Anastasya menikah dengan Abimayu karena perjodohan orang tua mereka. Namun setelah menikah Abimayu bersikap acuh kepada Ana karena dia belum bisa menerima Ana dalam hidupnya. Sedangkan Ana telah lama jatuh cinta kepada Abimayu sejak pertama kali melihatnya. Ana terus berusaha untuk membuat Abimayu agar bisa menerima dirinya. Tapi Abimayu tetap tidak bisa menerimanya setelah mengetahui Ana adalah wanita yang suka pergi ke klub malam.
Mampukah Ana meluluhkan Abimayu sampai Abimayu menerimanya?
Mampukah Ana bertahan mencintai Abimayu disaat Abimayu selalu mengabaikannya?
jangan lupa lanjutkan baca kisahnya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adwiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 34
Ana terbangun jam 6 pagi, dia merasa tubuhnya sangat berkeringat. Mungkin pengaruh dia sempat demam, meskipun hanya sebentar.
Setelah membersihkan diri, Ana turun kebawah ke ruang makan, dan beberapa menit kemudian Abimayu juga sudah berada diruang makan dengan penampilannya yang sudah rapi.
"Ayo coba ini, Mas! Aku yang membuatnya sendiri." Ana menyendokkan makanan ke atas piring Abimayu. Pagi ini dia memasak makanan yang khusus dia buat sendiri, dia ingin berterima kasih kepada Abimayu karena sudah merawatnya ketika demam semalam.
"Apa ini bisa dimakan?" tanya Abimayu menyindir dengan wajah kesalnya karena Ana seperti memaksa dia untuk memakan masakannya itu.
"Namanya juga makanan, sudah tentu bisa dimakan, Mas," jawab Ana sambil tersenyum.
"Aku akan makan yang lain saja!" Abimayu sudah menggeser piring yang telah diberikan Ana kepadanya.
"Tidak! Mas makan ini saja! Aku juga tidak membuat racun di dalamnya." Ana menghalangi Abimayu yang sudah ingin mengambil makanan yang lain di atas meja.
"Kenapa harus memaksaku? Kamu saja harus memilih jika soal makanan. Aku juga bisa begitu!"
"Hemmmm ternyata Mas Abi perhatian kepada-ku," goda Ana kepada Abimayu.
"Itu bukan perhatian, tapi keangkuhanmu yang menganggap semua makanan orang menjijikkan bagimu."
Ana hanya memandang Abimayu yang benar-benar tidak ingin memakan makanan yang dia berikan. Abimayu memilih mengambil sepotong roti dan mengolesnya sedikit dengan mentega, lalu memasukkan ke dalam mulutnya.
"Ini lebih baik bagiku daripada harus memakan makananmu." Abimayu berkata sambil berdiri karena telah selesai makan dan pergi meninggalkan Ana.
Ana hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sikap Abimayu itu. Setelahnya Ana mencoba memakan makanan yang telah dia masak. Saat makanan itu masuk ke dalam mulutnya, ternyata rasanya sangat tidak enak sehingga Ana memuntahkannya kembali.
Dalam hati Ana merasa senang jika Abimayu tidak jadi memakan masakannya, jika tidak entah apalagi perkataan menyakitkan apalagi yang keluar dari mulut Abimayu kepadanya.
...----------------...
"Kenpa kamu bisa bertemu dengan Ana di pesta malam itu?" tanya Abimayu kepada Heri ketika mereka keluar dari sebuah pusat perbelanjaan karena mereka selesai bertemu dengan klien di tempat itu.
"Aku sedang menemani kekasih-ku!" jawab Heri yang ternyata dialah orang yang telah mengirimkan video di saat Ana pergi ke pesta temannya. Dia juga sedang berada di situ menemani kekasihnya. Saat dia melihat Ana, dia beefikir Abimayu juga ada di situ, sehingga dia menghubungi Abimayu.
"Seharusnya kalian telah menikah sejak dulu." Abimayu menyindir Heri yang sudah berapa tahun bersama kekasihnya tapi mereka belum berencana untuk menikah.
Saat mereka berjalan keluar, Heri melihat seorang wanita yang dia kenal sedang berdiri di samping sebuah toko sambil memainkan ponselnya. Sesekali dia juga melihat ke kiri dan ke kanan dengan gelisah.
"Nayla," panggil Heri dari arah samping kanan wanita itu. Heri sudah berjalan mendekat ke arah wanita itu dan meninggalkan Abimayu yang terus berjalan menuju mobil tanpa menyadari dia yang telah membelokkan arah jalannya.
Sambil memutar kepalanya ke arah kanan, Nayla melihat siapa orang yang menegurnya.
"Kak Heri," jawab Nayla demgan wajah yamg terlihat sedikit lega ketika mengetahui orang yang menyapanya adalah Heri.
"Apa yang kamu lakukan di sini dengan barang sebanyak ini?" tanya Heri sambil melihat beberapa kotak yang berderet di samping Nayla.
Belum sempat Nayla menjawab pertanyaan Heri, dia dikejutkan dengan Abimayu yang juga datang mendekat ke arah mereka.
"Nayla," sapa Abimayu. Dia menyusul Heri yang sedang berbicara dengan seorang wanita, dan ternyata wanita itu adalah Nayla yang merupakan sepupu jauh dari Heri. Itu sebabnya, Heri datang menghampirinya.
Nayla menundukkan kepalanya sedikit ketika Abimayu menyapanya.
"Ini, Kak. Aku lagi menunggu mobil untuk menjemputku. Katanya, sudah jalan ke sini, Tapi, tiba-tiba mobilnya rusak. Aku sudah menghubungi mobil lain, tapi tidak ada yang berangkat lagi dari sana." Nayla menjelaskan dengan wajah bingungnya. Sejak tadi, dia sudah menghubungi teman yang bisa datang untuk membantunya. Tapi, mereka semua sedang ada pekerjaan. Waktu terus berjalan, dia khawatir jika hari mulai sore, maka dia akan tiba di rumah ketika hari sudah malam.
"Sekarang bagaimana?" tanya Abimayu.
Nayla hanya menunduk mengelengkan kepalanya.
"Kalau begitu, kamu ikut kakak ke rumah dulu, besok kakak akan cari mobil yang berangkat ke arah sana." sambung Heri sambil melihat jam tangannya.
Nayla hanya mengangguk tanda setuju, dan dia hampir saja menangis.
"Hemmmm jangan sedih, kakak sudah ada di sini, sudah besar, masih saja cengeng," goda Heri kepada Nayla.
Akhirnya Nayla berangkat bersama mereka. Tidak masalah juga bagi Nayla, karena di sini dia mengenal Heri dan Heri juga merupakan saudaranya. Daripada dia harus pergi dengan mobil sewa sendiri, dan dia tidak berani.
"Barang apa yang kamu beli sampai sebanyak ini, Nay?" tanya Heri kepada Nayla yang duduk sendiri di kursi belakang. Sedangkan Abimayu, hanya mendengarkan.
"Ehmmmm anu, itu buku untuk para santri di pesantren kak, kebetulan hari ini aku ada urusan ke sini, jadi dititip sekalian membeli buku-buku ini, kami ragu kalau hanya pesan saja, takutnya tidak sesuai, dan ternyata, aku tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini."
"Mungkin ini rezekinya mama bisa bertemu kamu, sudah lama juga kamu tidak pernah main ke rumah."
"Ya, kak Heri benar, aku juga ingin bertemu Mama Seli," ucap Nayla pelan.
Sesekali Heri melihat ke arah Abimayu yang hanya diam sambil menyetir. Dia tahu bahwa dia orang yang bersamanya ini dulu pernah saling menyukai, tapi kisah mereka terhalang karena sang pria telah dijodohkan oleh orang tuanya dengan wanita lain.
"Biar kami saja yang memindahkan barangnya!" ucap Abimayu kepada Nayla yang ikut menurunkan barang bawaanya ke dalam mobil Heri. Sekarang mereka berada di parkiran perusahaan Abimayu untuk memindahkan barang yang dibawa Nayla ke dalam mobil Heri. Mereka terpaksa membawa Nayla ke sini dulu karena nanti Nayla akan pulang bersama Heri ke rumahnya.
"Maaf, sudah merepotkan kalian" jawab Nayla. Dia merasa bersalah, karena sudah membuat dua sekawan ini menjadi kesusahan mengangkat barangnya yang berat.
"Saya akan merasa bersalah jika tidak ikut membantu," jawab Abimayu. Dia tahu barang itu untuk keperluan para santri di pesantren abahnya, dan dia merasa bertanggung jawab untuk membantunya.
"Kalian pulang saja!" ucap Abimayu kepada Heri.
"Sekarang masih ada jam bekerja?" jawab Heri. Biasanya mereka akan pulang sesuai jadwal di perusahaan.
"Tidak masalah, kamu pulang saja, kasihan Nayla harus menunggu."
Setelah Heri dan Nayla pergi, Abimayu kembali ke dalam ruangannya menunggu waktu jam kerja berakhir. Dia duduk di kursi lalu menarik nafas sedalam mungkin untuk menenangkan hati dan fikirannya.
Hatinya masih merasakan getaran ketika bertemu dengan Nayla saat ini. Selain bergetar, di hatinya juga ada rasa sakit yang semakin lama semakin melebar mengingat hubungan pernikahan nya sekarang. Dia sempat berfikir, mungkinkah Nayla juga merasakan hal yang sama dengannya? Setelah itu, dia menggelengkan kepalanya dengan kuat karena sadar dengan apa yang telah dia lakukan.