"Ingat Queensha. Aku menikahimu hanya demi Aurora. Jadi jangan pernah bermimpi jika kamu akan menjadi ratu di rumah ini!" ~ Ghani.
Queensha Azura tidak pernah menyangka jika malam itu kesuciannya akan direnggut secara paksa oleh pria brengsek yang merupakan salah satu pelanggannya. Bertubi-tubi kemalangan menimpa wanita itu hingga puncaknya adalah saat ia harus menikah dengan Ghani, pria yang tidak pernah dicintainya. Pernikahan itu terjadi demi Aurora.
Lalu, bagaimana kisah rumah tangga Queensha dan Ghani? Akankah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bebas
"Aurora!" seru Queensha saat melihat putri sambungnya sedang duduk di kursi dengan tangan terikat dan mulut disumpal kain.
Dengan langkah cepat Queensha mendekati Aurora. Akan tetapi, langkah kakinya harus terhenti saat suara seorang wanita yang tak asing baginya menggema di penjuru ruangan.
"Jangan coba mendekat sebelum kamu serahkan uang yang saya minta!" ujar Mia dengan suara lantang. Di samping wanita paruh baya itu sudah ada Sarman yang setia mendampingi mantan istrinya itu.
Menatap nyalang pada dua sosok orang dewasa di depan sana. "Lepaskan dulu Aurora, baru setelah itu kuserahkan uang ini kepada Mama!" sahut Queensha tak kalah lantang.
Otak Queensha berputar cepat hingga dapat membalikan keadaan. Walaupun dia tahu bahwa Mia tidak pernah ingkar janji, tetapi wanita itu tetap harus waspada terlebih saat ini berada di tengah orang-orang jahat dan psikopat seperti Mia, Lita dan juga Sarman.
Mia berdecak kesal karena melihat betapa waspadanya Queensha saat ini. "Kamu pikir saya bodoh, melepaskan begitu saja tawanan ini tanpa mendapatkan uang itu terlebih dulu. Gimana kalau ternyata kamu justru yang menipu saya? Bukan uang diserahkan pada kami, melainkan tiket menuju penjara?"
"Aku bukan tipe orang yang suka ingkar janji. Sudah, cepat lepaskan Aurora sekarang juga!" ucap Queensha tegas.
Sebelah tangan Mia mengepal di samping badan, rahang pun menonjol keluar. Sikap Queensha barusan berhasil membuatnya geram.
Menarik napas panjang, menahannya sebentar kemudian mengembuskan secara perlahan. "Baiklah, kalau itu maumu. Saya akan melepaskan Bocah sialan ini setelah-"
Tanpa disadari oleh Queensha, Lita sudah bersiapa di tempat. Dengan satu gerakan cepat, gadis itu merampas koper dari tangan Queensha. Kemudian membawanya mendekati sang mama.
"Mama! Ini enggak sesuai dengan kesepakatan kita sebelumnya," protes Queensha setelah sadar bahwa koper miliknya telah berada di genggaman Lita.
"Cerewet kamu! Sudah, diam saja. Nanti saya lepaskan Bocah sialan ini setelah menghitung jumlah uang yang ada di dalam koper." Mia menoleh ke samping, memberi isyarat kepada Sarman untuk berjaga di samping Queensha. Khawatir anak dari mendiang suaminya berbuat nekad yang justru mencelakakan mereka semua.
"Lita, kamu hitung uang di dalam koper itu. Pastikan tidak ada satu lembar pun yang tertinggal," perintah Mia kepada anak tercinta. Lantas Lita memposisikan koper berukuran besar itu menjadi terlentang. Kemudian membuka ritsleting dan mulai menghitung tumpukan uang di dalam sana.
'Hua ... banyak banget. Gue bisa kaya mendadak kalau gini ceritanya.' Bola mata Lita berbinar bahagia saat melihat lembaran uang berwarna merah memenuhi isi koper. Tanpa membuang waktu, gadis itu segera menghitung jumlah uang yang sudah disepakati bersama.
Kedua tangan Queensha mengepal sempurna menahan emosi dalam diri ketika melihat mata indah nan jernih Aurora berubah sembab dan rambut panjang hitam yang tertata rapi kini berantakan dan basah oleh air mata.
Selesai menghitung uang, Lita mendongakan kepala dan berkata, "Genap 100 juta, Ma. Enggak ada yang kurang sedikit pun."
Mia mengangguk puas mendengar penuturan Lita. "Baiklah karena kamu sudah memberikan apa yang saya minta maka kini saatnya melepaskan putrimu yang cengeng ini." Wanita paruh baya itu mengeluarkan pisau yang telah diberikan Sarman sebelumnya. Kemudian memotong simpul tali yang mengikat tangan Aurora dan terakhir melepaskan kain penutup berwarna hitam lalu membuangnya ke lantai.
"Sekarang kamu bebas, Sayang. Terima kasih karena sudah mau bekerjasama dengan baik," bisik Mia di telinga Aurora yang mana sikap wanita itu justru semakin membuat tubuh si kecil gemetar ketakutan.
Mia mendorong tubuh Aurora dengan sangat kencang hingga bocah kecil itu terhunung ke depan. Di waktu bersamaan Sarman pun mendorong Queensha sampai terjerembab di lantai. Ketika mereka lengah maka mantan sepasang suami istri beserta anak gadis mereka kabur, melarikan diri meninggalkan gedung tua bangunan zaman penjajahan dulu.
Membalikan badan sebentar lalu berkata dengan nada mengejek. "Kamu memang wanita bodoh, Queensha. Hanya dengan tipuan kecil saja sudah masuk ke perangkapku. Saya yakin, kedua orang tuamu menyesal karena mempunyai anak bodoh seperti kamu." Menyeringai sinis kemudian kembali berlari menyusul mantan suami dan anak tersayang.
"Yuhu, kita jadi kaya!" seru Lita sambil mengangkat kedua tangan ke udara, seakan tengah merayakan selebrasi atas keberhasilan mereka.
"Berengsek! Keterlaluan kalian semua!" maki Queensha kesal ketika tubuhnya yang sintal tersungkur dengan posisi dada terlebih dulu menyentuh lantai. Debu tebal nan pekat berhasil terangkat ke udara, mengenai mata dan menempel di wajah Queensha kala dia terjatuh dalam posisi tiarap.
Bibir wanita itu terbuka, sudah siap mencaci maki Mia serta adik tirinya. Namun, belum sempat mulut itu mengucap sepatah kata. rintih kesakitan bergema bersamaan dengan bunyi benda jatuh ke lantai. Refleks, wanita itu menoleh ke sumber suara dan mendapati Aurora tersungkur dengan posisi tertelungkup.
Dengan gesit, Queensha berlari ke arah Aurora. Dia kesampingkan rasa nyeri di sekujur tubuh dan luka gores di bagian siku. "Sayang, kamu baik-baik aja? Mana yang sakit, Nak?" cecar wanita itu sambil membantu Aurora duduk di pangkuan.
Pemilik mata bulat menangis sesegukan. Tubuhnya gemetar hebat akibat ketakutan. Pundaknya pun bergerak turun dan naik seirama dengan suara isakan yang terus menggema di pendengaran Queensha.
Membawa kepala Aurora ke dada, kemudian dia dekap tubuh mungil itu dengan erat. "Sst! Tenang, Sayang. Kamu aman bersama mama. Udah ya, jangan nangis lagi!" Mencoba membujuk anak sambungnya itu untuk tidak menangis.
Alih-alih menghentikan tangisnya, air mata semakin deras mengalir di antara kedua pipi. Bahkan Queensha dapat merasakan bahwa saat ini tubuh si kecil terasa panas. Lalu kemudian Aurora tak sadarkan diri, Gadis kecil itu jatuh pingsan dalam pelukan sang mama.
"Astaga, Rora! Sayang, kamu kenapa? Bangun, Nak." Queensha menepuk pelan sebelah pipi kanan menggunakan telapak tangan. Akan tetapi, si kecil tak merespon sama sekali.
Dengan susah payah Queensha bangkit dari posisinya saat ini. Dia angkat tubuh Aurora dan menggendongnya ala bridal style meninggalkan gudang tersebut. Sopir taxi yang melihat kedatangan penumpangnya itu bergegas turun kemudian membantu Queensha mengangkat si kecil lalu menaruhnya di kursi penumpang.
"Pak, kita ke rumah sakit sekarang!" Queensha tak kuasa membendung lelehan air mata. Rasa bersalah sekaligus takut begitu kuat membelenggu dirinya.
Tangis wanita itu semakin pecah saat tengah meneliti tubuh Aurora dan menemukan luka bekas cubitan di paha kanannya. Luka itu disebabkan oleh si kecil yang terus memberontak ingin melarikan diri saat Mia membawa tubuh mungil itu masuk ke dalam gudang.
Penampakan gedung yang menjulang tinggi ke awang, rerumputan liar yang merambat di bagian dinding bangunan serta suasana sepi membuat Aurora ketakutan. Dia berusaha kabur dari cengkeraman Mia. Akan tetapi, Mia tak yang sudah kepalang emosi karena sejak tadi Aurora terus berontak, mau tak mau mencubit gadis kecil itu guna memberi efek jera.
"Kalian ... aku bersumpah tak akan pernah melupakan apa yang pernah kalian lakukan terhadap putriku. Akan kubalas semua perbuatan kalian suatu saat nanti."
***
Sementara di rumah sakit, Ghani baru saja keluar dari ruang operasi. Pria berwajah oriental melangkah menuju ruang ganti setelah sebelumnya mencuci tangan menggunakan sabun pasca melakukan tindakan operasi pada sang pasien.
Tangan kekar nan kokoh itu membuka loker, kemudian meraih benda pipi berukuran 6.5 inci dari atas buku tebal miliknya. Rasa rindu akan putri tercinta membuat Ghani tidak sabar ingin menghubungi Aurora. Namun, baru saja menyalakan ponsel pintar dengan logo buah apel yang terkoyak, bola mata pria itu terbelalak membaca notifikasi m-banking yang masuk melalui pesan singkat.
"Seratus juta? Gila! Dia gunakan untuk apa uang sebanyak itu!" gumam Ghani dengan dada kembang kempis. Pikiran pria itu berkelana ke mana-mana, membayangkan uang yang dia simpan di rekening sang istri raib dalam waktu satu hari.
...***...
😂😂😂
Bahkan lulu sampai memperingati ghani harus menjaga queensha 🤔