gagal nya pernikahan pertama belum membuat ku jera akan hidup berumah tangga. aku menerima lamaran seorang laki-laki yang baru saja ku kenal ku fikir dengan aku menikah lagi kehidupan ku bisa terjamin dan bahagia, ternyata aku salah kini pernikahan ke dua ku juga berderai air mata.
apakah pernikahan Ayu yang kedua masih bisa di perbaiki atau gagal lagi seperti pernikahan pertamanya.
yuk langsung baca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nada gita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Tak ingin berdebat lagi, Widia berjalan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya, meninggal kan Raka yang tiduran di tempat tidur.
Selesai mandi dan kini Widia sudah berpakaian dengan rapi, keluar dari kamar mandi.
Widia melihat ke sekeliling kamar namun tidak ada siapa pun.
"Dimana dia? ". Gumam Widia dalam hati.
" Ahhh...biar lah! ". Ucap nya, lalu berjalan menutup pintu dan tak lupa ia pun mengunci nya kembali, setelah itu Widia berjalan dan naik ke tempat tidur.
Widia memejamkan mata nya sejenak, tampa sadar Widia tertidur dengan pulas nya.
Raka pov.
Saat Widia masih berada di dalam kamar mandi, Raka terbangun dari tempat tidur lalu ia turun ke bawah, Raka akan pergi nanti malam ia akak pulang lagi ke sini.
Sebelum ia pergi Raka berpesan pada Mbok Yem, jika Widia mencari nya bilang saja, kalau dia keluar sebentar nanti pulang lagi.
Selama di perjalanan, Raka bingung akan kah ia pulang ke rumah Ayu, atau kembali lagi ke rumah Widia.
" Akkk! ". Teriak Raka sambil memukul stir mobil nya.
Baik lah Raka melanjutkan laju mobil nya memecah jalanan.
Akhir nya sampai juga Raka di perkarangan rumah Ayu, Raka pun turun dari dalam mobil, berjalan masuk ke dalam rumah.
Saat Raka sudah sampai di depan pintu, ia membuka knop pintu, yang ternyata tidak di kunci orang rumah.
Mendengar suara pintu yang di buka, Aku dan Ibu langsung menoleh ke sumber suara.
" Mas". Sapa ku pada Mas Raka yang baru masuk, Mas Raka pun tersenyum manis ke arah ku, lalu ia berjalan masuk ke dalam kamar.
Aku menyusul Mas Raka, di ruang tamu tinggal lah Ibu dan Daffa saja.
Saat aku sudah masuk ke kamar, ternyata Mas Raka sudah masuk ke kamar mandi, seperti nya ia sedang mandi membersihkan tubuh nya.
Aku menyiapkan baju ganti untuk nya, setelah itu aku pun menunggu nya keluar dari kamar mandi, baru akan ku tanya mau makan atau tidak.
Mas Raka memang jarang makan di rumah, pernah sekali aku menyiapkan makan malam untuk nya namun, ia tidak makan dan ia bilang jika dia sudah makan di luar.
Aku mengeritik, dan itu terulang lagi, hingga sekarang aku akan bertanya terlebih dulu, tapi jika pagi ia selalu sarapan di sini.
Di saat aku sedang termenung, Mas Raka pun keluar dari kamar mandi, ia pun mengambil baju yang telah ku siapkan di atas tempet tidur, "Mau makan Mas? ". Tanya ku pada Mas Raka.
Mas Raka menganggukkan kepala nya itu tanda nya ia mau makan.
Aku berdiri dari tempet tidur, berjalan ke luar kamar menuju dapur untuk menyiapkan makanan untuk Mas Raka.
Baru saja selesai menyiapkan, dan akan memanggilnya Mas Raka sudah keluar dan berjalan menuju ke arah ku.
Mas Raka duduk di meja makan, aku mulai mengambil piring mengisi nasi beserta lauk pauk nya, setelah itu ku letakkan di depan nya.
Setelah meletakkan piring nasi di depan Mas Raka, aku duduk di samping nya, menunggu seraya melihat ke arah dia makan.
Mas Raka menawarkan untuk makan, namun ku katakan jika aku sudah makan.
Mas Raka pun lanjut lagi menyantap nasi nya dengan lahap.
Selesai makan, Mas Raka melangkah masuk lagi ke dalam kamar, sedang kan aku mebereskan meja makan.
Selesai membereskan meja makan, dan sudah rapi kembali, aku berjalan ke ruang tamu dan belum masuk ke kamar.
" Di mana Raka, Yu? ". Tanya Ibu pada ku yang melihat aku berjalan sendiri.
Aku tersenyum, " Di kamar Bu, seperti nya dia capek! ". Ujar ku seraya duduk di sofa di samping Ibu.
Ibu pun menganggukkan kepala nya, lalu beralih menonton TV lagi.
" Daffa belum mau tidur? ". Tanya ku pada putra ku Daffa.
" Sebentar lagi ya, Bu! ". Jawab Daffa masih dengan bermain gadget nya.
" Tapi udah malam lo nak". Kata ku sekali lagi.
Daffa mematikkan ponsel nya, lalu beranjak pergi masuk ke dalam kamar nya, dan tak lupa juga aku mengecup pucuk kepala Daffa dengan penuh kasih sayang.
Setelah Daffa berpamitan pada ku dan juga pada ibu, ia pun berlalu pergi meninggal kan kami berdua.
Ku lihat arah jarum jam, dan ternyata hari sudah menunjukkan pukul 22.00 Wib.
Aku mematikan TV, setelah itu aku berlalu pergi, sedangkan ibu sudah masuk lebih dulu dari ku.
Ku buka pintu kamar terlihat Mas Raka yang sudah tidur, aku menutup pintu kembali berjalan mendekat ke tempat tidur.
Aku mulai merebahkan tubuh ku, lalu menghadap ke samping melihat wajah Mas Raka yang tertidur dengan pulas nya.
Tak terasa mata ku pun mulai memejamkan secara perlahan, aku pun ikut tertidur.
Widia pov.
Widia mengerjabkan mata nya perlahan, lalu ia pun melihat jam walker yang berada di atas nakas, di lihat pukul 01.45 Wib.
Widia puj terbangun, lalu duduk di tempat tidur, tak terasa air mata nya jatuh ke pipi, hati nya kembali lagi sakit sperti biasa, malam yang sunyi menjadi saksi atas kepiluan hati nya.
Setiap malam ia harus terbangun seperti biasa nya.
Kini ia pun memutuskan untuk melangkah ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, setelah itu ia mulai mengerjakan sholat malam.
Selesai sholat, tak lupa Widia panjatkan doa untuk diri nya agar ikhlas dan sabar, air mata nya terus menetes di sela-sela sholat nya nya.
Sedikit tenang namun, hati nya masih sakit, semakin ia mengadu pada Allah SWT. Semakin sesak di dada nya yang ia rasakan.
Namun walau begitu Widia akan tetap ber istikomah, dengan sabar ia akan terus berusaha.
Selesai sholat, Widia naik lagi ke atas tempat tidur, namun mata nya belum juga ingin terpejam, air mata nya terus nya mengalir bahkan lebih deras dari sebelum nya.
Cukup lama Widia menangis merapi hidup nya, sangat sulit bagi nya untuk menerima semua ini, semakin ia berusaha ikhlas namun semakin sulit bagi nya.
Akhirnya Widia pun mulai memejamkan mata nya, lelah nya menangis sendirian, lelah nya berperang dengan hati membuat nya tak sanggup lagi. Namun ia akan terus berusaha untuk kuat.
Widia pun tertidur.
Setiap wanita akan tersiksa dan merasa sangat sakit di hati jika harus berbagi suami, luka yang tidak dapat di dilihat, namun bisa di rasakan.
Lebih baik luka yang terlihat langsung oleh mata, darah yang mengalir dari luka itu bisa di obati, namun jika hati yang luka butuh waktu yang sangat lama untuk sembuh.
jatoh nya dia jg beneran pelakor. dasim yg misahin ikatan suami istri
ayo widia cari kebahagiaan sendiri 😊
pengen raka kena karma aja deh 😅
tolong kasih jodoh lain buat widia thor 🙏🏻😘