Kiara, adalah gadis sebatang kara. Dia bekerja sebagai Pramusaji di sebuah restauran ternama. Dia bekerja banting tulang untuk melunasi hutang ayahnya seorang bandar judi yang telah di tipu dan terlilit utang. Ibunya sakit-sakitan. Ketika seorang istri CEO perusahaan mengajaknya kerja sama. Yaitu menikah dengan Suaminya Agam, karena Dia Mandul. Dan Kiara akan mendapatkan uang, berapa pun Dia mau, asal bisa melahirkan anak laki-laki pewaris perusahaan Agam. Usia mereka yang terpaut 20 tahun itu membuat Kiara ragu. Namun Dia yang slalu mendapat teror dari bandar Narkoba lainnya pun tak bisa lagi menolak takdirnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nana shin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbayang-bayang di Mata
Kiara merasa kaget saat ada seseorang memeluknya dari belakang. Kiara pun menatap tangan yang melingkar di pinggangnya tersebut, barulah dia sadar, kalau tangan itu adalah tangan Agam suaminya sendiri. Karena di sana ada cincin bermata hijau yang selalu dikenakan Agam, di jari manis di tangan kanannya.
Mungkinkah itu cincin kawin mereka? Lama Kiara menatap tangan itu.
"Tuan?" lirih Kiara kemudian.
"Diamlah. Aku ingin memelukmu sebentar saja," pinta Agam lembut di telinga Kiara.
Kiara pun kemudian diam, lama mereka terdiam dalam berhalusinasi masing-masing, akhirnya Agam pun angkat bicara.
"Satu minggu lagi aku akan tidur denganmu. Aku harap dalam satu minggu ini, kau mempersiapkan diri untuk menepati janjimu dengan Clara," ucap Agam.
Kiara terdiam, Kiara tahu pembicaraan itu mengarah kepada malam pertama mereka. Kiara harus memberikannya kepada Agam.
"Baik Tuan," sahutnya.
"Kiara, kenapa kau terus saja memanggilku Tuan? aku ini suamimu, walaupun kita hanya sebatas suami istri kontrak, namun, aku berharap sebenarnya ingin hubungan yang lebih baik dari hanya suami istri kontrak," ucap Agam.
"Tuan sebenarnya aku ingin memilikimu seutuhnya, mungkin aku serakah, namun sekarang aku benar-benar berharap kalau kau itu adalah suamiku saja, bukan suami orang lain."
Kata-kata itu hanya terlontar di dalam hati Kiara saja, tentu saja Kiara tidak bisa mengatakan itu dengan terus terang kepada Agam. Dia tidak berani mengatakannya.
"Iya Bang," sahut Kiara singkat.
Perlahan Agam pun ingin melepaskan tangannya, namun, entah keberanian dari mana, kini malah Kiara menarik tangan itu kembali dan menggenggamnya erat, di atas perutnya.
"Bang, Bisakah sebentar lagi?" lirih Kiara.
Agam yang ada di belakangnya pun tersenyum, walau sebenarnya ada benda lain yang sudah mulai terbangun.
"Kiara, aku tidak bisa berlama-lama, aku takut kalau ada yang lain ikut merasa kesenengan," ucap Agam.
Yang dimaksud adalah bayi kecilnya Agam yang mulai bangun, Kiara pun melepaskan tangannya dan tersenyum geli, tanpa sepengetahuan Agam.
Agam kemudian menjauh. Tentu saja bayi kecilnya sudah sangat terbangun, kemudian Agam dengan langkah cepat meninggalkan dapur, menaiki tangga menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, pemandangan yang tak biasa pun terpampang nyata di depan matanya.
"Clara...," sapa takjub Agam, saat melihat istrinya itu sedang duduk di sisi ranjang dan mengenakan Lingeri merahnya.
"Mas dari mana?" selidik Clara.
"dari dapur, laper," ucapnya.
"Kenapa nggak bilang sama aku aja? Biar aku ambilin," ucap Clara lagi.
"Tadi kamu tertidur 'kan, sudahlah, aku ngantuk," ucap Agam.
Agam mencoba melawan hasrat jiwanya yang meronta. Apalagi gagang sapunya sudah terbangun dari tadi. Agam berjalan menuju ranjang dan naik melewati Clara dan berbaring si sisi dinding.
Hap
Tiba-tiba Clara agresif dan memeluk Agam dari belakang. Agam yang dari tadi sudah menggebu pun tak bisa lagi menolak. Perlahan Clara menarik paksa tubuh Agam agar menghadap ke padanya.
Sementara Kiara. Dia tampak memeluk guling dan terus bolak balik bagai gorengan yang belum matang. Wajah Agam slalu menari di pelupuk matanya. Sudah berapa jam dia mencoba, namun tetap tak bisa tidur.
Hingga akhirnya mungkin tepat jam 12.00 malam, barulah Kiara bisa tertidur. Kiara sedang bermimpi indah, telah memiliki dunia dan isinya, karena dalam mimpinya dia bertemu dengan Agam, dan saling menautkan tangan satu sama lainnya.
Sementara di kamar Clara dan agama, tampak pasangan suami istri itu bermandikan keringat, karena habis olahraga malam. Clara tampak tidak ingin kehilangan Agam, ia ingin membuktikan, bahwa dia adalah pemilik yang sebenarnya.
"Sayang, tolong tepati janjimu, nanti kalau Kiara hamil dan melahirkan, kita hanya mengambil anaknya saja, dan dia harus pergi dari rumah ini," ucapnya.
Agam tampak diam dan berdiri menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri dari keringat tersebut, melihat suaminya itu kini jinak kembali, setelah siang tadi mereka saling bertengkar. Clara pun menyusul Agam menuju kamar mandi, entah apa yang mereka lakukan di sana, setidaknya mereka menghabiskan waktu lebih 10 menit di kamar mandi tersebut.
***
Pagi ini, Kiara tampak sudah bangun walaupun wajahnya terlihat pucat, karena tadi malam dia begadang, dikarenakan susah untuk tidur. Kiara tampak sedang memasak beberapa menu kesukaan Agam, ditemani bibi.
"Nona, Apakah Nona sakit? kenapa wajahmu pucat sekali?" tanya bibi.
"Tidak Bi, tadi malam aku mengalami susah tidur, jadi mataku jadi seperti ini," ucapnya.
Tiba-tiba Agam dan Clara datang ke dapur, mereka tampak mandi basah. Kiara hanya menatap sekilas kemudian menunduk, rasa hancur menyaksikan pasangan suami istri itu tampak mesra.
Clara seperti sengaja merangkul tangan Agam, bahwa dia ingin mengatakan bahwa ini hanya milikku saja. Namun saat menyadari Kiara menatapnya, Agam dengan pelan melerai tangan Clara dan duduk dengan cepat.
Bersambung...
ayo kak mampir lagi ke tempatku yuukkk 😅