Digo Melviano, seorang CEO tampan yang merasakan pertentangan dihidupnya.
Disatu sisi ia memiliki istri yang nyaris sempurna. Namun itu saja tidak cukup, orang tua Digo selalu mendesak mereka agar cepat memiliki momongan sebagai penerus tahta keluarga Melviano. Namun Kiara, istri Digo nampaknya acuh terhadap keinginan itu.
Hingga datanglah seorang wanita cantik dihidup Digo, yang membuat pria itu merasa tertarik padanya.
Digo meminta Renata Anastasya untuk menjadi istri keduanya, dan memiliki keturunan dari rahimnya.
Renata adalah artis sebuah majalah dewasa yang saat itu tengah menjalani kerja sama dengan perusahaan Melviano group.
Renata memiliki pemikiran yang cukup terbuka, hingga membuatnya berani mengambil keputusan untuk menjadi istri kedua Digo.
.. Happy Reading ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia_Ava02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Pembicaraan Pribadi
Dafina menyerahkan map yang berisi surat perjanjian kontrak kerjasama mereka pada Digo.
"Silahkan, ini surat kerjasama kita. Anda bisa membacanya terlebih dahulu. Kita akan berkerja sama selama satu tahun terakhir, jika anda bisa membuat kemajuan pesat diperusahaan kita, maka kerjasama bisa kita perpanjangan sesuai dengan kesepakatan yang ada." terang Digo.
Renata menganggukan kepalanya lalu membuka surat kerjasama yang ada didepannya.
Sejak Digo mulai memperhatikan paras cantik dan tegas yang dimiliki oleh Renata diam-diam.
"Harga yang lumayan, aku setuju!" ucap Renata usai membaca jelas kontak tersebut.
"Lumayan? Satu milyar untuk satu tahun dia bilang hanya lumayan. Sungguh wanita gila!" umpat Dafina geram dalam hati.
"Baik, silahkan tandatangani." ucap Digo.
Dafina segera menyerahkan pulpen pada Renata untuk menandatangani kontrak kerjasama tersebut.
Tanpa berlama-lama, Renata langsung menandatanganinya.
"Sudah, apa ada lagi?" tanya Renata.
"Tidak ada, terimakasih untuk waktu anda. Anda bisa langsung masuk kerja besok." ucap Digo.
"Baik kalau begitu saya permisi. Senang bertemu dengan anda tuan Digo Melviano." ucap Renata sambil berdiri dan mengulurkan tangannya.
"Panggil saja Digo." jawab pria itu sambil menjabat tangan halus Renata setelah berdiri di depannya.
"Kalau begitu saya permisi." pamit Renata.
"Silahkan." jawab Digo.
"Mari saya antar ke depan nona Renata." ucap Jovan dengan sopan.
Renata tersenyum. "Baiklah." jawabnya.
Renata dan Jovan keluar dari ruangan tersebut menyisakan Digo dan Dafina didalam.
"Maaf Tuan, apa tidak berlebihan jika memberikan nominal sebanyak ini untuk sekedar pemotretan satu tahun?" tanya Dafina dengan sopan.
"Tidak masalah, itu bukanlah seberapa dengan keuntungan yang akan kita peroleh nanti. Lagipula, dia adalah artis dewasa yang tengah naik daun. Pastinya itu akan membuat daya tarik tersendiri untuk kemajuan perusahaan kita." terang Digo.
"Baik Tuan." jawab Dafina. Gadis itu sebenarnya sangat dongkol mengingat nominal fantastis untuk pekerjaan yang sangat cukup mudah baginya. Apalagi dia bisa melihat tatapan mata Digo pada Renata tadi, membuat gadis itu terasa semakin kesal saja.
🩸🩸🩸
Tidak terasa, beberapa Minggu sudah Renata bekerja sebagai artis brad ambasador dikantor Digo.
Dengan secara diam-diam pun Digo juga suka memperhatikan gadis cantik itu. Digo mulai merasa ada ketertarikan lebih terhadap Renata yang ia rasa gadis itu juga menyadarinya.
Secara diam-diam mereka suka mencuri pandang satu sama lain kala bertemu atau tidak sengaja melihat. Digo yang merasa diberikan lampu hijau oleh Renata juga mulai berani menatap terang-terangan wanita bertubuh indah bak gitar spanyol itu.
Tentunya, tatapan itu tidak luput dari mata Dafina yang ternyata suka memperhatikan keduanya.
Sudah lama Dafina bekerja sebagai sekretaris pribadi Digo. Bahkan wanita itu diam-diam memiliki perasaan terhadap pria beristri itu, namun Digo tidak pernah menatapnya seperti tatapannya yang ia berikan pada Renata.
Dafina sungguh merasa sangat kesal pada gadis itu, yang seolah memang sengaja menggoda Digo untuk berpaling padanya.
"Awas saja, akan aku beri pelajaran nanti!" gumam Dafina kesal.
Setelah istirahat pemotretan pertama, Renata diberikan waktu untuk istirahat terlebih dahulu menuju pemotretan yang selanjutnya.
"Renata, bisa kita bicara sebentar." ucap Dafina pada Renata yang baru saja keluar dari ruang pemotretan.
"Tentu Dafina. Mau bicara dimana?" tanya Renata.
"Kita ke kantin." jawab Dafina.
Kebetulan memang ini sudah masuk jam istirahat untuk seluruh karyawan kantor, jadi Dafina memiliki waktu cukup senggang untuk bicara empat mata dengan Renata.
"Ada apa Dafina? Apa ada hal penting yang ingin kamu sampaikan?" tanya Renata setelah mereka duduk dimeja kantin kantor.
"Langsung saja Ren, aku sering melihat kamu bermain mata dengan Tuan Digo. Dan aku merasa cukup risih dengan itu." ucap Dafina to the points.
Renata menyunggingkan senyum pada Dafina.
"Asal kamu tau saja Ren, Tuan Digo sudah memiliki seorang istri. Dia sudah menikah satu tahun lalu." jelas Dafina.
"Lalu?" tanya Renata dengan tenang.
"Aku tidak mau kamu salah paham dan bertindak lebih jauh dari ini. Lebih baik mulai sekarang kamu jaga tatapanmu pada Tuan Digo jika kamu tidak ingin dicap sebagai seorang pelakor!" tegas Dafina.
Renata menghela nafas panjang sebelum menjawabnya.
"Aku rasa kamu yang sudah salah paham Dafina. Aku tau, Digo sudah memiliki istri. Dan apa salahnya jika kita hanya bersitatap, bukankah itu hal yang wajar?" tanya Renata.
"Bagaimana kamu bisa berfikir jika itu hal yang wajar Renata? Dia itu suami orang, ingat itu!" tekan Dafina.
"Selagi aku tidak menggoda, seperti apa yang kamu lakukan. Aku akan tetap berfikir itu hal yang wajar. Tapi jika nantinya Digo lebih tertarik padaku, itu urusanya." jelas Renata dengan nada datar penuh penekanan.
"Apa maksudmu Renata? Kamu menuduh aku merayu Tuan Digo, begitu?" tanya Dafina yang tidak terima.
"Aku tidak menuduh, tapi aku juga tidak buta.. Dafina." jawabnya. "Maaf, aku masih harus melakukan beberapa pemotretan lagi setelah ini." ucap Renata lalu pergi meninggalkan Dafina dimeja itu.
"Dasar jalang!" umpat Dafina sambil menatap benci pada punggung yang kini berjalan kian menjauh darinya.
Saat akan kembali keruang pemotretan, tiba-tiba seseorang memanggilnya dari arah belakang.
"Nona Renata!" panggil Jovan yang membuat langkah Renata langsung terhenti dan berbalik menatapnya.
"Asisten Jovan, ada apa?" tanya Renata dengan mengulas senyum manis dibibirnya.
"Sungguh cantik!" batin Jovan.
"Nona Renata, anda diminta untuk masuk ke ruangan Tuan Digo sekarang." ucap Jovan akhirnya.
"Oh, baiklah. Aku akan kesana." jawab Renata.
"Mari saya antar." ucap Jovan.
"Mari." jawabnya. Lalu mereka berdua pun pergi bersama keruang direktur utama.
Jovan mengetuk pintu, ketika mereka berdua telah sampai didepan ruangan Digo.
"Masuk!" suara Digo terdengar dari dalam ruangannya.
"Silahkan nona." ucap Jovan mempersilahkan.
"Terimakasih Jo," ucap Renata lalu masuk ke dalam ruangan Digo.
"Tuan Digo, apa anda memanggil saya?" tanya Renata.
"Oh, ya. Silahkan duduk." ucap Digo mempersilahkan. "Jovan, kamu boleh keluar." lanjutnya pada Jovan.
"Baik Tuan." Jovan keluar lalu menutup pintu ruangan itu.
"Ada apa Tuan memanggil saya? Apa saya melakukan sebuah kesalahan?" tanya Renata yang kini duduk didepan Digo.
Digo tersenyum menatap wajah manis gadis itu.
"Tidak, aku hanya ingin bicara pribadi denganmu. Kamu tidak keberatan bukan?" tanya Digo.
"Tentu tidak Tuan, saya senang jika bisa menjadi teman ngobrol dan pendengar yang baik untuk Tuan." jawab Renata.
"Terimakasih." ucap Digo.