Rafael Graziano Frederick, seorang dokter spesialis bedah, tak menyangka bahwa ia bisa kembali bertemu dengan seorang gadis yang dulu selalu menempel dan menginginkan perhatiannya.
Namun, pertemuannya kali ini sangatlah berbeda karena gadis manja itu telah berubah mandiri, bahkan tak membutuhkan perhatiannya lagi.
Mirelle Kyler, gadis manja yang sejak kecil selalu ingin berada di dekat Rafael, kini telah berubah menjadi gadis mandiri yang luar biasa. Ia tergabung dalam pasukan khusus dan menjadi seorang sniper.
Pertemuan keduanya dalam sebuah medan pertempuran guna misi perdamaian, membuat Rafael terus mencoba mendekati gadis yang bahkan tak mempedulikan keselamatan dirinya lagi. Akankah Mirelle kembali meminta perhatian dari Rafael?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAK DIMAAFKAN!
Tiga minggu sudah terlewati, selama itu pula hari hari Mirelle diisi dengan terapi untuk kesembuhan tangan dan kakinya.
“Sekarang berjalanlah sampai ke dinding itu, kemudian berbalik dan langsung berlari,” ucap Catherine.
Mirelle tentu dengan senang hati melakukannya. Ia memang merasakan perbedaan yang cukup signifikan pada kondisi tangan dan kakinya. Ia kembali ke titik semula dengan senyum yang merekah di wajahnya.
“Kamu luar biasa, Elle. Pemulihanmu termasuk cepat,” puji Catherine sambil menuliskan sesuatu dalam catatan kesehatan Mirelle.
“Terima kasih, Kak,” Mirelle tak lagi memanggil Catherine dengan sebutan Dokter karena tiga minggu bersama, membuat hubungan keduanya semakin dekat.
“Sama sama, Elle. Apa yanh akan kamu lakukan setelah ini, Elle?” tanya Catherine.
“Tentu saja kembali bekerja.”
“Apa aku boleh tahu apa sebenarnya pekerjaanmu?” Catherine sedikit penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Mirelle. Hal itu karena Catherine melihat beberapa luka di tubuh Mirelle saat melakukan pemeriksaan.
Mirelle menatap Catherine lalu tersenyum, “aku seorang tentara.”
Mata Catherine membulat, “Benarkah? Aku tak percaya! Kamu hebat, Elle!”
“Terima kasih, Kak.”
“Apa masih ada lowongan di sana? Aku juga ingin bisa menjadi sepertimu … tapi sayang keahlianku hanya di bidang pengobatan,” ucap Catherine.
“Kamu bisa mendaftar menjadi dokter di markas, Kak. Keahlianmu sangat diperlukan karena tentara sangat dekat dengan yang namanya patah tulang,” ucap Mirelle sambil tertawa.
“Wow, sepertinya aku akan punya orang dalam yang akan memuluskan rencanaku,” ucap Catherine yang membuat Mirelle pun tertawa.
“Aku bisa tak menikah, tapi tetap bisa menikmati pria pria hot setiap hari,” lanjut Catherine. Hal itu kembali membuat Mirelle dan Catherine tertawa.
Melihat Catherine, Mirelle pun teringat pada Xin. Wanita itu sangat baik padanya, sama seperti Aunty Queen.
“Apa aku harus menemui mereka sebelum aku kembali?” batin Mirelle.
“Elle, aku rasa kamu tak perlu banyak terapi lagi. Cukup datang satu kali lagi sebelum kamu kembali bekerja. Selain itu, aku tak akan memberikanmu vitamin lagi, kecuali kamu menginginkannya,” ucap Catherine.
“Ku rasa tak perlu lagi, Kak. Aku sering lupa meminumnya, akibatnya aku akan mendengar ceramah panjang Kak Marco,” ucap Mirelle yang seketika membuat Catherine tertawa.
“Marco memang begitu, terlalu perfeksionis. Ia selalu menginginkan kesempurnaan.”
“Kak Catherine … apa kamu tidak menyukai Kak Marco?” Pertanyaan Mirelle membuat Catherine terdiam lalu kembali tertawa.
Catherine menggelengkan kepalanya, “Aku tak mau hidup dengan mister perfeksionis, Elle. Aku takut membuat kesalahan nantinya. Lagipula, aku suka hidup sendiri, lebih nyaman dan tanpa beban.”
Mirelle tersenyum, ia mengingat juga perkataan Xena. Xena dan Catherine sepertinya adalah contoh wanita wanita yang tak ingin menikah. Mereka seperti tak membutuhkan pria.
Apa aku juga harus melakukannya? Apa aku juga harus belajar untuk memiliki prinsip seperti itu? - batin Mirelle.
Pintu ruang terapi terbuka dan tampak sosok Marco sudah berdiri di sana untuk menjemput Mirelle.
“Bagaimana perkembangannya, Cath?” tanya Marco.
“Kondisinya sudah sangat jauh lebih baik. Aku rasa Elle juga bisa merasakan perbedaannya. Ia hanya perlu datang satu kali lagi sebelum ia kembali bekerja,” jawab Catherine.
“Kamu yakin? Apa tidak sebaiknya ia tetap melakukan terapi setiap dua hari sekali?”
Catherine menggelengkan kepalanya, “tak perlu, Mar.”
“Baiklah kalau begitu, aku akan membawa Mirelle pulang.”
“Hmm,” Catherine kembali melihat ke arah Mirelle, “semangat, Elle. Kalau aku bisa, aku akan mendatangimu.”
“Aku akan menunggumu, Kak.”
Marco membawa Mirelle, tapi sebelumnya ia kembali menoleh pada Catherine, “terima kasih, Cath.”
“Sama sama.”
**
“Kamu akan kembali ke markas, Elle?” tanya Marco saat mereka berada di dalam mobil, dalam perjalanan kembali ke Kediaman Keluarga Kyler.
“Hmm … tentu saja.”
“Kamu tak ingin berhenti lalu bekerja bersamaku?” tanya Marco.
Mirelle menautkan kedua alisnya lalu menatap Marco, “aku tak bisa kak, pekerjaanmu bukanlah bidangku.”
“Kita sama, Elle. Kita sama sama bekerja untuk menegakkan keadilan,” ucap Marco.
“Tapi aku lebih nyaman seperti sekarang.”
“Kamu sudah bertemu dengan Rafael kan, Elle?”
“Ya sudah. Aku sudah mengikuti semua janjiku pada kakak. Aku menjauhinya dan tak akan membiarkan diriku terluka lagi. Hanya saja dia begitu keras kepala hingga kadang membuatku kesal,” ucap Mirelle.
Marco tertawa, “bukankah dulu kamu sama keras kepalanya seperti dia, Elle?”
Mirelle berdecak, “jangan ingatkan aku lagi, Kak.”
Marco tertawa melihat tingkah Mirelle yang menurutnya sangat menggemaskan.
“Kak, bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanya Mirelle.
“Hmm … tentu saja. Apa yang ingin kamu tanyakan?”
“Dokter Catherine, apa kakak menyukainya?”
Marco langsung menginjak pedal gas mobilnya lalu menoleh pada Mirelle. Untung saja keduanya memakai seatbelt, kalau tidak mungkin sudah terlempar keluar dati jendela depan mobil.
“Siapa yang mengatakan itu? Apa Catherine?” tanya Marco.
Mirelle neggelengkan kepalanya, “bukan kak Catherine, tapi aku yang mengatakannya.”
“Lain kali jangan sembarangan bertanya.”
“Mendengar ucapan kakak, aku malah merasa kakak pernah memiliki hubungan dengannya. Apa ia telah menyakiti kakak?” tanya Mirelle.
“Tidak, bukan Catherine yang salah, tapi aku yang salah,” ucap Marco dengan sendu.
“Ooo apa yang kakak lakukan?”
Marco diam dan sikap diam Marco membuat Mirelle pun ikut diam. ia tak ingin membahas sesuatu yang tak diinginkan oleh Marco.
“Apa Catherine mengatakan sesuatu padamu?” tanya Marco.
“Maksud kakak? Aku tak mengerti. Tapi tadi Kak Cath hanya mengatakan bahwa ia tak akan pernah menikah. Ia bahkan ingin ikut denganku ke markas, agar bisa melihat pria pria hot di sana, tanpa harus menikah.
Marco mengepalkan tangannya pada kemudi. Ia tak menoleh sama sekali ke arah Mirelle. Mobil pun kembali melaju, tak ada pembicaraan lanjutan hingga keduanya sampai di Kediaman Keluarga Kyler.
“Elle, lihatlah siapa yang datang menemuimu,” ucap Queen saat melihat kedatangan Mirelle. Mata Mirelle membulat saat melihat keberadaan dua orang pria dan wanita di sana. Ia tersenyum ke arah keduanya.
“Kamu tak merindukanku, Elle?”
“Hmm … ia menyebalkan. Kamu pulang tanpa memberitahu kami dan sebentar lagi kamu akan kembali pergi.”
“Maaf.”
“Tak dimaafkan!”
“Kak Xin!” Mirelle yang melihat perut Xin yang sudah terlihat membesar itu pun segera menghampiri dan mengelusnya.
“Kamu tak ingin memelukku juga, Elle?”
“Tak mau!”
“Ayo peluklah aku. Aku sudah siap membayar semua hutang hutangku padamu. Sekarang aku sudah bekerja dan memiliki gaji tinggi. Bahkan aku juga pasti bisa jika harus menghidupimu.”
Sontak Xin dan Mirelle pun tertawa, “jangan percaya, Elle. Ia mengatakan semua itu pada dokter, perawat, hingga para pasiennya.”
🧡🧡🧡