1. Kecelakaan fatal yang tanpa sengaja di alaminya saat dirinya akan melaksanakan pertunangan dengan kekasihnya. Kecelakaan itu sampai membuat gadis yang di tabraknya menjadi lumpuh dan kehilangan masa depan hingga dirinya harus bertanggung jawab ( Selingan pembuka kisah )
2. Persahabatan dan persaudaraan di masa lalu antara Letnan Sakti dan Letnan Jatmiko membuat Letnan Jatmiko menikahi seorang gadis dalam keluarga tersebut namun gadis itu teramat sangat membencinya hingga dirinya memilih untuk pergi dan mengalah daripada keluarga yang telah membesarkan namanya menjadi tidak harmonis.
Seiring berjalannya waktu, luka menganga di hati Bang Jatmiko perlahan terobati dengan hadirnya tambatan hati namun sang mantan kembali di tengah mereka.
SKIP bila tidak sanggup bersinggungan dengan konflik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Adaptasi.
Bang Jatmiko tertawa mendengarnya. Ia pun langsung melaksanakan kewajibannya sebagai suami Rindang.
-_-_-_-_-
Niar menghapus air matanya saat Bang Gorga menghampirinya.
"Mau sampai kapan kau siksa hatimu sendiri?"
"Apa sih Bang." Niar tak menampakkan lagi wajah sedihnya di hadapan Bang Gorga.
"Kau sendiri yang membuat hatimu kesakitan. Coba kalau kau berani beranjak dari lukamu, pasti semua tidak akan sesakit ini." Kata Bang Gorga yang memahami isi hati Niar yang mungkin masih memiliki hati untuk Bang Jatmiko. "Abang sudah melabuhkan hatinya untuk wanita lain.
"Tidak perlu Abang ulang setiap hari, Niar sudah pahami hal itu." Jawab Niar dengan nada suara rendah.
"Kalau kau sudah paham, seharusnya kau tidak sesedih ini. Hidup masih panjang daripada harus memikirkan Bang JJ saja dalam hidupmu." Bang Gorga pun melangkah meninggalkan Niar.
Selepas Bang Gorga pergi, Bang Sakti menghampiri Niar dan duduk di samping adik perempuannya itu.
"Hidup ini tidak sepenuhnya bisa seperti inginmu, Niar. Allah sempat memberikan cinta, sayang dan tulus itu padamu tapi kamu menyia-nyiakan semuanya. Kini Tuhan sudah memberimu tawaran perasaan untuk kedua kalinya. Apa kamu masih mau menepis kesempatan itu? Mungkin benar Gorga bukanlah lagi pria yang kamu cintai, tapi hingga detik ini Gorga adalah pria yang mencintaimu. Jika Abang jadi kamu, Abang akan memperbaiki diri dan belajar mencintai Gorga kembali. Cinta memang tidak bisa di paksa, tapi cinta bisa tumbuh karena terbiasa."
Niar menoleh menatap mata Bang Sakti, ia pun memeluknya dan menangis di dalam dekapan hangat Bang Sakti.
"Tolong Niar, Bang. Niar cemburu sekali. Rasanya Niar tidak sanggup melihat Bang JJ bersama wanita lain. Niar salah, Niar menyesal..!!"
"Sudahlah, semua sudah terjadi. Jadikan semua ini pelajaran hidup yang paling berharga untukmu. Lupakan JJ, dia sudah jadi suami orang." Dengan sabar Bang Sakti mengingatkan adik perempuannya. Sebagai seorang Abang, dirinya tidak ingin adiknya kembali salah jalan.
***
"Masak apa kau, dek?" Bang Jatmiko kembali memeluk Rindang. Sejak 'peristiwa' semalam, perasannya pada Rindang pun tumbuh semakin kuat.
"Masak lontong sayur buat Abang. Abang mau sarapan sekarang?" Tanya Rindang sambil mengaduk sayuran yang sudah matang.
Secepatnya Bang Jatmiko mematikan kompor yang masih menyala. "Sarapan kau dulu lah, sayang..!!" Dengan gemas Bang Jatmiko terus menyerusuk mengecup sela leher Rindang.
"Abang tidak lelah? Semalam khan sudah, Bang." Protes Rindang.
"Lelah itu hanya ilusi. Abang masih kuat kalau hanya tiga ronde saja pagi ini." Jawab Bang Jatmiko.
"Abaaang, Rindang yang lelah."
"Setelah ini tidurlah, Abang tidak akan mengganggu waktu istirahat mu." Bang Jatmiko memanggul Rindang dan segera masuk ke dalam kamar.
...
Bang Jatmiko sudah tak tahan lagi dengan kantuknya, bahkan telinganya seakan mengabaikan arahan atasan di jam komandan hingga Bang Sakti harus menyenggol kaki Bang Jatmiko agar 'saudaranya' itu bisa segera sadar.
"Bangun J..!! Kau jangan tidur disini..!!"
Bang Jatmiko sempat membuka matanya tapi rasa kantuknya mengalahkan segala rasa.
"Lembur ya J??" Bang Seno sampai ikut menyadarkan sahabatnya.
"Lembur rapikan gudang senjata." Jawabnya dengan suara parau khas pria yang masih terserang kantuk.
Bang Sakti dan Bang Seno terkikik geli mendengarnya.
Dari tempatnya, Danyon sudah melihat kelakuan anggotanya yang tidak bisa menahan kantuk bahkan sama sekali tidak mendengar arahannya.
"Coba Letnan Jatmiko, bisa di ulang arahan saya tadi??" Tegur Danyon melihat ulah anggotanya.
Bang Jatmiko tidak mendengarnya sampai Bang Seno dan Bang Sakti harus menyenggol sahabatnya dari arah kiri dan kanan.
"J, dengar perintah Danyon..!!!" Kata Bang Sakti.
"Siap.. ijin menjawab.. taktik penyerangan adalah............."
:
Para sahabat Bang Jatmiko sampai membuang nafas panjang.
"Untung saja kau bisa menjawabnya. Kalau tidak, habis kau di tindak danyon." Bang Seno sampai cemas kalau saja tadi sahabatnya tidak bisa menjawab pertanyaan dari Danyon dengan baik.
"Mata boleh terpejam, tapi otak prajurit tidak boleh mati." Jawab Bang Jatmiko kemudian menguarkan asap rokoknya.
"Lain kali jangan begitu kau, J. Kesigapan prajurit memang sangat di butuhkan, itu juga berguna sebagai mawas diri. Jangan kira aku tak tau kau sebenarnya hanya paham hal baku, tapi pikiranmu tetap tidur." Kata Bang Sakti.
"Maklumlah sedikit, aku ini juga pengantin baru."
Bang Seno dan Bang Sakti menoleh mendengar jawaban Bang Jatmiko. Mereka tak lagi bisa menjawab jika sudah menyangkut dalamnya urusan rumah tangga.
Tak lama ponsel Bang Jatmiko berdering. Ada panggilan telepon dari Rindang. Bang Jatmiko segera mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam, Abang. Angel jatuh dari stroller. Rindang sedang membawanya ke rumah sakit." Kata Rindang di seberang sana.
"Oke.. Abang menyusul ke rumah sakit..!!"
.
.
.
.