NovelToon NovelToon
Akankah

Akankah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Pendekar Cahaya

Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 21 (Semakin Menjadi)

"Apa kamu yang namanya Zea?" Silva berbalik bertanya.

"Iya, benar" jawab Zea singkat.

"Kenalin aku Silva, aku pacarnya Marco, aku kesini mau cari dia, soalnya aku telpon dari tadi gak dijawab, mana dia" Silva menjelaskan maksud kedatangannya.

"Oh, dia ada didalam lagi main tennis dikit bareng aku, mungkin dia gak dengar panggilan kamu karena asik main tadi di halaman belakang" kata Zea sambil berjalan menuju halaman belakang.

"Terus aku mau tanya, emang benar kalau Marco itu supir pribadi kamu, bukannya selingkuh sama kamu kan?" Silva ingin memastikan kebenarannya.

"Benar, Marco itu supir pribadiku, aku sih awalnya gak mau terima dia jadi supirku, cuma karena Marco yang mau, jadinya aku terima dia. Lagipula dia ngotot pengen kerja katanya buat kumpulin biaya untuk dia kuliah, aku kasihan aja sama dia dan terima dia deh kerja disini" terang Zea. Silva mengangguk. Silva juga sudah pernah mendengar tentang cerita Marco yang ingin kerja dan menabung untuk biaya kuliahnya, karena ibunya tidak mampu untuk membiayai kuliahnya.

"Marco! Nih ada Silva, pacarmu!" Teriak Zea. Marco menoleh dan terkejut Silva tiba-tiba datang. Marco tidak mengerti kenapa Silva bisa mengetahui keberadaan dirinya. Seingatnya, Marco tidak pernah berkata apapun tentang Zea dan bahkan tidak pernah memberitahukan alamat rumah Zea pada kekasihnya itu.

"Kamu ngapain disini? Gak bareng pacar kamu si Alex" Marco menatap Silva dengan tatapan dingin.

"Kamu kok ngomong gitu sih, sayang, pacar aku kan kamu, bukannya Alex, kan kita jadiannya seminggu yang lalu" Silva meraih tangan Marco. Namun, Marco langsung menepis perlahan tangan Silva.

"Kalau memang aku pacarmu, kenapa teman kamu tadi itu bilang kalau Alex pacar kamu dan bahkan semua teman-teman pentas kamu itu tahunya pacarmu itu Alex, bukan aku, kamu malu punya pacar seperti aku, kalau iya, mending kita putus aja deh kalau kamu cuma ingin mainkan perasaan aku aja" Marco menatap Silva tajam.

"Bukannya gitu, sayang, siapa bilang aku malu, cuma keadaannya waktu itu Alex tidak memberiku kesempatan untuk bilang yang sebenarnya ke teman-teman pentasku saat ngobrol dengan mereka di back stage, jadilah mereka beranggapan kalau Alex itu pacar aku, kalau kamu gak percaya kamu bisa tanya ke Hilda sama Flea, mereka lihat sendiri kok" Silva menjelaskan dengan sebenar-benarnya. Marco terdiam dan tampak berpikir sejenak. Mencari tahu tentang kebenaran perkataan kekasihnya itu melalui sorot matanya. Tapi, dia dapat melihat dan merasakan, tidak ada kebohongan yang nampak.

"Eh, kalian berdua mending duduk dulu deh di gazebo di halaman belakang, sementara aku ambil minum di kulkas" Zea berlalu menuju dapur. Zea ingin membiarkan sepasang kekasih itu ngobrol berdua dan menyelesaikan kesalahpahaman diantara mereka berdua.

Marco dan Silva duduk di gazebo yang ada di halaman belakang. Baik Marco maupun Silva saling diam dan tidak berkata apapun. Sampai Zea datang dengan membawa minuman dingin untuk dirinya dan juga kedua tamunya itu.

"Nih, diminum dulu deh, panas-panas gini enaknya minum yang dingin, biar pikiran juga ikutan dingin, gak panas terus" Zea meletakkan nampan berisi minuman di depan Marco dan Silva.

"Sayang, kamu percaya kan sama yang aku bilang barusan?" Tanya Silva, yang masih menunggu jawaban Marco.

"Co, maaf kalau aku ikut campur, tapi, sebaiknya kalian baikan deh, lagian kalau aku lihat Silva gak bohong, bukannya aku belain Silva karena sama-sama cewek yah, cuma aku ngeliatnya seperti itu" Zea mencoba menengahi.

"Sekarang gini deh, aku tanya ke kamu, selama kamu kenal Silva, apa pernah Silva berbohong sama kamu? Atau Silva pernah menyembunyikan sesuatu gitu sama kamu?" Zea melontarkan pertanyaan pada Marco.

"Yah... Silva selalu jujur sih dan selalu terbuka tentang semua hal" jawab Marco apa adanya.

"Jadi, gak mungkin kan kalau Silva berbohong, apalagi ini menyangkut hubungan kalian berdua" kata Zea. Marco mengangguk, setuju dengan apa yang dikatakan oleh Zea.

"Jadi, gak ada alasan lagi dong, untuk tidak baikan dengan Silva" lanjut Zea. Marco kembali menganggukkan kepalanya.

"Ya udah, baikan dong kalau gitu" Zea menatap Marco dan Silva dengan penuh harap.

Marco dan Silva pun akhirnya menautkan kelingking mereka berdua, pertanda mereka sudah baikan dan kesalahpahaman yang terjadi sudah berakhir.

"Nah, gitu dong, kan enak lihatnya" Zea tersenyum.

"Kita bersulang untuk kalian berdua yang sekarang udah baikan" Zea mengangkat minuman kaleng.

"Cheers!" Mereka bertiga membenturkan pelan minuman kaleng mereka bertiga.

"Makasih yah, Zea, berkat kamu aku sama Marco sekarang udah baikan" kata Silva.

"Makasih apa coba, aku kan gak berbuat apa-apa, kok bilang makasih sih, gak tepat deh sepertinya, Sil" Zea terlihat bingung mendengar perkataan Silva.

"Pokoknya makasih deh buat kamu, kamu setidaknya berhasil membujuk Marco buat maafin aku" Silva tetap ngotot mengucap terima kasih pada Zea.

"Ya udah deh, iya, Sil, iya, sama-sama yah" jawab Zea. Hanya dalam waktu sekejap, Zea dan Silva langsung akrab. Mungkin karena karakter mereka berdua yang cepat beradaptasi dan pandai menempatkan diri saat bertemu dengan orang baru, yang membuat keduanya cepat akrab. Marco tentu saja senang melihat majikan dan pacarnya sudah akrab dengan cepat.

"Oh iya, kata Marco hari ini ultah kamu yah, happy birthday yah, Sil, doa yang terbaik buat kamu dan juga buat hubungan kamu sama Marco" Zea memberi ucapan pada Silva.

"Makasih yah, Ze, buat ucapan dan doanya" Silva tersenyum.

Mereka bertiga larut dalam obrolan panjang dan membicarakan tentang banyak hal. Sampai tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore.

"Eh, gak kerasa udah jam segini aja nih" Zea memperhatikan jam di handphonenya.

"Kenapa, Ze?" Tanya Silva.

"Zea mau latihan dan hari ini tuh penentuan siapa yang mewakili sekolahnya buat ikut turnamen tennis antar SMA" terang Marco.

"Kok kamu tahu banget yah, aku jadi curiga sama kamu, yang" Silva mengelus-elus dagunya.

"Jangan mulai deh" Marco menatap kekasihnya.

"Hehehe.... Gak kok, yang, bercanda kali" Silva mengacungkan dua jarinya pertanda damai.

"Ya udah, yuk, berangkat sekarang" Zea beranjak dari duduknya. Marco maupun Silva mengikuti langkah Zea.

1
Raska Dipsy
itu tergantung dri feeling sih sbnrnya 😁
NT.RM
kadang suka ketebak sih curi curi orang naksir kita. tp, kadang gak bisa yakin 100% 😁😁
NT.RM
Hah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!