Untuk melunasi hutang Ayahnya, Silvi terpaksa menikah dengan Andika. Sejak saat itu hidupnya seperti di neraka. Dia hanya menjadi pemuas Andika yang memang seorang casanova itu. Meski sudah memiliki Silvi tapi dia masih saja sering mengajak wanita lain ke apartemennya.
Silvi merasa tidak sanggup lagi dengan kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan Andika, akhirnya dia kabur. Andika terus mencari dan ingin membawanya kembali. Di saat itulah Andika merasa kehilangan.
Berbagai cara sudah Andika lakukan untuk mendapatkan Silvi lagi. Apakah Silvi mau kembali dengan Andika atau Silvi lebih memilih bersama Dion, sahabat yang selalu setia menemaninya dan juga mencintainya dengan tulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
"Mas Dika kok ada di sini?" Silvi keluar dari kamar mandi dan terkejut melihat Andika yang sedang berdiri di dekat pintu toilet.
"Sayang, kita makan dulu terus pulang ya." Andika berusaha memasang senyum manisnya meskipun hatinya juga sedang sedih. Dia kini merengkuh pinggang Silvi dan mengajaknya berjalan kembali ke restoran. "Aku tadi nyariin kamu, gak tahunya kamu ke toilet."
"Iya Mas, tadi tiba-tiba kebelet." Begitu juga dengan Silvi. Dia juga menutupi kesedihannya pada Andika
Mereka kini mengambil makanan yang tersedia lalu duduk dan menikmatinya.
Sesekali tatapan Silvi masih saja kosong, bahkan makanannya masih banyak di piringnya.
"Sayang, dihabiskan."
Silvi hanya menganggukkan kepalanya, dia berusaha bersikap biasa saja meski hatinya sedang berkabut.
"Ya sudah, kalau tidak dihabiskan tidak apa-apa. Atau mau check in di hotel ini. Kita bisa pesan presidential suite room," tawar Andika dengan kerlingan mata yang menggoda.
Silvi kini menatap Andika. Jujur saja, dia ingin menangis di pelukan Andika. Dia tidak mungkin menunjukkan rasa sedihnya di depan Ayahnya. Sedetik kemudian Silvi menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
"Oke. Come on baby." Andika meraih tangan Silvi dan mengajaknya ke resepsionis. Untunglah kamar dengan tarif termahal itu masih tersisa satu.
Setelah melakukan pembayaran dan mendapatkan kuncinya, mereka berdua segera berjalan menuju lift.
Tangan Andika masih setia di pinggang Silvi saat mereka berada di dalam lift. Setelah sampai di lantai atas, mereka keluar dari lift dan menuju kamarnya.
"Sayang, jangan lupa kasih kabar ke Ayah," kaya Andika sambil membuka pintu kamar itu.
"Iya Mas."
Mereka kini masuk ke dalam kamar hotel yang luas dan lengkap itu. Ada ruang tamu, dapur, dan juga rooftop yang luas dengan pemandangan kota yang sangat indah.
Silvi kini berjalan menuju rooftop. Dia berdiri di dekat pagar pembatas sambil menatap langit malam yang bertabur bintang.
Tangan Andika kini melingkar di perutnya dan memeluknya dengan erat. "Sayang, aku tahu hati kamu sedang tidak baik-baik saja." Andika menempelkan dagunya di bahu Silvi.
Air mata itu kembali menetes di pipi Silvi. "Iya Mas. Aku sekarang seperti menjadi seorang wanita yang sangat lemah. Hati aku sangat sensitif. Jujur saja aku sangat iri dengan Rossa." Silvi semakin menangis terisak.
Andika kian mengeratkan pelukannya. Dia bisa merasakan kesedihan Silvi. "Maafkan aku. Ini semua karena kesalahan aku di masa lalu."
Silvi membalikkan badannya dan memeluk Andika dengan erat. Dia sembunyikan wajah yang menangis itu di dada Andika.
"Suatu hari nanti, kita pasti akan mendapatkannya. Sabar ya..." Andika mengusap punggung Silvi agar dia lebih tenang. "Apa yang bisa aku lakukan untuk menebus semua kesalahan dan dosa-dosaku?"
Silvi menggeleng pelan. "Mas Dika sekarang sudah sangat baik." Silvi meregangkan pelukannya dan menghapus sisa-sisa air matanya.
Kemudian kedua tangan Andika menangkup pipi Silvi. "Terima kasih kamu sudah mau hidup bersama aku dan mau menerima segala kekuranganku. Kamu juga bisa memaafkanku yang telah menyakitimu begitu dalam."
Silvi menutup bibir Andika dengan jari telunjuknya. "Dan Mas Dika juga yang telah membuat aku jatuh cinta sampai sedalam ini. Menjadikan hidup aku selayaknya seorang ratu. Aku sangat beruntung memiliki Mas Dika."
Andika tersenyum hingga ujung matanya mengembun. Ternyata begini rasanya memiliki seseorang yang sangat dia cintai. Kebahagiaan itu tak bisa digambarkan dengan kata-kata.
Mereka kembali saling memeluk dengan erat. Hembusan angin malam sepoi-sepoi membawa gairah yang kian terpancing. Andika meregangkan pelukannya lalu mencium lembut bibir Silvi.
"Sayang, kita ke kamar..." Andika menggendong tubuh Silvi ala bridal style. Dia turunkan Silvi di tengah ranjang. Dia himpit tubuh itu, satu tangannya kini mengusap lembut pipi Silvi. "Kita nikmati malam ini dengan indah ya. Semoga buah hati kita segera hadir di tengah kehidupan kita."
Silvi menganggukkan kepalanya. Mereka kembali bercumbu mesra. Melewati malam yang hangat dengan sangat romantis.
Suara erotis yang saling bersahutan kini memenuhi kamar yang luas itu. Peluh juga telah membanjiri tubuh polos mereka berdua.
"Aku mencintaimu, Silvi." Andika menatap lekat wajah merah Silvi yang terbakar gairah.
"Aku juga mencintaimu." Kadua wajah itu kembali menyatu dan saling memagut hingga mereka sampai di puncak kenikmatan bersama.
💕💕💕
ditgg karya selanjutnyaaaa