Arabella adalah gadis yang selalu mendapat julukan gadis apatis, gadis batu, gadis sombong, gadis angkuh dan masih banyak lagi julukan yang melekat padanya karena sikapnya yang antipati, dingin dan acuh tak acuh pada apapun disekitarnya.
Karena sikapnya itu membuat orang-orang di sekitarnya menjauh dan membencinya bahkan banyak yang mencacinya. Hal itu pula yang membuat seorang Elang Bahuwirya sangat membencinya.
Lalu apa jadinya jika Bella menjadikan sikapnya itu hanya sebagai topeng belaka. Topeng yang ia gunakan untuk menutupi segala luka di hatinya.
Dan bagaimana permainan takdir akan membawa Elang yang sangat membenci Bella malah saling terikat sebuah benang merah karena jebakan dari Bella.
"Walau di dunia ini hanya tersisa satu wanita, aku tetap tidak sudi mencintai gadis angkuh dan sombong sepertimu!!" ~Elang~
"Aku juga tidak mengharapkan itu!!" ~Arab
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
"Bella!!" Elang mengejar Bella sampai ke kamarnya.
"Maaf Bella tadi pagi aku__"
"Sudahlah, lagi pula itu hanya sisa sarapanku saja. Aku capek ingin cepat istirahat!!" Bella melesat ke kamar mandi dengan membawa baju gantinya.
Elang tau jika Bella berbohong. Sudah dua kali Elang mengabaikan masakan Bella hanya karena Marisa. Elang memang mengaku salah karena lebih memilih masakan Marisa, tapi Elang juga bingung bagaimana caranya menolak Marisa.
Elang mengacak rambutnya kesal. Ia tidak tau kenapa begitu takut jika Bella marah kepadanya, padahal dari dulu Elang sangat membenci Bella. Tapi kenapa saat ini Elang seperti ingin menjaga perasaan Bella.
Elang terus memperhatikan Bella yang keluar dari kamar mandi. Entah Elang yang salah lihat atau memang Bella habis cuci muka. Yang jelas mata Bella terlihat sembab dan sedikit basah.
Perasaan Elang tiba-tiba menjadi tak tenang, seperti telah menyakiti orang yang dicintainya. Padahal ini Bella, wanita batu yang begitu di bencinya, perusak kebahagiaannya. Elang merasa ada yang aneh pada dirinya.
"Kayanya aku harus ke dokter deh!! Atau mungkin nasi goreng kemarin udah di kasih pelet?" Batin Elang mulai melantur.
-
-
Setelah selesai mandi Elang menghampiri Bella yang sudah meringkuk membelakanginya. Elang tau kalau sebenarnya Bella belum tidur, karena dia masih bergerak gelisah mencari posisi yang paling nyaman untuknya.
"Bella?" Elang menaiki ranjang kemudian menarik ujung selimut yang satu lagi. Karena ujung yang lain sudah di pakai Bella.
Tak ada jawaban dari Bella. Elang tau pasti Bella sengaja mendiamkannya.
"Ara?" Panggil Elang lagi dengan nama yang berbeda.
Lagi-lagi tak asa sahutan dari si pemilik nama. Elang menghembuskan nafasnya kasar.
"Aku minta maaf, tadi pagi aku sudah ingin makan buatan kamu. Tapi tiba-tiba Marisa datang membawa sarapan untukku. Aku janji besok akan lebih memilih masakan mu daripada Marisa" Elang mengoceh sendiri karena Bella sama sekali tidak peduli.
"Bella, kamu sudah tidur?" Elang mencondongkan badannya untuk melihat wajah Bella. Elang sedikit kecewa karena nyatanya Bella masih membuka matanya, namun istrinya itu diam seribu bahasa.
"Ya sudah, istirahatlah. Sekali lagi maafkan aku" Elang mengusap lembut rambut Bella. Itu sungguh terjadi begitu saja tanpa bisa dikontrol oleh Elang. Elang sekarang benar-benar yakin jika dirinya sekarang sudah sangat aneh.
***
Pagi harinya Elang sudah tidak menemukan Bella di sampingnya. Elang pikir Bella saat ini sedang di dapur menyiapkan sarapan untuknya. Maka dari itu Elang langsung tutun ke dapur tanpa mencuci mukanya terlebih dahulu.
"Dimana Bella Bi?" Elang celingukan mencari keberadaan Bella.
"Loh, Non Bella kan sudah berangkat Den" Jawab Bi Wati.
"Berangkat? Sepagi ini?"
"Iya Den!!"
"Tapi Bella buatin saya sarapan kan Bi?" Tanya Elang penuh harap.
"Emm, enggak Den" Bi Wati meringis menggaruk tengkuknya.
Elang tampak kecewa berjalan kembali ke kamarnya. Elang yang biasanya tak peduli dengan Bella kini di galau hanya karena tidak di buatkan sarapan oleh Bella.
-
-
Tak seperti biasanya Elang yang selalu ramah membalas sapaan karyawannya kini hanya wajah kusut tak bersemangat yang ia perlihatkan.
Elang yang dihadapkan dengan setumpuk pekerjaan mau tak mau harus mulai menggunakan otaknya untuk berpikir meski hatinya sedang tidak sejalan.
Tok.. Tok.. Tok
"Masuk!!"
"Hay Lang!!" Rayan sudah memamerkan deretan giginya yang rapih saat baru saja menapaki ruangan Elang.
"Tumben tau sopan santu. Biasanya nyelonong aja!!" Sindir Elang.
"Ya namanya manusia bisa berubah kan? Seperti Bella yang suatu saat nanti pasti bisa berubah cinta sama gue!!" Ucap Rayan dengan sok bijak.
"Kasian amat lo, berarti sampai saat ini lo belum dapetin dia dong!!" Elang tersenyum sinis.
"Tapi gue nggak pernah kendor deketin dia!!" Balas Rayan tak tau malu karena secara terang-terangan berani merayu istri dari sahabatnya.
"Wah Rayan ada disini??" Marisa muncul dengan setumpuk pekerjaan untuk Elang.
"Hay Ca, masih betah lo disini?" Rayan membalas sapaan Marisa dengan setengah sindiran.
"Masih dong, kan aku masih butuh uang buat bertahan hidup"
"Bagus deh kalau lo mau berusaha, nggak ngandelin uang orang terus" Kini Rayan benar-benar memberikan sindiran.
"Apaan sih Yan, lo kalau mau rusuh mendingan pergi aja deh!!" Elang memberikan suaranya, ia sudah cukup pusing di tambah mendengar ucapan Rayan membuat kepalanya semakin terasa pening.
"Sorry bro, gue diem deh!!"
"Oh ya Yan, kamu semakin mesra aja sama Bella" Seloroh Bella.
"Maksudnya?" Bingung Rayan, karena menurutnya hubungannya dengan Bella belum ada kemajuan sama sekali.
"Iya, ini lihat!! Kalian serasi loh!!" Marisa menunjukkan foto Rayan saat memberikan bunga kepada Bella di restoran kemarin.
"Beneran serasi?" Jawab Rayan merasa senang dengan pujian Marisa.
"Iya, kalian cocok kok"
"Mana coba lihat!!" Elang yang sedari tadi merasa penasaran akhirnya membuka suara.
"Nih, bener kan??" Marisa memberikan ponselnya.
Tanpa Elang sadari tangannya memegang ponsel milik Marisa dengan sangat kuat hingga kuku jarinya memutih. Elang tidak tau reaksi apa itu, yang jelas ada sesuatu di hatinya yang tak bisa di jelaskan melihat Bella menerima bunga dari Rayan dengan senyuman selebar itu.
"Kalian pacaran?" Elang menatap Rayan tajam.
"Apaan sih Lang, itu cuma ucapan selamat karena kemarin hari pertama restoran milik Bella di buka" Jawab Rayan.
"Jadi restoran Bella udah buka kemarin?" Tanya Elang tampak kaget.
"Masa lo nggak tau? Atau emang Bella ngga kasih tau lo ya?? Kasihan amat, gue aja yang bukan siapa-siapa di undang sama pemilik restorannya langsung" Perkataan Rayan kali ini sungguh membuat Elang semakin memanas setelah tadi di suguhi foto romantis antara istri dan sahabatnya itu.
"Diem lo!! Mau ngapain sebenarnya kesini? Kalau nggak penting sebaiknya lo pergi, gue sibuk!!" Lebih baik mengusir Rayan daripada keberadaannya membuat Elang semakin jengah.
"Wooww Ca, kayaknya posisi lo udah nggak aman deh!! Gue bisa baca dari reaksi Elang saat ini, kayanya dia cemburu sama gue!!" Rayan memberikan senyuman kemenangan pada Elang.
"Lang!" Ucap Marisa sendu. Menatap Elang dengan sangat dalam meminta sebuah jawaban atas tuduhan Rayan.
"Apa sih, nggak usah sok tau!! Mendingan lo pergi sekarang. Bikin semangat kerja gue ilang aja lo!! S*alan!!" Elang mengumpat Rayan yang telah menghancurkan harinya yang sudah sangat berantakan sejak tadi pagi.
"Tuh kan, liat sendiri Ca. Keliatan banget kan kalau cemburu?? Tapi dia gengsi mau ngaku!!" Cibir Rayan sebelum melesat pergi karena Elang sudah bersiap ingin menghajarnya.
"Kamu kenapa sih Lang? Kalau ucapan Rayan nggak bener ya udah, ngapain sampai marah-marah kaya gini!!" Marisa menahan tangan Elang yang tadinya ingin mengejar Rayan.
"Benar kata Marisa, kenapa juga aku harus semarah ini dengan perkataan Rayan? Apa benar aku cemburu? Tapi itu sangat tidak mungkin!!" Batin Elang dengan tangan kiri yang memijat keningnya.
"Aku hanya marah karena dia hanya mengganggu pekerjaanku. Aku sudah sangat pusing ditambah suaranya yang berisik membuatku tidak nyaman bekerja" Elang memberikan alasan yang masuk akan pada Marisa.
"Hemm aku percaya sama kamu kok" Ucap Marisa.
***
Bella mengemudikan mobil yang sudah berulang kali mogok itu dengan selamat sampai rumah. Belum ada niatan juga dari Bella untuk mengganti mobil baru meski dirinya punya lebih dari cukup uang untuk membeli yang lebih bagus. Jangankan mengganti mobil, memakai mobil yang ada di garasi rumahnya pun ia enggan.
Dreeettt Dreettt
Belum sempat Bella turun dari mobilnya, getaran ponsel di tangannya sudah menghentikan niatnya untuk membuka pintu mobil.
"Halo to?" Ternyata Dito orang yang ada di dalam panggilan itu.
"____________"
"Apaaa!!!!!"
-
-
-
-
-
-
Kayaknya udah ada tanda-tanda ngebucin nih si Elang.. Lanjut nggak ya ngerjainnya? Apa entaran aja??
Jangan lupa komentarnya yang membangun ya, happy reading😘