NovelToon NovelToon
Hammer Of Judgment

Hammer Of Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: yersya

Hammer of Judgment yang membalas kejahatan dengan kejahatan. Apakah Hammer of Judgment adalah sosok pembela keadilan? Atau mungkin hanyalah sosok pembunuh?

Nantikan kelanjutannya dan temukan siapa sebenarnya Hammer of Judgment.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yersya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 35

Beberapa menit sebelumnya, dia arah timur.

“Selamat tinggal, Erina! Jadilah tumbal untuk sosok yang agung!” Ujar Ana sambil menyeringai. Tubuhku terjatuh, menyebabkan singa yang tengah makan memperhatikan kehadiranku dengan tatapan tajam yang penuh ancaman.

Belum genap beberapa detik, Ana kemudian pergi meninggalkanku. Aku merasa heran, bertanya-tanya mengapa Ana mendorongku. Namun, ini bukanlah saatnya memikirkan hal itu. Ada yang lebih mendesak dari hal itu.

Dengan cepat, aku mengambil belatiku dan memasang kuda-kuda. Wajahku pucat, panik ketika melihat singa yang menatapku dengan tajam.

Tepat ketika aku berpikir dia akan menerkam, singa itu tiba-tiba membalikkan badannya dan pergi. Aku merasa heran sekaligus lega melihat reaksi tak terduga dari singa tersebut, memberikan sedikit kelegaan dalam situasi yang tegang.

Sangat jelas Ana mencoba untuk membunuhku. Dan juga, apa maksudnya dengan tumbal? Dan siapa yang dia maksud dengan sosok yang agung? Apapun itu, mungkin dia akan mendekati teman-temanku yang lain, aku harus cepat-cepat memberitahu mereka mengenai hal ini.

Aku kemudian menyarungkan kembali belatiku, kembali ke zona aman.

Vin dan Reno seharusnya baik-baik saja, lebih baik aku pergi ke selatan terlebih dahulu, tempat Nada berada.

Tanpa ragu, aku segera memutuskan untuk berlari ke arah selatan menuju tempat Nada berada. Langkahku cepat dan mantap, dengan mata yang fokus pada tujuan yang mendesak. Udara berdesir di sekelilingku, mengiringi langkah-langkah tergesa yang membawaku menuju keberadaan Nada.

Setelah beberapa menit berlari, aku melihat Ana berdiri di dekat pohon, sambil memperhatikan sesuatu dengan serius. Aku penasaran dan menoleh ke arah yang sama, ingin tahu apa yang sedang dilihatnya. Tidak berapa lama kemudian, kejutan besar menyergapku saat melihat Nada dan seorang wanita berdiri di depannya, lalu wanita itu tiba-tiba jatuh terkapar di tanah.

Melihat hal itu, Ana kemudian berlari ke arah Nada, mengeluarkan pisau, dan menusuknya dari belakang.

“NADAAAAAAAA….!” Teriakku. Aku kemudian mengeluarkan belatiku, mengayunkannya kearah Ana.

Ana menoleh kebelakang ketika mendengar teriakanku, dia kemudian melepaskan tusukan pisaunya dan menangkis seranganku. Namun, posisi tubuhnya tidak seimbang, dia kemudian melompat ke belakang dan mundur beberapa langkah.

“Nada! Bertahanlah!” Ujarku, lalu menahan pendarahan Nada menggunakan tanganku.

“Ahaha… aku lengah…” ucap Nada sambil tertawa kecil.

“Jangan tertawa! Bertahanlah!” Ujarku dengan panik.

“Maaf… aku mau tidur… sebentar…” kata Nada dengan suara lemah.

Tepat saat itu, kebingungan melanda pikiranku, dan aku merasa seperti terselimuti oleh kabut yang mencekam.

“Bagaimana kau bisa selamat?” Tanya Ana.

Aku kemudian menoleh ke arah Ana, menatapnya dengan tatapan kosong.

“Bunuh! Bunuh! Bunuh wanita itu!” sebuah suara tiba-tiba muncul di benakku, seperti bisikan iblis yang menggodaku untuk membunuh Ana.

Aku tidak dapat memikirkan ataupun mendengar apapun, satu-satunya yang dapat aku dengar adalah suara yang tiba-tiba muncul di benakku.

Tanpa sadar, tubuhku bergerak dengan sendirinya, menyerang Ana secara membabi buta. Dan, tanpa aku sadari, Ana terlentang diatas tanah dengan tubuh yang bersimbahan darah.

Ana meringis kesakitan, menunjukkan bahwa dia masih hidup. Aku kemudian mengangkat belatiku, bersiap memberikan serangan terakhir.

“ERINA!” Teriak Nada, membuatku berhenti sejenak.

Aku menoleh ke arah Nada, melihat ekspresi putus asa di wajahnya. Reno, yang berusaha menghentikan pendarahan Nada, juga menatapku dengan ekspresi keheranan.

Ketika melihat kedua telapak tanganku yang berlumuran darah, aku terkejut. Wajahku pucat, menyadari apa yang baru saja terjadi dan dampak dari tindakan yang aku lakukan tanpa disadari.

Belum genap beberapa detik, aku mendengar suara langkah kaki mendekat. Seseorang muncul dari balik semak-semak. Wajahku semakin pucat, mataku berair, tubuhku gemetar, belati ditanganku terlepas dan jatuh ke tanah.

“V-vin…?” aku tergagap, memanggil dengan ragu nama yang kukenal.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!