioso.. Kok ya masih sok surpris sih?" kekeh Raiden.

"Kapan kami pulang Pa? Aku sudah kangen kasur aku .." tanya Sagara.

"Satu jam lagi. Biasa mengurus semua administrasi dan Opa mu, Hoshi dan Eyang Bagas, kasih silahturahmi sore dulu ke Kapolda" jawab Dewa.

***

Perpisahan keempat orang dari keluarga Pratomo ke para napi itu, sedikit mengharukan. Sagara meminta mereka semuanya untuk taubat dan bekerja yang legal. Dewa dan Septian mengatakan jika mereka hendak bertaubat dan ingin mencari pekerjaan atau membuka bidang usaha, Dewa akan memberikan pinjaman lunak tanpa bunga dengan syarat, mereka tidak kembali ke lembah hitam.

Jampang dan para napi lainnya tampak terharu karena keluarga Sultan itu tetap mengorangkan mereka meskipun tahu mereka penjahat. Dalam hati mereka bertekad jika bebas dari penjara, mereka akan mendatangi Dewa dan Sagara Hadiyanto untuk meminta bimbingan untuk bisa beradaptasi di dunia luar.

Lachlan dan Raiden memberikan selimut dan jaket serta bantal-bantal mereka untuk para napi. Bahkan Raiden berjanji tidak akan mengirimkan mbak Kunti ke mereka membuat para napi melengos sebal dengan ABG yang sering lupa bahwa dia sangat kuat dan super Absurd.

***

Berita bebasnya keempat orang itu membuat semua anggota keluarga Pratomo senang. Apalagi Shinichi dan Kedasih yang memikirkan putra ABG mereka ditambah kerusakan sel tahanan. Hoshi langsung mengirimkan tukang las untuk membenarkan sel yang dirusak Raiden.

Para napi pun akhirnya mengakui bahwa meskipun Hoshi dan Dewa adalah sultan tapi mereka tetap bertanggungjawab atas kerusakan yang dilakukan oleh cucu dan keponakannya. Tidak hanya itu, sel mereka pun dibersihkan oleh petugas cleaning service yang dikirim Alina dan Freya hingga terasa wangi dan segar.

Setidaknya tidak bau pria tidak mandi seabad.

***

Kediaman keluarga Lexington

Lachlan dan Raiden tampak memperhatikan layar MacBook dimana terjadi perusakan di ruang kerja Aizen. Malam ini usai makan malam, Aizen datang bersama Anya untuk bertanya soal kejadian di luar Nurul.

"Kak L ... " panggil Nonik.

"Iya ... Aku juga lihat Nik.." jawab Lachlan.

"Apa yang kamu lihat ?" tanya Aizen.

"Ada seorang wanita di ruang kerja kamu ... Dengan ditemani mbak Nita ..." jawab Lachlan. "Wanita itu penuh dengan tanah seperti dikubur ... Dan sepertinya berkaitan dengan proyek PIK kamu Ai ..."

"Lalu apa yang akan kamu lakukan?" tanya Aizen.

"Kita ke kantor kamu malam ini..." jawab Lachlan tegas.

"Aku tidak mau ikut, Ai. Horor ..." Anya bergidik karena dia memang penakut soal supranatural seperti ini.

"Kamu nginap sini saja Nya ... daripada pulang ke apartemen sendirian..." usul Raiden.

"Gimana Nya ? Nginap sini saja ya? Biar aku bilang sama Opa Haris dan Oma Freya ..." bujuk Aizen.

Anya pun mengangguk.

***

PRC Group Building Kuningan Jakarta

Lachlan, Aizen dan Raiden beserta Nonik dan Mbak Ningsih, datang ke gedung PRC Group menjelang tengah malam. Lachlan lebih memilih ke halaman belakang gedung tempat dimana pohon bambu kuning yang rimbun terdapat disana.

"Malam mbak Nita ..." sapa Lachlan sopan. Tak lama dari rimbunan pohon bambu itu keluar hantu wanita cantik dan tersenyum ke arah mereka.

"Malam mas L... Hai Nonik ... Akhirnya bertemu lagi ya ? Kamu kemana saja Nik? Kok tidak pernah bertemu lagi..." balas Mbak Nita ke Lachlan dan Nonik.

"Lho kalian saling kenal ?" tanya Lachlan bingung. "Oh mbak Nita, perkenalkan ini mbak Ningsih..."

Kedua hantu itu saling mengangguk.

"Aku kenal Nonik sudah lama ... Tapi sepertinya Nonik tidak ingat aku ..." senyum mbak Nita ke arah Nonik yang tampak bingung.

"Memang aku kenal mbak?" tanya Nonik sambil menggaruk kepalanya.

"Kapan-kapan kita mengobrol ya Nonik ..." senyum Mbak Nita. "Mas L mau tahu kejadian semalam?"

"Iya mbak ... Memang siapa kah hantu itu ?" tanya Lachlan bingung.

"Bagaimana jika kita ke ruang kerja mas Aizen ? Mbak Joyce berada di sana..." senyum mbak Nita.

"Oh namanya Joyce..." gumam Lachlan sambil masuk kembali ke dalam gedung.

***

"Apakah banyak yang ikut?" tanya Raiden yang merasa lift yang mereka naiki agak berat.

"Ada mbak Nita, mbak Ningsih, Nonik..." jawab Lachlan santai tapi membuat Rojak mendelik.

"Mbak Kunti?" bisik pria itu.

"Yaaaaaa nggak seekstrim itu sih ..." senyum Lachlan.

"Pak Aizen, benar pak Lachlan dan mas Raiden itu indigo?" tanya Rojak yang mendengar selentingan kabar tentang kasus di sel tahanan Polda karena salah satu polisi yang berjaga waktu itu adalah tetangganya.

"Benar. Tanya saja sama orangnya ..." senyum Aizen.

"Benar waktu di sel kalian menakuti napi lainnya ?" tanya Rojak.

"Kok Pak Rojak tahu ?" tanya Raiden.

"Soalnya tetangga saya itu polisi yang jaga saat anda berempat ditahan."

"Yaaaa gitu deh..." cengir Raiden.

"Haaaiissshhh..." sungut Aizen yang mendapatkan cerita dari Kaivan dan Alsaki.

Mereka pun tiba di ruang Aizen dan bertepatan melihat semua kertas di meja kerja pria itu beterbangan. Aizen lalu memencet kenop pintu dengan sidik jarinya dan kegiatan di dalam pun berhenti.

Lachlan dan Nonik menatap di satu sudut membuat Rojak sedikit merinding karena pria bule itu melihat di arah berlawanan.

"Kenapa kamu mengacak-acak ruang kerja kak Ai?" tanya Nonik galak sambil berkacak pinggang.

"Maafkan aku tapi dengan begini aku berharap pak Aizen tidak melanjutkan proyek PIK..." jawab hantu itu.

"Kenapa?" tanya Lachlan.

"Karena jika escavator menggali, kalian akan menemukan empat barel minyak disana..." jawab hantu tersebut.

"Memang ada apa di dalam barel itu ?" tanya Raiden.

"Mayat aku dan teman-teman aku yang dibunuh oleh pemilik tanah itu... "

Lachlan, Nonik, mbak Ningsih dan Raiden melongo.

"Pembunuh berantai?" celetuk Lachlan membuat Aizen dan Rojak terkejut.

***

Yuhuuuu Up Malam Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️