Mencintai setulus hati serta menyokong dana untuk seluruh keluarga sang suami. Siapa sangka hal itu tak bisa membuat Zeline mendapatkan balasan kebaikan. Wanita itu justru harus menerima kenyataan pahit bahwa Delon suaminya diam-diam berselingkuh. Dan parahnya lagi,mertua serta ipar-iparnya yang selama ini hidup bergantung dengannya bersekongkol untuk menutupi perselingkuhan sang suami.
Penasaran dengan isi ceritanya? yuk silahkan disimak kelanjutannya ...... happy reading 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinly Secret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Sepanjang perjalanan menuju mal Talita lebih banyak diam dan hanya sesekali menanggapi perkataan Berti. Wanita itu masih sangat kesal karena suaminya tak bicara terlebih dulu jika ingin mengajak ibu mertuanya. Keinginan belanja Talita yang awalnya sangat menggebu-gebu kini hilang dan digantikan dengan rasa kesal yang teramat sangat.
Delon yang melihat perubahan sikap Talita yang lebih banyak diam dan berwajah masam merasa sangat menyesal karena sudah mengajak ibunya ikut bersama mereka. Ia tahu istrinya itu pasti sangat marah karena ibunya lebih mendominasi perjalanan mereka saat ini. Sedangkan Berti tak perduli dengan perubahan sikap menantunya yang biasanya akan sangat ramah dan banyak bercerita ketika bertemu. Otaknya saat ini sangat sibuk memikirkan apa saja yang akan ia beli nantinya. Mumpung sang anak hari ini membebaskan dirinya untuk membeli apa saja. Kesempatan ini harus digunakan sebaik mungkin pikir Berti.
Delon memarkirkan mobil di parkiran mobil. Berti dengan semangat turun dan langsung bergegas menuju pintu lift. Terlihat sekali bahwa ia sangat tidak sabar untuk berbelanja. Hingga anak dan menantunya tertinggal beberapa langkah di belakangnya.
Talita tampak lesu dan tak lagi bersemangat untuk berbelanja. Rasanya ia ingin pulang daripada jalan-jalan menemani ibu mertuanya untuk berbelanja. Apalagi seleranya dan sang mertua sangat berbeda jauh. Talita senang berbelanja barang-barang branded. Sedangkan ibu mertuanya lebih senang membeli barang-barang kebutuhan dengan sembarangan tanpa memperhatikan brand dan kualitasnya. Menurut Talita selera sang mertua sangatlah kampungan,tak mengerti brand.
"Sayang,maafkan aku. Aku janji setelah mengantar ibu kita akan berbelanja sendiri. Aku tadi kasihan sama ibu karena mengeluh bahan makanan di rumah sudah habis." Delon berusaha membujuk istri mudanya agar tak lagi merajuk. jarak yang sedikit jauh dari sang ibu digunakan oleh nya untuk meminta maaf.
"Ya udah. Janji akan belanja berdua saja setelah ini."
"Iya sayang." jawab Delon bersemangat. Ternyata kali ini dirinya tak sulit untuk membujuk istrinya.
Mendapatkan janji yang menggiurkan,Talita kembali bersemangat. Seketika raut wajah kesalnya berubah menjadi ceria. Tak apa-apa untuk beberapa jam dirinya menemani sang mertua untuk berbelanja. Lagian setelah itu akan ada giliran untuknya sendiri pikir Talita.
Mempercepat langkah agar sejajar dengan ibu mertuanya,Talita meninggalkan suaminya dibelakang. Menurutnya lebih baik mendukung dan membantu sang mertua mencari apapun yang diinginkan agar cepat selesai.
"Bu,apa yang mau dibeli paling pertama ?" Tanya Talita dengan wajah yang sangat bahagia.
"Ibu mau beli baju dulu. Kamu mau juga kan sekalian sama ibu saja cari bajunya." Ajak Berti sambil matanya fokus pada pajangan baju yang kini menarik perhatiannya.
"Ah,nggak Bu. Sekarang kita cari buat ibu saja dulu. Fokus apa yang ibu butuhkan." jawab Talita dengan lembut.
Berti menghentikan langkahnya kemudian menatap Talita dengan pandangan penuh haru.
"Kamu memang menantu ku yang paling pengertian. Dirimu mengenyampingkan keperluan mu hanya demi aku. Makasih ya ? Ibu sangat bahagia. Delon sangat beruntung memiliki istri seperti mu. Tak sia-sia ia menikah lagi." Kata-kata penuh pujian dari Berti langsung membuat Talita serasa terbang tinggi ke awan-awan. Hatinya diliputi kebahagiaan karena merasa dirinya lebih baik dari Zeline.
"Yuk,kita belanja sekarang !" Berti langsung menarik tangan menantunya penuh semangat. Kini mereka memasuki sebuah stand berisi baju-baju yang disukai oleh Berti. Delon yang sempat tertinggal akhirnya mengikuti langkah ibu dan istrinya masuk ke dalam kumpulan baju wanita. Pria itu pun sangat bahagia karena melihat dua wanita yang ia cintai saat ini terlihat sangat akrab.
"Yang ini,ini,dan ini ....." Berti mengangkut beberapa lembar pakaian yang ia sukai tanpa dicoba terlebih dulu. Pramuniaga yang berjaga sangat senang dengan cara berbelanja customernya tersebut. Dengan sangat ramah mereka mengikuti ke mana langkah Berti dan Talita saat mencari baju. Apalagi di tempat itu bukan hanya menjual baju. Tersedia juga tas wanita dan sepatu dengan berbagai model.
"Del,ibu mau yang ini lagi beberapa lembar. Boleh ya ?" Berti memperlihatkan tiga lembar baju dengan model yang sama namun memiliki warna yang berbeda.
"Ambil saja Bu. Hari ini apapun yang ibu mau akan Delon bayar semuanya."
"Kau memang putra ku yang paling baik." ucap Berti dengan wajah berbinar. Talita yang melihat itu tiba-tiba merasa tak sabar karena ingin segera membeli apa yang diinginkannya. Jika ibunya saja dibelikan tanpa banyak protes apalagi dirinya pikir Talita.
Kini tiba lah waktunya untuk membayar di kasir. Belasan lembar pakaian dan ada juga beberapa tas dan sepatu pilihan Berti di bawa ke kasir untuk di scan.
"Dua puluh lima juta rupiah." kasir menyebutkan nominal total belanja Berti.
"Ini Mbak." kata Delon dengan santai sambil memberikan kartu hitam pada sang kasir.
Satu menit kemudian,terlihat wajah kasir yang mengerut kebingungan.
"Ada apa Mbak ?" tanya Delon tak sabar.
"Kartunya ditolak Pak. Sepertinya kartunya terblokir."
"Tidak mungkin." seketika wajah Delon berubah pias. Dirinya langsung tersadar. Zeline pasti sudah menyadari hal ini.
"Mbak,bisa dicoba sekali lagi ?" Mohon Delon dengan harapan bahwa mesin kasir lah yang sedang eror. Dirinya sangat cemas karena takut malu.
"Iya Mbak,coba sekali lagi. Mungkin masalah jaringan tadinya." Timpal Talita yang sebenarnya juga tak kalah panik. Sejujurnya wanita itu mulai curiga bahwa kartu itu bukanlah milik Delon. Karena setahu dirinya selama berpacaran,pria itu tak pernah berani membelanjakan dirinya dengan nominal hingga puluhan juta.
"Tetap nggak bisa Pak. Mungkin bisa dicoba untuk menarik tunai saja di mesin ATM terdekat. Atau mungkin Bapak punya M-banking ? Karena pembayaran di sini bisa juga via transfer."Usul sang kasir dengan tenang.
"Baiklah Mbak,saya coba dulu." Dengan lesu,Delon mengambil kembali kartu ATM. Tak ada lagi rasa semangat dalam dirinya. Ia sudah paham bahwa Zeline pasti sudah memblokir kartu tersebut.
"Bu,Talita ayok kita pulang dulu. ATM nya terblokir. Kita harus memperbaikinya dulu." Ajak Delon berpura-pura mencari alasan seperti itu agar tak terlalu merasa malu pada orang lain yang kini juga sedang mengantri.
Berti sangat kesal karena tak jadi berbelanja. Namun sebisa mungkin dirinya menahan rasa kesalnya hingga tiba di parkiran. Sedangkan Talita sangat bersyukur karena tak jadi berbelanja,meskipun terbersit rasa malu karena tak bisa membayar belanjaan ibu mertuanya.
"Kamu itu gimana sih Del ?" Semprot Berti ketika sudah tiba di parkiran.
"Kamu sengaja membuat ibu malu ya ?" Cecar Berti lagi tanpa merasa kasihan dengan wajah Delon yang juga saat ini terlihat pucat karena malu.
"Ya mana aku tahu kalau kartunya terblokir Bu." ucap Delon membela diri. Ia pun terlebih dulu masuk ke dalam mobil dan langsung diikuti oleh Talita dan ibunya.
"Kamu itu bodoh sekali. kenapa nggak kamu cek aja dulu. Coba belanja kek baru kamu ajak kita ke mal." Omel Berti penuh rasa emosi.
"Sudah Bu, aku juga mana tahu bakalan seperti ini. Namanya sial siapa yang tahu Bu." masih tetap sabar Delon dengan tenang menjawab perkataan ibunya. Talita tak bicara dan hanya menyimak perdebatan antara ibu dan anak tersebut. Ia tak sungguh malas ikut campur dan memilih untuk diam saja.
"Sayang, diam di dalam sini sama ibu ya. Mas mau nelpon teman sebentar untuk pinjam uang. Nanti setelah ATM nya udah bisa baru kita balikin uangnya." Pamit Delon sebelum turun dari mobil. Talita hanya mengangguk setuju. Sedangkan Berti tak mau ambil pusing putranya mau melakukan apa.