Event bertukar kekasih telah dimulai! Event yang diadakan setahun sekali ini membuat hati Velvet ragu.
Ketika ia mendapatkan undian bahwa ia hanya akan bertukar kekasih dengan sahabatnya, Lyora, hati Velvet pun lega. Namun, siapa yang menyangka bahwa event tersebut akan membawa pengkhianatan bagi Velvet, yang dilakukan oleh kekasih serta sahabatnya sendiri.
Bahkan setelah event itu selesai, mereka tetap masih berhubungan secara diam-diam, hingga akhirnya semua kebenaran perlahan terkuak. Keduanya bahkan tak segan-segan untuk menjatuhkan Velvet dan membuat wanita itu mengalami depresi dan trauma.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#34
Satu minggu berlalu,
Plakkk!!!
Suara tamparan terdengar begitu nyaring di salah satu toilet di Perusahaan Romano. Terlihat seorang wanita tengah melipat kedua tangan di depan dada, sementara yang satu lagi tengah menunduk sambil memegang sebelah pipinya yang terasa sakit.
“Kamu itu tetap saja bodoh ya!”
“Tapi aku sudah memberikannya setiap hari. Hanya saja selama satu minggu ini, ia sama sekali tak menyentuh minuman yang kuberikan padanya.”
“Kalau begitu, cari cara lain! Masa begitu saja tidak bisa berpikir?! Apa bedanya kamu dengan Mommymu yang cuma seorang asiaten rumah tangga?”
Deghhh
Hati Emily terasa sakit ketika mommy-nya mulai dihina. Ingin sekali rasanya ia menampar wanita di hadapannya ini dan membuatnya merasakan sakit yang ia alami.
Emily hanya diam saja, hingga wanita yang berdiri di hadapannya hendak berjalan keluar.
“Nona Lyora,” panggil Emily.
“Apa lagi?!” tanya Lyora yang menatap Emily dengan tajam.
“Kalau aku tak ingin melanjutkan rencanamu lagi, bagaimana?”
“Kalau begitu, bersiaplah untuk melihat Mommy-mu menderita,” jawab Lyora.
Emily mengepalkan tangannya dengan kesal. Ia merasa diperalat oleh Lyora, tepatnya sejak wanita itu menjadi majikan Mommynya empat tahun yang lalu. Dengan uang Lyora juga Emily dapat kuliah, meski ia dulu pernah sempat mendapatkan beasiswa.
Ia menghela nafasnya pelan, kemudiam kembali ke ruang divisi perencanaan. Emily melihat ke arah Velvet yang duduk dengan tenang dan fokus pada pekerjaannya.
Kak Velvet sangat baik padaku. Mengapa aku harus mencelakainya. Apa dia akan membenciku jika mengetahui semua ini? Atau mungkin ia akan langsung membawaku ke kantor polisi? - batin Emily.
Dengan langkah sedikit ragu, Emily mendekati mejanya yang berhadapn dengan Velvet. Ia pun duduk dan kembali berkutat dengan pekerjaannya.
**
Jam pulang kantor telah tiba. Sejak tadi siang, Jett belum pulang dari Perusahaan Romano. Ia langsung mempelajari beberapa hal yang berhubungan dengan pekerjaan seorang sekretaris.
“Kamu boleh pulang dulu, Jett. Kamu pasti lelah karena ini adapah hari pertamamu menjadi sekretaris,” goda Cord.
“Ini pekerjaan mudah, Cord. Tidak ada masalah untukku. Tapi jika kamu mengijinkanku untuk pulang, maka dengan senang hati aku akan segera pulang.”
“Kamu tinggal di mana?” tanya Cord sebelum Jett keluar dari ruangannya.
“Apartemenku,” jawab Jett.
“Baiklah kalau begitu. Katakan padaku jika kamu membutuhkan sesuatu,” kata Cord dan Jett mengangguk.
Jett melangkahkan kakinya dengan riang menuju lobby. Matanya menangkap sosok seorang wanita yang ingin sekali ia ketahui keadaannya.
Velvet? - batin Jett.
Dari kejauhan, Jett melihat bagaimana Allan mendekati Velvet. Sepertinya Allan tengah membujuk Velvet untuk pulang bersama dengannya.
“Aku tidak mau!” tolak Velvet dan berjalan menjauh.
“Vel, aku kan sudah minta maaf padamu atas semua yang kulakukan. Setidaknya beri aku kesempatan untuk membuktikan padamu kalau aku sudah berubah,” kata Allan.
Namun, Velvet tak akan mau percaya lagi dengan apa yang keluar dari bibir Allan. Ia segera keluar dari perusahaan Romano. Bahkan beberapa pegawai melihat ke arahnya seakan-akan bertanya padanya, apa hubungan antara dirinya dengan Allan.
Velvet berjalan cepat menuju halte. Ia memang sedang menghemat pengeluarannya karena ia harus mengeluarkan uang untuk menemui seorang psikiater. Ya, ia terpaksa harus kembali melakukan terapi dan itu membutuhkan uang.
Tak mungkin ia meminta pada Mom Faira karena Mom Faira pasti akan bertanya-tanya. Untung saja posisi halte berlawanan arah dengan pintu keluar mobil, jadi Velvet bisa menghindari Allan.
Tinn … tin …
Velvet mendengar klakson berbunyi dan sebuah mobil berhenti di hadapannya. Sebelah kaca pun turun, memperlihatkan siapa yang ada di balik kemudi.
“Vel?” sapa sang pengemudi.
“Jett?”
“Ayo masuklah! Kuantar kamu pulang,” ajak Jett. Ntah keberanian dari mana Jett mau bertatap muka dan berbicara dengan Velvet. Hanya saja ia tak mau jika Velvet diganggu lagi oleh Allan, jadi ia berniat melindungi.
Tak sungkan, Velvet pun membuka pintu mobil Jett dan masuk ke dalam.
“Di mana kamu tinggal?” tanya Jett.
Velvet menyebutkan alamat tempat tinggalnya dan kebetulan sekali Jett tinggal di gedung apartemen yang persis berada di sebelah apartemen Velvet.
“Kamu juga bekerja di Perusahaan Romano?” tanya Jett membuka percakapan.
“Ya.”
“Kalau begitu, berangkat dan pulanglah bersamaku. Kita akan selalu searah, kecuali jika Cord memintaku menemaninya ke tempat lain.”
“Tidak perlu, aku tak ingin merepotkanmu,” kata Velvet.
“Bukankah kamu ingin menghindari Allan? Maka dekatlah denganku. Allan tak akan bisa mengganggumu,” Jett berusaha menenangkan Velvet, meskipun ia juga tak tahu apa yang akan Allan lakukan nanti jika bertemu dengannya sedang bersama Velvet.
Velvet tampak berpikir, “baiklah kalau begitu. Terima kasih.”
Jett tersenyum mendengar jawaban Velvet. Setidaknya ia bisa menjaga Velvet dari Allan. Ia ingin menebus segala kesalahan yang ia lakukan di masa lalu.
🌹🌹🌹
