Kisah ini adalah kelanjutan dari Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas.
Di sini, Author akan lebih banyak membahas tentang Arjuna Jati Manggala, putra dari Arsha dan Raina yang memiliki Batu Panca Warna.
Batu Panca Warna sendiri di percaya memiliki sesuatu yang istimewa. 'Penanda' Bopo ini, barulah di turunkan pada Arjuna setelah ratusan tahun lamanya. Jadi, Arjuna adalah pemegang Batu Panca Warna yang kedua.
Author juga akan membahas kehidupan Sashi, Kakak Angkat Arjuna dan juga dua sepupu Arjuna yaitu si kembar, Naradipta dan Naladhipa.
Beberapa karakter pun akan ada yang Author hilangkan demi bisa mendapatkan fokus cerita.
Agar bisa mengerti alurnya, silahkan baca terlebih dahulu Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades dan juga Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas bagi pembaca yang belum membaca kedua Novel tersebut.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. percobaan
"Gimana, Dek?" Tanya Aksa yang menghampiri Ashoka, Falih dan Arjuna yang masih ada di IGD.
"Gak ada luka, Mas. Semuanya normal, bahkan di kulitnya gak ada luka bakar sedikitpun." Jawab Falih.
"Apa kita USG atau CT Scan juga buat mastiin lagi?" Tanya Ashoka.
"Mika, gak usah aneh - aneh. Kata Om Falih, aku gak apa - apa, kok." Sergah Arjuna.
"Mika khawatir, Nang. Kalo organ dalam mu ada yang gosong, gimana?" Cicit Ashoka.
"Aku gak apa - apa loh, Mika. Aku aja gak ngerasa kesetrum kok tadi. Lagian Mika sama Om Falih udah meriksa aku berkali - kali." Jawab Arjuna.
"Sudah - sudah, gak usah gelut." Falih melerai Istri dan Keponakannya yang berdebat.
"Bopo dari mana?" Tanya Arjuna.
"Bopo nemuin keluarga korban yang meninggal." Jawab Aksa.
"Terus, korban satunya gimana kondisinya, Po?" Tanya Arjuna.
"Yang satunya gak parah kok, Nang." Jawab Aksa.
"Ini jadinya gimana? Juna bisa di bawa pulang kan?" Tanya Aksa pada kedua Adiknya.
"Lebih baik nginep dulu deh, Mas. Biar bisa di observasi, takut ada apa - apa." Jawab Ashoka.
"HIIH! Mika ini. Di bilang aku gak apa - apa, kok." Sergah Arjuna.
"Bopo tanya sama Om Falih aja lah, jangan sama Mika. Kalo sama Mika, maunya Mika aku di bawa ke ruang Operasi terus di bedel (bedah) biar Mika bisa meriksa organ dalamku satu - satu." Cerocos Arjuna yang membuat Aksa dan Falih Tertawa.
"Anak ini ya, bener - bener deh." Gerutu Ashoka sambil menjewer Arjuna.
"Di bawa pulang aja gak apa - apa, Mas. Kan di rumah ada Ibun sama Mbak Saira yang bisa ngawasin kalau misal terjadi sesuatu. Tapi aku yakin kalau Arjuna gak apa - apa." Kata Falih.
"Mas gak mau mampir ke rumah dulu?" Tawar Falih kemudian.
"Tadinya ya mau mampir karena kangen sama Ponakan - Ponakan, tapi malah ada kejadian ini. Takut kemaleman pulangnya." Jawab Aksa.
"Zaline gak di bawa ke sini to, Mika?" Arjuna menanyakan anak ketiga Ashoka yang baru berusia enam bulan.
"Enggak lah, Mas. Ayo ke rumah kalo mau ketemu Zaline." Ajak Ashoka.
"Kalo Zaline boleh tak bawa pulang, aku mau mampir." Jawab Arjuna.
"Kamu yang mau nyusuin Zaline?" Cicit Ashoka sambil meraup wajah Arjuna.
"Minta Adek tuh sama Bopo apa Ayah, biar ada yang di ajak mainan tiap hari. Jangan mainin Panav aja." Imbuh Ashoka kemudian.
"Ayah sama Bopo gak mau. Katanya, ngurusin aku sama Dipta aja udah bikin pusing. Takut nanti anak ketiganya lebih parah kelakuannya dari aku sama Dipta." Jawab Arjuna yang membuat Ashoka, Aksa dan Falih tertawa.
Setelah berpamitan, Aksa dan Arjuna pun segera kembali ke rumah karena hari sudah sore. Mereka pun tak mampir lagi ke Pabrik karena mendapat kabar kalau listrik di sekitar sana sedang di padamkan karena petugas PLN sedang membenahi pemicu terjadinya peristiwa supir tersetrum tadi.
"Nang..."
"Dalem, Po." Jawab Arjuna.
"Kamu beneran gak kerasa apa - apa tadi?" Tanya Aksa saat mereka masih ada di perjalanan.
"Bener, Po. Kalo kesetrum jelas aku kaku lah, Po." Jawab Arjuna.
"Apa ini salah satu kemampuanmu ya, Nang.?" Arjuna bertanya - tanya.
"Mungkin aja, Po. Apa aku coba nyetrumin diri, ya? Buat mastiin." Tanya Arjuna yang langsung mendapat lirikan tajam dari Aksa.
"Biar gak penasaran, Po. Kita berdua sama - sama penasaran kan." Kata Arjuna.
"Enggak, Bopo gak penasaran." Sergah Aksa.
"Alah, bohong! Tak coba nanti di rumah ya, Po. Bopo lihatin sambil bawa kayu, jadi kalo aku kesetrum, Bopo cepet nolongin." Kata Arjuna.
"Ora usah aneh - aneh kowe. Mengko modiar pisan. (Jangan aneh - aneh kamu. Nanti meninggal sekalian.)" Omel Aksa yang ketar - ketir karena takut Arjuna benar - benar mencoba kemampuannya. Sementara Arjuna hanya tertawa melihat reaksi Aksa.
Sesampainya dirumah, Arjuna kembali merayu Boponya. Ia benar - benar penasaran, apakah ia memang bisa menahan sengatan listrik, atau hanya kebetulan saja.
"Po, ayo loh, Po." Ajak Arjuna.
"Arjuna jangan macem - macem. Nanti kebablasan." Tolak Aksa.
"Sekali aja, Po. Njajal (nyoba) aja kok." Bujuk Arjuna.
"Sekali juga taruhannya nyawa lho, Nang. Nanti kalo kesetrum beneran, gimana?" Kata Aksa.
"Kan ada Bopo yang nolongin. Ajak Dipta sama Yang Kung juga deh, yuk, Po." Ajak Arjuna yang masih saja ngeyel.
"Nanti aja, nunggu Ayah pulang." Jawab Aksa.
"Lama loh, Po. Ayah pulang masih Minggu depan, itu juga kalo gak molor." Kata Arjuna.
"Dari pada aku nekat terus nyoba sendiri, nanti." Ancam Arjuna.
"Astaghfirullah. Bocah nak karep kok ra isoh di penging. Ayahmu disek ora ngono kuwi lho. Mas Arsha karo Mbak Raina ki dungo sek gak to, pas nggawe. Nggumun aku, karo polahe. (Astaghfirullah. Anak kalau sudah punya einginan kok gak bisa di larang. Ayahmu dulu gak kayak gitu lho. Mas Arsha sama Mbak Raina nih doa dulu gak to, waktu buat. Heran aku, sama tingkahnya.)" Omel Aksa yang gemas dengan tingkah anak saudara kembarnya.
"Kata Yang Ti sama Yang Kung kan, aku perpaduan Ayah sama Bopo. Jadi jangan protes aja to, Po." Kekeh Arjuna.
Setelah membujuk dan merayu Boponya, akhirnya malam itu Arjuna melakukan percobaan. Tentu dengan di temani Aksa dan Dipta yang sudah siap dengan kayu di tangan mereka. Kebetulan malam ini para wanita sedang berada di rumah Abimanyu, jadi tak akan ada yang mengganggu percobaan mereka.
"Kalo kerasa nyetrum, tarik tangannya." Pesan Aksa.
"Oke, Po." Jawab Arjuna yang sudah siap memegang kabel yang sudah terpotong dan di aliri listrik.
"Awas jangan lupa loh, Mas!" Kata Dipta.
"Kamu kalo lihat Masnya kaku, langsung pukul tangannya biar kelepas, Dip." Pesan Aksa yang di jawab anggukan oleh Putranya.
"Berdoa, Nang!" Pesan Aksa yang di jawab anggukan oleh Arjuna.
Mereka pun mulai bersiap. Perlahan, Arjuna mendekatkan tangannya ke kabel itu. sementara Aksa dan Dipta nampak was - was memantau pergerakan Arjuna.
Tap!
Arjuna berhasil memegang kabel itu, namun tiba - tiba tubuhnya menegang dan seperti kejang - kejang. Aksa dan Dipta spontan berteriak sambil memukul tangan Arjuna. Namun, tangan Arjuna seolah lengket hingga membuat Aksa dan Dipta makin panik.
"Panggil orang minta tolong sana, Le. Cepetan." Kata Aksa yang masih berusaha melepaskan tangan Arjuna dari kabel berarus itu.
"Eeh! Jangan Dip. Nanti pada geger." Sahut Arjuna yang seketika membuat Aksa dan Dipta bengong.
"Bercanda aja aku. Gak apa - apa kok, ternyata aku kebal listrik, nih." Kata Arjuna sambil menunjukkan kemampuannya.
"Wwooh! Celeng tenan bocah siji iki. Tiwas jantungku meh ucul! " Umpat Aksa yang akhirnya kelepasan juga karena di kerjai Arjuna.
"Sini, kamu kebal sama listrik, tapi gak kebal sama sabetan kayu to." Kata Aksa yang hendak memukul Arjuna.
"Ampuun Po!" Seru Arjuna yang berlari kabur menghindari sabetan Aksa yang mengejarnya. Sementara Dipta justru terbahak - bahak melihat Tom and Jerry itu.
mz arjunaku yg ca'em,bagus,guanteng sak kabehe,smpyn meneng mawon.lenggah sing tenang.tak santette sandi sak krocone.😡🤬😤
ayoooo juna sentil si sandi dengan kelelawar🤭