Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Aura keluar dari lift, wanita itu sempat menjadi pusat pergantian saat berjalan di lorong menuju tempat rekannya bekerja.
Pagi Sandra," Sapa Aura saat sudah sampai di depan meja rekannya.
Wanita yang namanya di panggil mendongak dan matanya membulat sempurna karena melihat wajah Aura di depannya.
"Ya ampun Aura!"
Pekikan Sandra sukses membuat beberapa orang yang ada di kubikel itu mendongak, dan mereka cukup terkejut melihat Aura mendatangi divisi mereka.
Aura tersenyum ramah, wanita itu tampak begitu cantik setiap harinya.
"Kamu tumben turun kesini? Ada apa? Apa kamu punya banyak waktu senggang sampai bisa keluyuran disaat jam kerja?" Tanya Wulan banyak sekali.
Aura masih tersenyum, matanya mengedar keseluruhan ruangan itu, dimana orang-orang di sana melanjutkannya pekerjanya. Tanpa merasa terganggu dengan kedatanganya. Ya, semua karena mereka berpikir jika Aura adalah karyawan biasa seperti mereka.
"Tidak juga, aku hanya ingin mengatakan kalau aku dipindahkan di kantor pusat, jadi-"
"Apa!" Sandra mewakili keterkejutan mereka semua, namun tak banyak mereka juga menanti penjelasan Aura.
"Aku hanya sementara menggantikan sekertaris Tuan Haikal yang sedang cuti saja." Terangnya tanpa ada yang ditutupi.
"Eh, tapi kemarin ada wanita yang mencari Tuan Haikal sampai kesini, tapi aku tidak tahu siapa dia."
Aura menaikkan alisnya sebelah, tampak berpikir.
'Siapa? Apa itu Vera?' Batin Aura merasa kesal.
Jika Aura sedang menemui teman-temannya, maka kedua pria ini juga melakukan hal yang sama. Haikal bersama Enggar juga tak ada kegiatan selain mengobrol, terkadang tentang pekerjaan, terkadang juga ngegosip.
"Kemarin Vina datang ke sini." Ucap Enggar sambil menyeruput kopinya.
Alis Haikal menukik merespon ucapan Enggar. "Untuk apa?"
Enggar menghela napas, "Cari Lo lah, emang ngapain lagi!" Enggar mendelikkan matanya pada sahabat sekaligus partner kerjanya itu.
Haikal menghela napas, "Gue gak tau kalau dia masih ngejar-ngejar gue." Katanya sambil menatap Enggar.
"Dia itu tipe wanita yang harus mendapatkan kalau sudah di incar, jadi Lo harus hati-hati terutama bini Lo."
Haikal mengangguk saja, bukan hanya persaingan bisnis saja musuh berkeliaran, tapi tentang cinta ditolak saja bisa menimbulkan musuh.
Haikal melirik jam mahal yang melingkar di tangannya. Sudah tiga puluh menit Aura pergi dan belum kembali.
"Kenapa? Gelisah di tinggal bini lama?" ledek Enggar yang melihat ekspresi kesal Haikal.
"Dia itu kalau udah ngobrol lupa waktu," Gerutu Haikal.
Enggar hanya terkekeh, "Asal gak lupa suami."
Enggar masih tertawa meskipun mendapat pelototan tajam dari Haikal.
*
*
"Ra, si Lisa udah satu minggu ngak masuk. Ijinya sakit." Ucap Sandra.
Aura menaikkan alisnya sebelah, namun tak menanggapi, karena baginya juga tidak penting dan sudah tidak ada urusan lagi dengannya.
"San, aku keatas dulu ya.. jangan lupa berbagi kabar." Aura bangkit dari kursi didepan Sandra dan keduanya melakukan peluk cium pipi.
"Iya Ra, duh.. pasti aku bakalan kangen sama kamu."
"Kalau ada waktu, kita bisa hefune, oke.."
Aura meninggalkan ruangan di mana temanya dulu berada, saat melewati meja kerja Lisa, Aura hanya tersenyum sinis.
Ting
Saat akan memasuki lift Aura di kejutkan dengan kehadiran sosok wanita cantik di dalamnya.
Melihat gelagat wanita itu, sepetinya dia lupa dengan dirinya.
Aura menormalkan ekpresi wajahnya, dan masuk kedalam dengan satu lift bersama Vina.
"Kamu sekertaris Haikal kan!"
Aura tampak berdehem, sebelum menjawab.
"Saya, sekertaris pak Enggar Nona." katanya dengan sopan.
Karena belum pindah dengan resmi, jadi Aura masih menjadi sekertaris pak Enggar bukan.
"Ohh.." jawaban Vina singkat.
Lift kembali berhenti dan terbuka, kali ini keduanya keluar bersama karena memang tunjukan lantai mereka sama.
"Aku mendapatkan informasi, kalau Haikal berada di sini, jadi aku langsung kesini, tolong jangan ada yang ganggu kami. Kamu paham!" Vina mendelikkan matanya pada Aura.
Meskipun hanya sekali bertemu, tapi Vina masih ingat sosok wanita yang dibawa Haikal di restoran dulu.
"Baik Nona."
Pada akhirnya Aura belok kemeja kerjanya, sedangkan Vina menerobos masuk keruangan Enggar tanpa permisi.
Aura hanya tersenyum melihat tingkah wanita yang sama sekali tidak ada etika.
"Katanya berkelas, tapi-"
Aura hanya mengedikkan bahunya saja, hingga baru saja mendudukkan tubuhnya ponselnya berdering.
Melihat nomor tanpa nama membuat tubuh Aura menegang, hingga bergetar.
"H-halo."
Ceklek
"Saa-" Haikal sudah ingin meyambut kedatangan sang istri dengan menyebut kata sayang. Tapi hanya sepotong setelah melihat siapa yang datang.
"Hai..maaf aku datang mengejutkan kalian." Sapa Vina dengan seyum lebarnya.
Haikal tampak malas, sedangkan Enggar hanya tersenyum tipis.
Bruk
Langsung duduk di samping Haikal, Vina merangkul lengan pria itu tanpa malu.
"Apa-apaan sih kamu!" Tolak Haikal kesal.
Haikal mengibaskan tangan Vina agar menjauh, didekati saja sudah membuatnya bergeridik, apalagi dipegang-pegang.
"Ngae, gue mau cari Aura!"
Haikal bangkit dari duduknya membuat Vina cemberut dan kesal. Apalagi Haikal meyebut nama wanita lain didepanya.
"Kamu jangan pergi dong, aku jauh-jauh kesini mau ketemu kamu." Ucap Vina dengan manja.
Enggar menahan senyum melihat seberapa kesal wajah Haikal.
"Terserah!"
Haikal tetap melangkah pergi, baginya berurusan dengan wanita adalah hal yang sangat mengerikan.
Melangkah keluar meninggalkan ruangan Enggar dengan Vina. Haikal tampak mengerutkan keningnya saat melihat sebuah cup minuman di meja Aura.
"Siapa yang membawa ini," Gumamnya sambil menyentuh cup berisikan kopi kesukaan Aura.
Haikal mengambil ponselnya untuk menghubungi Aura, tapi sudah beberapa kali tidak tersambung, ponselnya tak aktif.
"Sial! Kamu kemana Aura!" Gumam Haikal kesal dan khawatir.
Haikal kembali masuk keruangan Enggar dengan tergesa membuat Vina yang tadinya cemberut kini kembali tersenyum.
"Kamu pasti kembali, tidak mungkin tega meninggalkan aku begitu saja." Ucap Vina dengan senyum manisnya.
Haikal tak menggubris, wajahnya terlihat panik membuat Enggar penasaran.
"Ada apa?" Tanya Enggar.
"Gue mau lihat cctv, Aura tidak bisa dihubungi." Ucap Enggar yang sudah duduk di kursi kerja Enggar.
Enggar segera bangkit dan berdiri disamping Haikal, membuka laptop untuk melihat cctv.
"Kamu kenapa sejak tadi sebut nama wanita lain sih Kal, akukan ada disini." Dengan tidak tahu malu, Vina merajuk seperti seorang kekasih yang diabaikan.
Haikal tak menggubris, dia terus fokus pada layar yang menunjukan dimana Aura berada.
"Dia sudah kembali, tapi siapa yang menghubunginya, sampai dia terburu-buru seperti itu." Gumam Haikal.
Enggar langsung menghubungi seseorang, memerintahkan anak buahnya untuk mencari Aura.
"Gue pergi dulu." Haikal beranjak dari duduknya, dengan tergesa sambil menghubungi Beni.
"Cari Aura sampai ketemu!" Perintahnya.
Vina yang dicueki tampak meradang, hingga membuatnya mengepalkan tangannya dengan menahan kemarahan.
"Sialan kalian! Dan kau Aura, lihat apa yang akan aku lakukan!" Tekadnya penuh dendam.