Hidup kembali setelah mengalami kematian yang tragis, Xue Shan Shan memutuskan untuk membalas dendam pada orang-orang yang membuat hidupnya menderita.
Terutama, pada Pangeran Mahkota yang menjadi suaminya dan Xue Yuwen yang merupakan adik tiri sekaligus madunya.
Dia bersumpah akan menghancurkan mereka semua sampai ke tulang-tulang!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengenakan Mahkota Phoenix
Setelah mengantarkan kepergian Pangeran Li Xian dengan tatapan aneh, Xue Shan Shan menarik nafasnya dalam-dalam sambil menyeka keringat dingin di dahinya.
Xue Shan Shan tidak habis pikir dan tidak mengerti kenapa Pangeran Li Xian selalu saja berhasil menghancurkan ketenangan yang dia bangun sekokoh tembok istana.
Mungkinkah itu karena Pangeran Li Xian lebih handal dalam mengendalikan emosi sehingga menjadi satu-satunya orang yang mampu mengusik ketenangannya?
Entahlah, Xue Shan Shan tidak mengerti dan tidak ingin memahaminya juga. Dia lebih memilih menenangkan dirinya dengan mengeluarkan dan memakan sebungkus kue dari lengan baju, sebelum akhirnya pergi ke perjamuan.
Ketika tiba di aula perjamuan, tempat itu sudah penuh dengan orang dan tanpa sengaja netranya menangkap sosok Pangeran Li Xian yang sudah duduk di tempat dalam posisi yang sangat mencolok.
Sekali lagi, ketenangannya terusik saat beradu tatap dengan Pangeran Li Xian. Dia segera mengalihkan tatapannya hanya untuk mencari tempat duduk Kediaman Perdana Menteri.
Setelah menemukannya, Xue Shan Shan langsung berjalan mendekat, tanpa menghiraukan tatapan dingin Pangeran Li Xian yang melintasi tubuhnya.
Begitu duduk, Xue Shan Shan menarik nafas dalam-dalam hanya untuk menenangkan dirinya yang tiba-tiba terasa tegang. Ketika sudah tenang, dia mengangkat kepalanya dan wajah dingin Pangeran Li Xian yang pertama sekali memenuhi indera penglihatannya.
Memang tidak bisa menghindari musuh!
Ternyata, tempat duduk para pangeran berseberangan dengan tempat duduk Kediaman Perdana Menteri.
Padahal, dia mengira di perjamuan ini bisa menyembunyikan diri.
Namun, dia lupa tempat duduk Perdana Menteri sebagai pejabat kelas dua tidak akan terlalu jauh.
Xue Shan Shan kembali mengabaikan Pangeran Li Xian, dia menundukkan kepala dan menemukan berbagai jenis makanan tersaji di atas meja yang membuat perutnya berdenyut-denyut.
Di sisi lain, Xue Yuwen menatapnya dengan tatapan iri dengki. Dia tidak terima karena posisi Xue Shan Shan lebih dekat dengan kerabat istana.
Atas dasar apa dia bisa menikmati keberuntungan itu?
Tunggu dan lihat saja, aku pasti akan mengalahkannya!
Tepat pada saat itu, suara seorang Kasim terdengar dari luar aula perjamuan ....
"Kaisar sudah tiba!"
"Permaisuri Xuan sudah tiba!"
"Selir Agung Mei sudah tiba!"
Begitu mendengar pengumuman ini, semua orang langsung berdiri hanya untuk menyambut Kaisar, Permaisuri Xuan dan Selir Agung Mei.
"Yang Mulia Kaisar panjang umur!"
"Permaisuri Xuan panjang umur!"
"Selir Agung Mei panjang umur!"
Setelah semua orang memberi hormat, Kaisar yang sudah duduk di tempatnya mengangkat tangan dan berkata, "Semuanya, silahkan duduk."
Seiring dengan perjamuan ini, perjamuan resmi dimulai.
Setelah perjamuan dimulai, alunan musik mulai dimainkan bersamaan dengan sekelompok gadis penyanyi dan penari muncul di atas panggung hingga membuat suasana di dalam ruangan itu menjadi lebih hangat.
Jika sudah berurusan dengan makanan lezat, Xue Shan Shan mengabaikan segalanya dan hanya fokus memenuhi keinginan perutnya.
Begitu pertunjukan lagu dan tarian selesai, Permaisuri tersenyum tipis dan memandang Selir Agung Mei yang duduk di samping.
"Kita sudah sering melihat lagu dan tarian ini sehingga tidak lagi menarik. Apakah nona-nona yang hadir di sini bersedia menunjukkan bakatnya?"
Memahami isyarat dari Permaisuri Xuan, Selir Agung Mei juga tersenyum dan berkata, "Iya, aku mendengar banyak nona-nona yang sudah mempersiapkan dirinya sejak lama untuk perjamuan ini dan aku akhirnya bisa menikmatinya."
Selir Agung Mei dan Permaisuri masih memiliki tujuan yang sama, yakni mencarikan menantu untu putra-putra mereka.
Kemudian, Selir Agung Mei menatap putranya yang berwajah dingin itu. Dia mendengus, "Entah sudah berapa banyak menantu perempuan yang ketakutan karena wajah cemberutnya itu."
Selir Agung Mei tidak ingin terlambat memiliki cucu dan tidak ingin kalah saing dengan Permaisuri Xuan.
"Adik, tenang saja, kamu pasti akan mendapatkan menantu di perjamuan ini." Permaisuri Xuan menghibur Selir Agung Mei dengan senyuman lembut.
Mendengar itu, Selir Agung Mei langsung teringat pada Xue Shan Shan yang terakhir kali dia temui berada di dalam pelukan putranya.
Bagaimanapun, Xue Shan Shan adalah satu-satunya gadis yang masuk dan keluar dari Istana Wanshou dengan selamat.
Selir Agung Mei langsung mencari dan melihat keberadaan Xue Shan Shan yang asik dengan dunianya sendiri, padahal nona-nona dari keluarga lain sibuk mempersiapkan diri untuk memikat hati para pangeran.
Jika berhasil dipilih oleh salah satu pangeran di kesempatan yang berharga ini, maka seumur hidup akan bebas dari rasa khawatir.
Seketika, Selir Agung Mei semakin takjub dan merasa gadis itu sedikit unik. Itu sebabnya, dia bertekad untuk menjadikan Xue Shan Shan sebagai menantunya.
Ketika mendengar para nona hendak menampilkan bakat yang mereka miliki, Xue Shan Shan melihat ke sekeliling dan menatap Xue Yuwen.
Xue Shan Shan berjalan sedikit dan berbisik pada Xue Yuwen. "Adik, apa kamu sudah mempersiapkan kemampuan yang akan kamu tampilkan?"
"Tentu saja." Xue Yuwen tersenyum penuh kepuasan saat menatap Xue Shan Shan dengan sorot mata penuh penghinaan.
Sebelumnya, Xue Yuwen sudah mengirim salah satu pelayannya hanya untuk memantau Xue Shan Shan dari kejauhan. Dan katanya, orang yang tidak berguna di hadapannya saat ini hanya tahu makan dan tidur sepanjang hari.
Xue Yuwen yakin, Xue Shan Shan pasti tidak bisa menunjukkan kemampuan apa pun.
Xue Shan Shan tahu isi pikiran Xue Yuwen karena dia juga tahu tentang pelayan yang sering berada di luar kediaman Perdana Menteri hanya untuk menyogok salah satu pelayan di sana demi mendapatkan informasi tentangnya.
Dia tidak marah atau pun panik, dia juga tidak berniat menunjukkan bakat.
Karena sudah bisa lepas dari belenggu pernikahan dengan Pangeran Mahkota, Xue Shan Shan tidak ingin terbelenggu dengan pangeran lainnya.
Lebih tepatnya, Xue Shan tidak ingin terkurung oleh kokohnya dinding istana!
Ketika sedang memikirkan hal ini, sudah ada seorang nona yang maju ke depan terlebih dahulu. Dia adalah putri dari Menteri Adat dan kebudayaan, Yan Yi.
Saat gadis yang mengenakan gaun brokat berwarna hijau muda maju ke depan, seseorang datang membawakan kecapi.
Guo Yangyang duduk di tengah aula sambil memeluk kecapi dan memainkannya dengan lembut, sebelum akhirnya suara yang jernih terdengar di aula.
Bagaikan angin sepoi-sepoi, suara merdu dari kecapi Guo Yangyang berhembus ke dalam hati setiap pendengarnya.
Setelah lagu tersebut selesai dimainkan, Permaisuri menunjukkan ekspresi puas di wajahnya.
Bahkan, Kaisar juga tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya sebagai ungkapan penghargaan kepada Yan Yi.
Sementara itu, Menteri Adat dan kebudayaan memandang putrinya dengan bangga seolah-olah sudah melihat putrinya mengenakan mahkota phoenix.
Setelah pembuka yang sempurna dari Yan Yi, Guo Yangyang—cucu luar Sekretariat Agung juga mempersilahkan dirinya sendiri untuk menampilkan permainan kecapi.
Selanjutnya, satu per satu nona dari berbagai keluarga pejabat maju ke depan hanya untuk memamerkan bakat mereka masing-masing.
Xue Shan Shan hanya menyangga dagunya dengan satu tangan sambil melihat para nona bangsawan menampilkan kemampuan mereka.
Ada yang menari, bermain kecapi, melukis, membuat puisi, dan menulis kaligrafi.
Ketika tampil di depan, sesekali mereka akan memandang orang yang disukai dengan ekspresi malu-malu.
Xue Shan Shan merasa mereka benar-benar sangat lucu!
Dia tidak tahu nama-nama nona bangsawan yang ada, bahkan hanya mengenali Fu Qingyue yang menjadi bagian dari mereka.
Saat melihat mereka semua, Xue Shan Shan menyadari mereka semua berwajah tirus dan mungil. Kemudian, dia pun meraba wajahnya yang tembam.
Hanya dengan melihat wajahnya yang bulat saja, Xue Shan Shan yakin tidak akan ada pangeran yang memilihnya.
Semakin lama dilihat, Xue Shan Shan merasa semakin jenuh, dia pun kembali ke tempat duduknya.
Sementara itu, Xue Yuwen yang tidak bisa menahan diri lagi, segera berdiri sesaat setelah seorang nona selesai menampilkan bakatnya. Dia sudah berlatih tarian bulu pelangi dengan keras selama setengah bulan ini agar bisa memukau semua orang di perjamuan istana.
Saat Xue Yuwen sudah maju dan mulai menari, Xue Shan Shan memperhatikannya sejenak, lalu bertanya pada Nyonya Cheng. "Bibi, apa nama tarian ini?
balas dendam pada putra mahkota dan adik tiri
kenyataan : dia yg di bales dendam adik tiri.
sinopsis sih kaya yg bener aja.. kejam, tanpa tedeng aling2.. eh isinya kek cewe2 ikan terbang
mana kebanyakan yg disakitin dia2 juga blm lagi dibuat kasian2
laen kali thor gausah pake narasi kaya gt kalo isinya sebaliknya