(Identitas Tersembunyi) Inarah yang biasa di sapa Nara sudah dari dulu tak mengikuti jejak sang kakak dan sang adik yang masuk pondok pesantren, Nara memilih sekolah di SMA milik sang kakek.
Tak ada yang tau bahwa Nara adalah cucu dari pemilik SMA karena Nara memang tak menyombongkan diri, bahkan Nara yang penampilannya seperti anak pesantren justru menjadi hinaan oleh teman-teman sekolahnya dan jadi korban bullying.
Tapi itu hanya sesaat, ketika Nara sudah lelah berpura-pura menjadi lemah kini taring yang selama ini di sembunyikannya pun keluar juga bahkan membuat para bullying jadi ketakutan.
Ikuti ceritanya Nara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Setelah satu minggu SMA tersebut melakukan ulangan semester satu, kini seluruh murid berkumpul di laboratorium untuk mengambil kertas yang berisi hasil ulangan para murid.
Setelah mendapatkan hasil ulangan masing-masing, Nara membuka hasil ulangannya dan syukurnya tak ada satu pun mata pelajaran yang harus mengulang, semuanya tuntas dengan nilai yang baik.
Erika mengulang mata pelajaran Kimia, sedangkan Adi mengulang mata pelajaran Fisika. Antara mereka berempat hanya Nara dan Beni yang tak mengulang sama sekali, tapi tidak tau teman mereka yang lain.
Pukul 11.00 siang Nara dan teman-temannya berkumpul di depan kantin yang tak jauh dari musholla, jika masuk waktu Dzuhur mereka tinggal menyebrang, dari kejauhan ada Raden yang berjalan menghampiri mereka.
"Nah, kenapa lagi nih?" tanya Erika melihat Raden yang menghampiri mereka dengan raut wajah serius
"Ben, di cari Pak Irwan" kata Raden dengan napas tak beraturan
"Pasti pas jalan tadi lupa napas ya, Den?" tanya Adi
"Matilah gue kalo gak napas" sahut Raden masih terengah-engah
"Sana Ben, datangin dulu. Ada perlu apa Pak Irwan nyariin loe, nanti kesini lagi" titah Erika
Nara mengangguk, Beni pamit dengan teman-temannya untuk menemui Pak Irwan dahulu tapi Beni juga berpesan pada teman-temannya untuk tidak pergi kemana-mana sebelum dirinya kembali.
Nara dan yang lain kembali menikmati gorengan yang di beli oleh Adi tadi, Raden yang kelelahan langsung mengambil minuman milik Adi dan menghabiskannya begitu saja.
"Den, astaga-toge habis haaa" kata Adi frustasi sembari menghentakkan kakinya seperti anak gadis yang tengah merajuk
"Haus, terima kasih ya Adi. I LOVE YOU" kata Raden langsung berlari menyusul Beni
"Ahh, ihh kesel. Ogah banget dapat LOVE dari loe, bukan tipe gue huuu....." kata Adi lagi-lagi bergaya kayak perempuan yang ke Ge-Er an tak karuan
"Jijik dah, gue lihat loe kayak gitu Di" kata Erika bergidik
"Aku tampol cabe, mata mu Di" gerutu Nara terkekeh
"Ahh!!! susah ya jadi perawan primadona di sekolah, banyak yang iri" kata Adi sembari berdiri lalu berjalan seperti bebek masuk kantin memesan minuman lagi
"Ya Allah, Adi...." pekik Erika sembari geleng-geleng melihat kelakuan Adi
"Adi itu tampan dan manis, tapi sayang kayak perempuan" kata Nara masih terkekeh
"Bener banget, Nara. Kalau dia gak gitu mungkin aku naksir sama dia" jawab Erika
Nara dan Erika melanjutkan menikmati gorengan sembari membahas liburan nanti, liburan semester satu ini bergabung dengan liburan tahun baru yang mana akan banyak tempat wisata di buka di berbagai kota.
"Putri sekarang aneh banget ya"
Dua murid perempuan teman satu kelas Nara dan teman-temannya, datang ke kantin langsung membahas soal Putri yang akhir-akhir ini memang jadi buah bibir setiap murid ketika melihat kelakuannya yang aneh.
"Iya, gue lihat-lihat Putri itu kayak orang....."
Susi tak melanjutkan kata-katanya saat melihat Nara dan Erika yang ada di kantin juga, Helma yang penasaran menyikut lengan Susi. Susi menunjuk Nara dan Erika dengan dagunya, Helma menoleh lalu mengangguk.
"Kayak orang masuk angin gitu" bisik Susi tapi masih terdengar oleh Nara dan Erika
"Masak masuk angin sampe seminggu, ngeronda kali tuh anak" kata Helma sembari memilih-milih gorengan yang berjejer di atas meja kantin
"Woii gosip mulu, jangan di kantin. Sana di acara TV gosip, jadi presenter sekalian" sahut Adi
"Ihh kayak cewek aja loe Adi, sensitif banget" kata Helma cemberut
Erika menyuruh Adi untuk diam, untuk tidak menyahuti Helma. Yang ada jadi panjang urusannya, karena mulut perempuan memang sangat panjang jika sudah berbicara apalagi ketika tengah marah.
Selang berapa menit Beni datang membawa beberapa kertas ulangan Matematika mereka berempat, nilainya bagus-bagus, Adi terus mengucap syukur karena baru kali ini mendapatkan nilai yang memuaskan.
"Alhamdulillah" ucap Beni
"Ini berkat belajar bersama Nara" kata Adi
"Iiiuhhh" sahut Helma dan Susi ketus
"Kenapa sih? Iri ya sama kita" kata Erika tersenyum dengan penuh kemenangan
"Remedial ya, hhuuuu" kata Adi memanas-manasi keduanya, dengan mengibaskan kertas ulangan di wajahnya
Susi dan Helma langsung pergi dari kantin dengan raut wajah kesal, Adi dan Erika tertawa puas sudah membuat Susi dan Helma kesal, apalagi berhasil mengusir keduanya dari kantin tersebut.
Bel pulang berbunyi, Nara dan teman-temannya duduk di gazebo menunggu jemputan masing-masing, selama menunggu mereka mengobrol sembari tertawa melihat tingkah Adi yang selalu melucu.
Ada segerombolan murid kelas lain yang keluar dari gerbang sekolah menatap sinis ke arah Beni, terlihat murid itu tengah kesal dengan hasil ulangannya yang ada di tangannya yang di pegangnya.
Murid itu adalah Beni Setiawan, yang waktu itu balapan liar dan menuduh Beni Nugroho teman Nara. Beni tetap santai cuek saja tanpa menanggapi, selang berapa menit ketua kelas X.IPS.3 keluar dengan raut wajah kesal juga.
Ketua kelas itu menoleh sekilas kemudian berlalu begitu saja, Nara dan teman-temannya juga tak terlalu banyak bicara mengenai dua murid tadi, fokus mereka membahas mengenai liburan nanti.
Satu persatu dari rombongan Nara mulai di jemput oleh orang tua masing-masing, tak lama kemudian Mang Udin juga telah sampai untuk menjemput Nara, Nara segera masuk mobil dan duduk di kursi belakang.
"Sekarang wajah non Nara, terlihat cerah dan bahagia terus ya" kata Mang Udin saat mobil sudah melaju
"Alhamdulillah, Mang. Tidak ada lagi yang mengganggu Nara, jadi Nara merasa damai dan tentram sekarang. Belajar juga jadi makin fokus, udah banyak yang mau temannya dengan Nara juga"
"Alhamdulillah ya, non" kata Mang Udin
Nara sekarang semakin semangat sekolahnya, dulu awal masuk sekolah Nara sempat berpikir pasti tak ada yang mau bertemannya dengan penampilannya seperti anak pesantren berbeda dengan yang lain.
Apalagi hinaan dan cacian sering di dengarnya dari setiap murid yang tak menyukainya, syukurnya Nara justru memiliki tiga teman yang di anggapnya sahabat karena berteman dengannya begitu tulus.
Meski pun sampai detik ini masih ada yang membencinya, tapi Nara tak peduli. Toh membuat semua orang menyukai kita itu sangat melelahkan, jadi lebih baik tetap jadi diri sendiri dan apa adanya.
Yang terpenting Nara ingin menyebarkan energi positif pada teman-temannya, agar mereka bisa jadi orang yang sukses dan bermanfaat kelak ketika dewasa nanti, perjuangan mereka juga masih panjang.
Sesampai di rumah Nara langsung menunjukkan hasil ulangannya pada kedua orang tuanya, Abinya berpesan untuk tetap rendah hati dan tidak sombong ketika mendapatkan keberhasilan.
kalau di dunia nyata ya langsung sdh ambil tindakan berurusan dgn pihak yang berwajib.