Reno, adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Papanya memiliki jabatan yang tinggi di suatu instansi pemerintah dan mamanya seorang pengacara terkenal, kakanya jebolan sekolah kedinasan yang melahirkan Intel negara. Sementara dia anak tengah yang selalu dibanding-bandingkan dengan kesuksesan sang Kaka, berprofesi sebagai TNI berpangkat Bintara. Tapi Reno adalah anak yang penurut dan paling berbakti pada kedua orangtuanya.
Keinginannya menjadi seorang TNI karena kejadian luar biasa yang mempertemukan dirinya dengan sosok yang sangat dia kagumi, sosok idola yang merubah hidup dan cara pandangnya.
Hingga pada suatu hari takdir mempertemukan Reno dengan Kanaya yang membantu cita-citanya menjadi seorang TNI terwujud.
Kanaya menemani Reno dari nol karena Reno tidak mendapatkan dukungan dari kedua orangtuanya.
Apakah cinta kasih Reno dan Kanaya akan berlanjut ke pelaminan, atau Kanaya hanya dimanfaatkan Reno saja untuk mencapai cita-citanya?
Yuks ikuti kisah Reno di Cinta Bintara Rema
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 : Ujian Cinta 1
Happy Reading 🩷 🩷
Ketegangan meliputi seluruh pemuda yang berbaris teratur dan rapih, hening dan tertib seakan angin kencang pun tidak akan menggoyahkan kesigapan mereka mendengar pengumuman dari seorang Pimpinan, di mana akan dibacakan tempat penugasan mereka.
"Serda MPU Arga, NRP. 400 ... , penempatan Puspenerbal Jakarta ... "
"Serda MPU Reno El-Barra, NRP. 400 ... , penempatan Puspenerbal Sidoarjo ... "
Pengumuman yang dibacakan oleh sang pimpinan dijawab Reno dengan senyuman sumringah, tangannya mengepal meninju udara, hatinya bersorak karena penugasan sesuai dengan apa yang dia harapkan.
Setelah upacara selesai, barisan di bubarkan. Mereka saling memberi ucapan semangat pada seluruh rekan.
"Koe ... enak Ren dapat di Sidoarjo, dekat papa kamu. Lah aku di Jakarta, jauh dari keluarga." keluh Arga
"Jangan disesali, masih dekat di Jakarta lho. Tuh si Ronald dapat di Makasar, keluarganya di Aceh." sanggah Reno
"Andai bisa tukeran ya, Ren. Aku kasian dengan Sinta adekku, dia manja banget sama aku, Ren. Semenjak ortu kami meninggal karena Covid, kami hanya tinggal berdua. Kamu bisa gak bantu aku, Bro? tolong jaga adikku di sini, selagi aku tidak bisa pulang ke Surabaya." ucap Arga
"Aku gak janji akan selalu ada buat nemenin Sinta ya, Ga. Karena aku harus menjaga perasaan Kanaya, sepertinya Kanaya sulit berteman baik dengan Sinta." balas Reno
"Ya minimal kamu awasi pergaulan Sinta, Ren. Kampus dia dengan tempat tugas kamu deket lho, Ren." pinta Arga
"Sekali lagi, aku tidak bisa janji, aku akan mengawasinya dengan cara aku, Ga." jawab Reno
"Mas Arga ... !" teriak Sinta, gadis itu berdiri di samping Fortuner hitam miliknya, bersiap menjemput saudara kembarnya juga Reno untuk menjalani cuti.
Meskipun mereka yatim piatu, ditinggal papa mama nya karena menjadi korban covid. Mereka tidak kekurangan keuangan, karena aset keluarganya terus mengalir dan memenuhi pundi-pundi keuangan mereka. Dibantu adik dari papanya, bisnis keluarga mereka masih berjalan dan pamannya orang yang amanah membagi keuntungan pada mereka.
Mereka memiliki ratusan kontrakan di seluruh wilayah Jawa timur, dari rumah petakan, apartemen, town house juga penyewaan kapal kecil untuk pelancong yang akan menyebrang ke Gili manuk.
"Mas Reno gak mau mampir ke rumah kami dulu?" tanya Sinta dengan suara manja.
"Gak dulu, Sin. Papa dan Kanaya sudah nunggu aku untuk berangkat ke Batu, Malang, siang ini." jawab Reno datar
"Mau kami antar, Mas?" tanya Sinta lagi sambil bergelayut di pundak Reno, karena Sinta duduk di kursi belakang.dan Reno di kursi penumpang depan sebelahan dengan Arga yang bertugas mengemudi.
Reno mengusap belakang lehernya yang terkena hembusan angin dari bibir Sinta. Sebenarnya dia risih dengan sikap Sinta, tapi dia masih menjaga sikap dan perasaan sahabatnya.
"Ga, turunin aku di gerbang perumahan aja." tunjuk Reno saat komplek perumahan yang papanya baru beli sudah terlihat.
"Gak apa-apa Reno, aku antar sampai depan pintu aja." tolak Arga
Mobil pun terus masuk ke dalam komplek perumahan dan Arga mencari nomer rumah yang Reno sebutkan.
Mobil Arga sudah terparkir di depan halaman rumah dua lantai dengan gaya minimalis, kecil, sederhana tapi cozy dan comfy.
Mereka semua turun dan Reno dengan sopan mengajak kedua temannya masuk ke dalam rumah. "Masuk dulu, Ga!"
Kanaya keluar dari kamarnya di lantai dua saat pintu depan terdengar di buka.
"Ren ! Kamu pulang?" seru Kanaya dengan langkah kecil menuruni anak tangga.
Namun langkah kakinya langsung surut saat melihat Sinta sudah berdiri di samping Reno dengan melingkar tangannya di lengan Reno.
"Nay, papa ku sudah pulang?" tanya Reno dengan senyum sumringah
Naya tidak membalas pertanyaan Reno juga senyumannya. Gadis itu langsung menuju ke pantry untuk mengambil minum mengalihkan kekesalan hatinya. Matanya terus melirik sinis ke arah Sinta yang masih mengekori Reno.
"Nay! coba tebak aku dapat penempatan di mana?" seru Reno, Naya hanya mengedikkan bahunya cepat.
"Aku penempatan Sidoarjo, Nay." seru Reno dengan wajah berbinar.
"Waah Deket dong sama kampusku, Ren!" seru Sinta
"Iya Deket ya, Sin. Paling lima langkah." jawab Reno
Kanaya menirukan ucapan Sinta dengan wajah mengejek. Hatinya seakan terbakar saat melihat gadis itu selalu manja dengan Reno.
"Wah, anak papa sudah pulang. Gimana, kamu dapat penempatan di mana?" Sandi yang baru selesai olahraga langsung bergabung dengan para pemuda itu.
"Aku Sidoarjo Pa, Arga di Jakarta." Sandi melirik Arga
"Iya Om, saya di Jakarta." jawab Arga dengan sopan.
"Gak apa-apa, dimana pun tempat bertugas, pesan Om ... harus semangat, jaga nama keluarga dan nama baik korps." pesan Sandi
"Om, sekalian saya mau minta tolong, keluarga saya hanya Sinta. Mohon dibimbing adik saya selama saya jauh dari Sinta. Paman saya masih ngurus pekerjaannya di Kalimantan sampai tahun depan." pinta Arga
"Owh seperti itu ... jadi Sinta di rumah hanya sendiri?" tanya Sandi
"Kami ada ART yang sudah sepuh, Om. Tapi gak mungkin bisa saya titipkan tanggung jawab ini." keluh Arga
"Baiklah Arga, kalau Sinta mau tinggal di sini, silahkan. Di sini Kanaya juga sendiri, agar Kanaya ada temannya." jawab Sandi
Praankk!!
Suara gelas terjatuh di area pantry. Mendengar keputusan Sandi yang membolehkan Sinta tinggal bersamanya membuat dia shock. Reno yang merasa, kalau Kanaya tidak bisa menerima keputusan ini, langsung berdiri dan melangkah mendekati Kanaya.
"Kamu gak apa-apa, Nay?" cemas Reno
Kanaya berjongkok dan hanya diam, tangannya mengepal di depan pecahan gelas. Dengan cepat Reno mengambil sapu dan serokan sampah, lalu membersihkan pecahan gelas. Dia memeriksa kaki Naya, mengkhawatirkan pecahan gelas mengenai kakinya.
"Kita ke ruang tamu, yuk." ajak Reno
"Kepala aku pusing, Ren!" Kanaya langsung gegas menaiki anak tangga dan masuk kamar dengan membanting pintu.
Reno menatap kepergian Naya dengan perasaan bimbang, di satu sisi, sahabatnya masih ada di ruang tamu, di sisi lain dia ingin tau kenapa Kanaya terlihat begitu marah dan bersedih.
Dengan langkah perlahan, Reno kembali ke ruang tamu dan duduk di samping papanya. "Pah, jadi kita berangkat ke Batu siang ini? Aku mau nyekar ke makam mama ... " ucap Reno sambil melirik Arga
"Owh iya aku lupa, kamu ada acara lain, kalau begitu aku pamit, Ren. —Om." Arga dan Sinta berdiri dan menyalami punggung tangan Sandi, lalu Reno mengantarkan kedua temannya hingga mobil mereka melaju keluar gerbang komplek rumahnya.
"Pah, kenapa papa langsung mengambil keputusan seperti itu? Papa harusnya tanya dulu pada Naya, apa Naya bersedia satu rumah dengan Sinta." protes Reno, saat kembali ke dalam rumah.
"Papa rasa Kanaya butuh teman di sini, Ren. Kamu akan tinggal di mess Puspenerbal, dan papa tidak selalu ada di kantor maupun di Surabaya." jawab Sandi
"Kanaya sepertinya keberatan Pa." keluh Reno
"Panggil Naya, papa mau bicara ... " titah Sandi
Reno membawa tas ransel ke lantai atas, dan meletakkan di kamarnya, lalu mengetuk kamar Kanaya.
"Naya, diminta Papa turun, papa mau bicara." panggilnya
Lama pintu di buka, hingga Reno kembali mengetuk pintu kamarnya.
"Nay ... Ayo turun."
Pintu terbuka, menampilkan wajah Kanaya yang sudah sembab dengan rambut acak-acakan. Reno tersenyum simpul melihat gadisnya dengan penampilan apa adanya, tapi tetap terlihat cantik.
"Gak usah ketawa-ketawa. Gak ada yang lucu tauk!" gerutunya
"Aku gak ketawa, aku hanya mengagumi, calon istriku cantik sekali ... " goda Reno.
"Gombal!! Sama Sinta mau, sama aku gombal aja kerjaannya." omel Naya
"Sinta? Siapa yang mau sama Sinta?" sanggah Reno
"Pembohong! Di peluk diam aja, apa itu namanya!" protes Kanaya, senyuman Reno semakin lebar.
"Enaknya di cemburuin." goda Reno.
"Kalian ini ya, Deket berantem terus, jauh kangen-kangenan." omel Sandi.
Dengan wajah merengut, Kanaya duduk di samping Sandi, sementara Reno di sofa single depan Kanaya. Reno terus meledek Kanaya dengan wajah yang dibuat jelek agar gadis itu tertawa. Bukannya tertawa, Kanaya semakin cemberut dan membuang mukanya ke arah lain.
"Nay, maaf ... Tanpa persetujuan kamu, papa langsung mengajak Sinta tinggal di sini. Karena papa rasa kamu perlu teman, begitu juga Sinta butuh teman selama Arga di Jakarta. Apa kamu keberatan?" tanya Sandi
"Bagaimana Naya bisa keberatan, ini rumah papa dan Reno, Naya gak punya hak melarang." sinis Naya
"Naya, di hukum perwalian dan surat-surat penting kamu anak papa dan selamanya kamu anak papa. Jadi kamu berhak bersuara."
"Kalau memang begitu, kenapa papa langsung ambil keputusan sepihak, tanpa tanya aku dan Reno." balasnya
"Papa minta maaf masalah itu, Papa siap meralatnya di depan Arga. Tapi apa kamu tidak kesepian di sini? Papa gak selalu ada di Surabaya dan Reno tinggal di mess. Papa rasa kehadiran Sinta bisa menemani kamu di sini. Kalau Reno bisa pulang ke rumah, kamu dan Reno tidak hanya berduaan, ada Sinta. Dan tidak menimbulkan fitnah." jawab Sandi
Kanaya terdiam, tangannya saling meremas di atas pangkuannya, "Terserah papa aja kalau begitu."
"Papa ingin tau pendapat kamu, bukan terserah."
"Reno yang senang kalau Sinta ada di sini, Pa." sarkas Kanaya
"Lho kok aku?" bantah Reno
"Naya ... Kamu cemburu dengan Sinta?" tanya Sandi
"Papa bilang, aku sama Reno saudara, mana mungkin aku bisa cemburu." bantah Naya lalu membuang muka ke arah lain, dia masih saja bersikap Denial di depan Sandi.
Reno melipat tangannya di depan dada, alisnya naik turun meledek Kanaya dengan senyuman simpul, "Kalau cinta bilang aja, Nay. Keputusan bisa dirubah, tergantung kamu maunya gimana." ejek Reno
"Reno !!" pekik Kanaya
Terdengar suara gaduh di luar rumah Sandi, beberapa orang menerobos masuk ke dalam tanpa permisi.
"Naya!!! Kamu di sini rupanya!" Murka Eyang Cipto dengan mengacungkan tongkatnya.
"Pah, bagaimana papa bisa ke sini, silahkan duduk Pah ... " sapa Sandi gugup
Kanaya berdiri di balik punggung Sandi, tubuhnya gemetar ketakutan. Dia mengingat bagaimana malam itu dia diusir tanpa rasa belas kasian di saat hujan deras.
"Ternyata kamu penculik cucuku!!" Murkanya lagi
"Pah, duduk dulu biar aku jelaskan." pinta Sandi
"Tidak perlu!! Bawa para penculik ini, dan beri mereka hukuman yang berat!!"
...☘️☘️☘️☘️☘️...
B e r s a m b u n g ...
Gaess ... Terima kasih dukungan like, komen dan votenya ya ... Maaf update tersendat, karena persiapan pulkam 🙏🫰🫰🩷