Bintang Untuk Alvaro

Sonya bersiap-siap untuk pergi pemotretan. Beberapa hari ke depan jadwalnya sangat padat. Jadi ia tidak bisa bertemu dengan Alvaro. Dan pagi ini lelaki tampan itu juga tidak bisa pergi mengantarkannya ke lokasi.

" Cemberut aja Lo dari tadi?" tanya manager Sonya.

" Kesel gue"

" Kesel kenapa?"

" Alvaro, masa dia nggak bisa nganterin gue ke lokasi pemotretan"

" Ya kan dia juga pergi ke kantor, ya wajar lha"

" Gue merasa Alvaro sudah berubah "

" Berubah gimana?"

" Dia nggak mau menuruti kemauan gue lagi"

" Apa dia sudah menemukan gadis yang dia sukai?"

" Nggak mungkin, Varo paling anti dengan wanita"

" Siapa tau gadis yang ini beda, mampu menggetarkan hatinya Varo"

" Lo kok ngomongnya gitu sih!. Bukan malah menenangkan gue, malah tambah bikin kesel gue"

" Kalau semua cara Lo gagal. Kenapa nggak Lo coba pake cara halus aja"

" Maksud Lo "

" Campur obat perangsang ke minuman Varo"

" Obat perangsang?"

" Iya, setelah itu Lo bermain deh dengan tubuhnya"

Sonya memikirkan apa yang dikatakan manager sekaligus temannya itu. Ia memang belum pernah memberikan obat seperti itu pada Alvaro.

Apa dia harus mencoba jalan ini supaya bisa bersama lelaki yang dia cintai.

" Lo nggak usah khawatir, ntar gue yang cari obatnya untuk Lo "

" Ya Lo atur aja"

Kalau hanya dengan cara seperti ini dia bisa menjerat Alvaro. Maka ia akan dengan senang hati melakukannya.

" Kapan kita melakukannya?"

" Selesai pemotretan lha. Gue nggak bisa melakukan hal lain, kalau jadwal pemotretan gue masih padet kayak gini"

" Ok, kita lakukan setelah jadwal pemotretan selesai"

" Hhhhmm"

Mereka pun sampai di lokasi pemotretan. Di sana semua kru sudah siap untuk melakukan pengambilan gambar wanita cantik itu.

Seperti biasa sebelum pemotretan Sonya pakai makeup dulu. Selesai makeup, Sonya langsung mengambil posisi.

Fotografer mengambil beberapa posisi dengan view yang berbeda-beda. Tidak butuh waktu lama untuk mengambil gambar Sonya. Karena wanita cantik itu tau posisi yang seperti apa saat view-nya alam seperti ini.

" Wow, seperti biasa hasil gambarnya selalu bagus"

Sonya tersenyum mendengar pujian fotografer itu. Mendapatkan pujian seperti itu sudah biasa bagi Sonya. Karena memang hasil gambarnya memang tidak pernah mengecewakan.

" Nggak salah banyak brand yang memakai kamu sebagai modelnya. Karena hasilnya memang sangat bagus"

" Terima kasih, saya hanya melakukan pekerjaan saya"

Pujian terus keluar dari mulut para kru itu. Mereka senang bekerja sama dengan model seperti Sonya. Sudah cantik, pintar dan juga profesional dalam bekerja.

" Nanti malam kamu punya waktu nggak?" tanya cowok yang berprofesi sebagai fotografer itu.

" Iya mas, beberapa hari ini jadwal aku padat. Kenapa?"

" Rencananya saya mau ngajak kamu dinner. Tapi karena jadwal kamu padat, jadi kita pergi dinner nya lain waktu saja"

" Iya mas, lain waktu saja kita dinner-nya"

" Hhhmm "

Manager Sonya, membawa Sonya ke dalam mobil. Mereka akan pergi ke lokasi berikutnya. Jadi tidak ada waktu untuk mengobrol lama dengan kru.

" Untung Lo cepat bawa gue masuk ke dalam mobil. Gue bosan ngomong sama cowok kere kayak gitu"

Sonya malas sekali ngobrol dengan laki-laki yang sok akrab dengannya. Apalagi pekerjaannya cuma seorang fotografer, yang penghasilannya cuma pas-pasan. Dan orang seperti itu ingin berusaha mendekatinya?. Sungguh membuatnya muak.

***

Karena tidak berangkat kerja, Alvaro sengaja bangun agak siang. Dengan wajah khas bangun tidurnya, lelaki tampan itu beranjak dari tempat tidurnya.

Alvaro pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Siang ini ia akan pergi ke restorannya. Sudah lama ia tidak melihat kerja karyawannya. Jadi siang ini dia akan mengecek pekerjaannya yang ada di restoran.

Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk Alvaro membersihkan dirinya. Selesai mandi, ia segera memakai pakaiannya. Siang ini ia akan memakai baju kaos polos berwarna putih, dengan lengan pendek. Dan dipadukan dengan celana jeans selutut.

Alvaro menyisir rambutnya, tak lupa dia memakai minyak rambut supaya rambutnya rapi walaupun kena angin puting beliung sekalipun. Sentuhan akhir ia menyemprotkan parfum ke pakaiannya.

Sebelum keluar dari kamarnya, Alvaro mengecek lagi penampilannya, apakah ada yang kurang. Setelah di rasa cukup, barulah ia keluar dari kamarnya.

" Mau kemana Bang?" tanya sang mama saat melihat putranya sudah berpenampilan tampan seperti itu.

" Keluar sebentar Ma"

" Mau ngedate ya?"

" Nggak"

" Jangan bohong"

" Ngapain juga Abang bohong. Abang mau mengecek pekerjaan"

" Ngecek pekerjaan memakai baju santai seperti ini?"

" Hhmmm"

" Tumben-tumben Abang ngecek kerjaan pakai baju santai"

" Ya kan nggak ada larangan juga Ma. Ya udah Abang jalan dulu ya, Assalamualaikum"

" Hati-hati di jalan, Wa'alaikum salam "

Alvaro segera masuk kedalam mobilnya. Kalau berlama-lama di sana, pasti mamanya akan bertanya lagi. Alvaro melajukan mobilnya meninggalkan mansion milik orang tuanya.

Suasana siang ini cukup panas. Untung saja kondisi jalanan ibu kota aman terkendali, tidak macet. Jadi Alvaro bisa cepat sampai di restoran miliknya.

Setelah memarkir mobilnya Alvaro segera masuk kedalam restoran. Yang langsung di sambut sama satpam yang berjaga di sana.

" Siang tuan"

" Siang"

Pak satpam itu tidak tau kalau yang baru masuk tadi adalah pemilik restoran itu. Dia mengira Alvaro hanya pembeli biasa. Tapi itu tidak masalah bagi Alvaro. Makin sedikit yang tau makin lebih baik.

Kedatangan Alvaro langsung saja menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di restoran itu. Termasuk manager restoran yang kebetulan baru bertemu dengan salah satu pelanggan VVIP di restoran ini. Manager itu segera menghampiri sang bos.

" Kenapa anda nggak bilang kalau mau sini?"

" Sengaja, supaya kamu tidak membuat acara penyambutan"

" Hehehe bos tau aja"

Alvaro tidak begitu suka dengan acara penyambutan seperti itu. Menurutnya itu terlalu berlebihan. Bagaimana tidak, semua karyawan di paksa berkumpul. Padahal mereka juga belum tentu suka hal-hal seperti itu.

" Hei kalian, cepat siapkan makanan untuk pelanggan istimewa kita" kata manager itu pada koki dan juga pelayan yang ada di sana.

" Ba..baik Pak"

" Duduk dulu bos"

" Jangan bersikap formal seperti itu sama saya. Karena saya kesini bukan dalam rangka bekerja. Jadi perlakukan saya sama dengan pelanggan lainnya"

Manager itu sudah tau pasti bosnya akan berbicara seperti itu. Bosnya itu memang tidak suka dengan yang heboh-heboh. Seperti acara penyambutan seperti yang biasa orang lakukan.

" Nggak bisa begitu dong bos. Anda kan pemilik restoran ini, jadi mana boleh seperti itu"

" Ya sudah terserah kamu saja"

Alvaro mengedarkan pandangannya. Ia mencari sosok gadis cantik yang beberapa hari ini menyita perhatiannya. Gadis yang mandiri dan pekerja keras.

" Bos cari siapa?"

" Ah, ng..ngak"

" Jangan bohong"

" Saya itu nggak suka bohong, jadi untuk apa saya berbohong sama kamu"

" Dari raut wajah tuan saja, saya sudah tau kalau tuan sedang mencari sesuatu. Siapa?"

" Sok tau kamu"

Apa ekspresinya begitu mudah terbaca. Padahal ia bersikap seperti biasanya. Tapi kenapa manager-nya tau kalau dia sedang mencari seseorang.

To be continue.

Happy reading 😚😚