Ingin mengikuti jejak sang ayah, Termasuk pasangan hidup. Sanjaya Nalendra Abraham bisa meraih cita-citanya. Namun tidak dengan kisah cintanya yang tidak semulus kisah kedua orangtua nya. Gadis pujaannya harus pergi untuk selama-lamanya membuat sikap Nalendra berubah.
Hingga pertemuannya dengan Ayra Zalfa Aryani seorang gadis perantau perlahan mampu menjadi obat lara hatinya.
Kemiripan wajahnya dengan mendiang sang kekasih, Membuat Nalendra bersikap lembut dan manis sehingga timbul rasa yang tak biasa hadir terhadap pria itu.
Rasa Cinta Ayra begitu besar, Namun sayang semua itu tak mampu membuka hati Nalendra yang masih bertaut dengan masa lalunya...
Akankah Ayra berhasil mendapatkan hati Nalendra dan membantu melupakan kekasihnya yang sudah tiada?
••••
"Aku Mencintaimu Ayra..." Sanjaya Nalendra Abraham
" Jangan mencintaiku karena aku mencintaimu, Tapi cintailah aku karena kamu memang benar-benar mencintaiku " Ayra Zalfa Aryani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belum Terlambat
Semalaman Nalendra tidak bisa memejamkan matanya. Pikirannya jauh melayang memikirkan ucapannya yang mungkin sangat menyakiti Ayra. Kemarahan Nalendra semalam membuat pria itu lepas kontrol.
Ingin Nalendra menghubungi Ayra, Tapi jika di pikir-pikir tidak enak apabila bicara hanya lewat telepon. Nalendra yakin Ayra pasti butuh waktu untuk sendiri. Justru itu Nalendra tak ada niatan menelfon atau mengirimi gadis itu pesan.
Terlebih ponsel milik Nalendra tengah kehabisan daya,.Sebab itulah salah satu alasan Nalendra tidak menghubungi Ayra.
Pagi-pagi sekali seusai pria itu melaksanakan sholat subuh, Nalendra menuruni tangga. Bahkan pria itu mengabaikan Sang Daddy yang sedang duduk di sofa.
"Kakak mau kemana? Ini masih pagi.."Pertanyaan itu sontak membuat Nalendra menghentikan langkahnya. Pria berusia dua puluh lima tahun itu berbalik badan menatap sang Daddy disana.
"Dad..
Nalendra mendekat, Pria itu mencium punggung tangan pria yang sangat begitu berjasa dalam hidupnya. Seorang pahlawan yang selalu ada untuknya.
Daddy Al tersenyum. Pria itu mengusap kepala sang putra dengan penuh kasih dan sayang. Nalendra adalah putranya. Wajahnya, Postur tubuhnya sangat mirip dengannya ketika masih muda. Hanya sifatnya saja yang agak berbeda. Nalendra pria yang lembut, Akan tetapi pria itu menyimpan sikap yang tersembunyi.
Tapi Daddy Al tidak mempermasalahkan itu. Pria itu sadar siapa dirinya. Jika sikap laim itu bukan dari dirinya tentu saja dari kakek kandung Nalendra. Aditya Alvin Sanjaya. Opanya yang sangat begitu menyayangi Nalendra dan mendukung putranya ini dalam hal apapun.
"Mau kemana? Ini masih pagi Enda.." Tanya Daddy Al membuat Nalendra berdecak kesal karena ayahnya memanggilnya Enda.. Suatu panggilan kesayangan Brian sepupunya.
"Ck, Kenapa Daddy justru ikut-ikutan manggil Enda sih...
Daddy Al terkekeh. Dalam semua panggilan hanya Nalendra dan Brian yang masih tetap menggunakan panggilan masa kecil keduanya. Dan panggilan tersebut sampai sekarang masih berlaku..
"Kau mau kemana?
"Aku mau keluar sebentar ya Dad.. Tolong salamkan ke Mommy.." Tak ada lagi yang Nalendra ucapkan. Hanya itu, Setelahnya pria itu pergi dengan tujuan ke apartemen untuk menemui Ayra.
Nalendra mengendarai mobilnya dengan kecepatan agak sedikit tinggi. Mumpung ini masih pagi, Kendaraan tidak terlalu banyak membuat Nalendra lebih leluasa mengendarai roda empat mewah miliknya.
Tak butuh waktu lama, Nalendra segera memarkirkan mobilnya di basement. Pria itu segera masuk ke apartemen miliknya hanya untuk bertemu dengan Ayra.
Ia tau ia salah, Justru itu Nalendra ingin meminta maaf. Setelah itu Nalendra ingin memberi kesempatan hatinya untuk menerima Ayra. Nalendra sadar, Mungkin secara tidak langsung Nama itu mulai perlahan telah mengisi hatinya. Hanya saja Nalendra tak pernah menyadari akan hal itu.
Begitu sampai di apartemen. Nalendra langsung memanggil Nama tersebut, Namun sayang apartemen itu sepi. Hingga kedatangan Bi Dartik mengalihkan perhatian pria itu.
"Dimana Ayra Bi?" Bi Dartik mengernyit heran. Pasalnya wanita tak tau tentang Ayra, Setaunya Ayra semalam pergi bersama Tuannya ini. Dan perasaan sejak subuh Ayra belum ada muncul dari kamarnya.
"Maaf Den..Tapi bukannya semalam Ayra pergi bareng Aden ya..
"Iya, Tapi .."Ucapan Nalendra menggantung. Mereka memang pergi bersama tapi bukankah semalam keduanya pulang masing-masing?
"Maaf Den.. Tapi dari tadi Bibi gak lihat Ayra keluar sama seka..."Tak pikir panjang Nalendra segera memasuki kamar gadis itu.
.
.
.
"Maaf ..Aku pergi tanpa pamit... Kau terlalu banyak membantuku.. Jadi aku pergi karena tidak ingin merepotkan mu lagi.. Dan terimakasih untuk semuanya serta bantuannya...Dan untuk yang semalam.. Aku minta maaf ya...
"Jam 00.05 Menit.. " Berarti Ayra sempat pulang semalam. Namun kepulangannya ke apartemen bukan untuk istirahat melainkan untuk mengambil semua barang milik gadis itu.
Nalendra duduk di tepi tempat tidur yang setiap hari Ayra tempati. Matanya kini tertuju kepada Ponsel dan sepatu yang gadis itu tinggalkan.
Tanpa terasa mata itu mengembun. Padahal Nalendra datang ke apartemen ini hanya untuk minta maaf dan ingin memperbaiki semuanya. Tapi nyatanya gadis itu sudah pergi. Apakah ia terlambat?
Kemana Ayra pergi? Apa gadis itu pulang ke rumah ayahnya? Atau masih ada di kota ini..? Ayra pergi usai dia memberikan gaji, Jika tau akan seperti ini lebih baik ia pending dulu gaji gadis itu.
Sungguh Nalendra sangat menyesal dengan sikapnya yang semalam. Apa sebegitu sakitnya ucapannya hingga Ayra langsung pergi dari tempat itu. Kemana dia sekarang..
"Den.." Bi Dartik masuk dan duduk di samping pria itu. Nalendra menunduk. Setelah kehilangan Kirana, Kini ia kembali kehilangan Ayra. Padahal kehadiran gadis itu perlahan membuatnya berubah tapi memang Nalendra nya saja yang tidak sadar, Lebih tepatnya tidak peka akan perasaan nya sendiri.
"Dia pergi Bi.. Dan dia pergi semua gara-gara aku.." Bi Dartik diam. Ia tidak tau apa alasan Ayra kabur dari apartemen ini. Yang Bi Dartik tahu perasaan hubungan keduanya baik-baik saja.
Tapi jika baik-baik kenapa Ayra bisa pergi tanpa pamit? Bi Dartik masih memilih diam membiarkan Tuan mudanya ini bercerita. Dan benar saja, Tanpa di minta Nalendra bercerita tentang apa yang terjadi semalam.
Selama Nalendra bercerita, Bi Dartik masih diam dan tidak menyela sama sekali. Helaan nafas wanita itu hembuskan usai pria yang pernah ia rawat dari balita itu selesai bicara.
"Den.. Andai Bibi jadi Ayra.. Bibi pasti akan melalukan hal yang sama.."Nalendra menoleh ke arah Wanita paruh baya itu.
"Ayra itu suka sama Aden.. Dari cara dia bicara, Menatap dan perhatian itu semua bentuk kepedulian Ayra terhadap Den Lendra.. Sebagai seorang wanita yang mencintai prianya. Mungkin Ayra tidak mau Aden terus-terusan terpaut oleh masa lalu Aden yang.. " Bi Dartik menarik nafas sebelum kembali melanjutkan Ucapannya.
"Masa lalu aden yang sudah tiada.."Lanjutnya.
"Maaf apabila Bibi lancang.. Ini sudah lima tahun, Non Kirana pergi meninggalkan kita semua.. Dia sudah bahagia disana.. Dan sekarang giliran Aden yang bahagia disini.."Sebuah senyum tipis terbit dari bibir pria tampan itu.
"Mungkin aden sudah mulai suka sama Ayra, Cuma karena Aden terus-terusan terpaut sama Non Kirana. Jadi Aden gak sadar.. kalau mungkin perlahan Ayra sudah masuk ke hati Aden.. Apa Aden tidak sadar, Kalau perlahan sikap aden berubah semenjak ada Ayra? " Pria itu diam, Jika di pikir-pikir memang benar. Nalendra merasa memang ada perubahan dalam dirinya. Tapi ia masih tidak sadar jika Ayra lah penyebabnya.
"Tapi Ayra sudah pergi Bi? "Ucapnya seakan putus asa. Bi Dartik menepuk pundak Tuan mudanya memberikan semangat serta dukungan.
"Ayra memang sudah pergi Den... Tapi masih belum terlambat kok.. Aden masih bisa cari dia.. Toh, Ayra masih hidup dan ada di bumi ini...
"Makasih Bi.. Lendra akan cari Ayra sekarang.." Dengan semangat empat lima Nalendra beranjak dari duduknya dan pergi untuk mencari dimana Ayra berada.
.
.
.
Tbc
Maliks..malika kmu itu kok gak ada syukurnya bnget sih masih untung loh Nalendra mau besuk.. mlah mnta lebih