Turun Ranjang (Sang Pengganti)

Beberapa waktu yang lalu.

Dito memberitahu Ryan mengenai berita yang beredar. Ryan baru saja keluar dari ruang meeting. Dia nampak panik dan cemas. Dito juga mengatakan jika beberapa oknum menyerang restoran tempat Luna bekerja. "Terus gimana keadaan Luna?" tanyanya dengan panik.

"Nyonya muda belum masuk. Dia masih di kampus." jawab Dito.

"Suruh orang untuk mengawasi dan melindungi dia!" perintah Ryan.

Ryan mulai panik. Dia memikirkan cara untuk menyelesaikan kekacauan ini. Dia melihat berita online itu dan menjadi marah. Apalagi banyak komen netizen yang mengatakan Luna sebagai pembunuh kakaknya sendiri. Ryan mencemaskan keadaan Luna. "Tuntut mereka semua yang menghujat Luna!" katanya dengan marah.

"Mereka akun bot dan akun bayaran bos." jawab Dito.

Ryan kembali terdiam dengan wajah kesal. Dia masih memikirkan cara untuk meredam semua itu. Cukup lama Ryan berpikir. Sampai Rose datang ke kantornya.

"Ryan, kamu sudah lihat berita online? Mereka menghujat kamu dan Luna sebagai pasangan tak tahu diri. Kamu nggak apa-apa kan?" Rose nampak khawatir. Dia takut komentar negatif tersebut mempengaruhi Ryan yang biasanya memiliki citra bagus, selain rumor bahwa dia seorang playboy yang sering gonta ganti wanita.

Padahal berita semacam itu tidak mempengaruhi Ryan sama sekali. Dia biasa digosipkan dengan banyak wanita. Yang membuat Ryan kalang kabut yaitu kondisi istrinya. Lagipula orang-orang juga tidak tahu bahwa dia dan Luna sudah menikah. Netizen hanya tahu jika mereka dekat melalui foto yang diunggah oleh salah satu akun berita.

"Nggak kok. Aku sudah terbiasa digosipin seperti itu. Bahkan mereka menganggap aku playboy." jawab Ryan mulai berusaha tersenyum. Dia sengaja menyembunyikan kegelisahannya di depan Rose.

"Kamu mau nggak publikasi hubungan kita?" tanya Ryan tiba-tiba.

Tentu saja Rose kaget mendengar pertanyaan Ryan. "Aku hanya khawatir kamu terpengaruh karena berita ini. Aku hanya ingin tunjukan ke semua orang, siapa wanita yang bersamaku saat ini. Aku hanya ingin mereka tahu siapa yang aku cintai." kata Ryan lagi.

Rose tersenyum bahagia mendengar perkataan Ryan. Dia menatap Ryan dengan mata berbinar. Kemudian dia memeluk Ryan dengan bahagia. "Aku hanya ingin semua orang tahu jika kamu bukan seorang simpanan, melainkan orang yang pantas bersamaku." imbuh Ryan.

Rose menganggukan kepalanya. Dia setuju dengan permintaan Ryan untuk mempublikasikan hubungan mereka. Karena memang itu yang dia inginkan. Rose tersenyum bangga. Dia merasa menang atas Luna yang hanya bisa memiliki status dengan Ryan. Tapi tidak pernah ditunjukan kepada dunia.

Ryan kemudian meminta Dito untuk menghubungi wartawan. Dia akan mengadakan konfrensi pers dalam waktu satu jam mendatang. "Siapkan ruangan untuk konfrensi pers! Aku akan umumkan siapa wanita yang pantas bersama denganku!" perintah Ryan.

"Ya bos." Dito segera pergi untuk menyiapkan semuanya sesuai dengan perintah Ryan.

Rose merasa sangat bahagia karena dia akan diumumkan sebagai calon istri dari Ryan Wisnu Dewangga. Seorang pengusaha kaya raya, anak dari konglomerat terkaya. Dunia akan menatapnya dengan bangga. Rose tak berhenti tersenyum. Dia juga terus memeluk Ryan dengan perasaan bahagia serta bangga.

Di salah satu ruangan di perusahaan Ryan. Telah disiapkan tempat untuk Ryan melakukan konfrensi pers. Ada beberapa wartawan yang datang. Mereka menanyakan mengenai foto yang beredar dan sempat membuat heboh.

"Terima kasih, pertama-tama aku akan kasih penjelasan mengenai foto yang beredar itu. Ya, itu memang fotoku dengan adik dari mendiang istriku. Tapi, kedekatan kita hanya sebatas kakak dan ipar, dan juga kita sudah kenal sejak kecil." kata Ryan menjelaskan mengenai foto dirinya dan Luna di kafe Ana Bear.

"Lalu apakah benar jika adik istri pak Ryan itu yang sengaja mencelakai kakaknya ?"

Mendengar pertanyaan salah satu wartawan itu membuat Ryan sempat kesal. "Polisi sudah mengecek semuanya. Ya memang ada rem yang bermasalah. Tapi tidak ditemukan apapun yang berhubungan dengan Laluna. Jadi kesimpulannya itu memang keteledoran pengendara yang tidak mengecek terlebih dulu kendaraannya. Tidak ada sangkut pautnya dengan adiknya. Jadi stop hujat Laluna! Stop katain dia pembunuh, karena dia juga sangat kehilangan." ucap Ryan. Ada nada yang ia tekankan disana.

Ya, polisi sudah melakukan pengecekan dan juga hasil seperti yang Ryan sampaikan kepada wartawan itu.

"Dan aku juga mau sampaikan kepada teman-teman wartawan semua. Bahwa aku akan menikah dengan wanita yang ada disamping aku ini." Rose menggenggam tangan Rose di depan semua wartawan yang hadir.

"Kalau pak Ryan akan menikah dengan nona ini, lantas bagaimana hubungan pak Ryan dengan nona Laluna?"

"Kita akan tetap jadi teman. Dia sudah seperti adikku sendiri." jawab Ryan lagi. Ryan masih terus menggenggam tangan Rose.

"Kapan rencana pak Ryan akan menikah? Apakah nona ini sama dengan wanita yang dekat dengan pak Ryan selama ini?"

"Untuk pernikahan kami, nanti aku hubungi teman-teman wartawan kalau sudah waktunya. Karena kita masih mencari hari yang pas."

"Dan apakah dia sama dengan wanita lain? Tentu saja tidak. Dia wanita special buat aku. Dia wanita yang membuat aku begitu antusias dalam menjalani hidup." Ryan menatap Rose dengan penuh kelembutan.

"Meskipun dia teman dari mendiang istriku, tapi aku mohon jangan pernah hujat dia! Kita menjalin hubungan setelah Lita meninggal. Jadi jangan hujat orang yang aku sayang, atau aku akan menuntut kalian semua." ucap Ryan.

Namun, kata-kata terakhir Ryan tersebut seperti ditujukan untuk orang lain. Tapi entahlah, hanya Ryan yang paham.

Pengakuan Ryan tentang siapa Rose membuat para wartawan sempat heboh. Namun mendengar perkataan Ryan yang terakhir, mereka pun kembali tenang.

"Aku rasa cukup sampai disini. Terima kasih teman-teman wartawan semuanya. Nanti aku kabari lagi tentang pernikahanku." Ryan menutup konfrensi pers dengan senyuman diwajahnya. Dia juga menatap Rose dengan penuh kelembutan. Kemudian mengajak Rose pergi sembari terus menggandeng tangannya.

Setelah konfrensi pers, Ryan kembali ke ruangannya. Dan Rose pun diminta untuk pulang karena Ryan masih punya banyak kerjaan. Karena merasa senang, Rose pun menurut apa kata Ryan. Dia sama sekali tidak protes.

Waktu masuk ke ruangannya seketika wajah Ryan berubah. Dia yang tadi waktu konfrensi pers terlihat tersenyum. Kini senyumanan di wajahnya menghilang. Ada sesuatu yang benar-benar mengganggu pikirannya.

"Gimana keadaan Luna?" tanyanya lagi.

"Nyonya muda sekarang di rumah lamanya. Dan oknum itu juga sempat menyerang rumah lama nyonya. Beruntung nyonya tidak kenapa-napa." jawab Dito.

Ryan menganggukan kepalanya pelan. "Syukurlah." lirihnya.

"Menurutmu, dia lihat nggak konfrensi pers tadi?" tanya Ryan pelan. Seperti ada yang dia khawatirkan.

"Aku kurang tahu bos. Tapi, walau nggak lihat sekarang, nanti nyonya muda pasti juga lihat. Karena berita ini termasuk berita penting, apalagi ada nama besar bos." jawab Dito takut-takut.

Ryan bersandar di kursi kerjanya. Dia memijit pelipisnya pelan. Banyak sekali yang dia pikirkan sehingga membuat kepalanya agak pusing.

"Jangan sampai papa dengar masalah ini!" katanya.

Dito hanya menganggukan kepalanya. Dewangga masih sakit, jadi kemungkinan besar ia tidak melihat berita. Jadi masalah ini mungkin tidak akan sampai kepada Dewangga, kecuali ada orang yang sengaja memberitahunya.