NovelToon NovelToon
Wanita Pelangkah

Wanita Pelangkah

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Murid Genius / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Kuswara

Apa yang akan terjadi pada Jamilah setelah tiga kali dilangkahi oleh ketiga adiknya?.

Apa Jamilah akan memiliki jodohnya sendiri setelah kata orang kalau dilangkahi akan susah untuk menikah atau mendapatkan jodoh?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 Wanita Pelangkah

"Wajah mu kenapa bisa memerah seperti itu?." Goda Emir berbisik di telinga Jamilah sebelum menyalakan mesin mobilnya.

Jamilah memegang kedua pipinya, rasanya tidak mungkin jika Emir mengetahui kalau dirinya sedang bahagia. Sebab sejak pengisian bensin, Emir berada di luar. Tapi bagaimana bisa Emir mengambil fotonya dan kapan?. Kenapa bisa tiba-tiba ada di sana?.

"Kamu salah lihat kali." Jamilah buru-buru mengelak, perlahan memalingkan wajahnya ke arah kaca. Ternyata dirinya tidak bisa menyembunyikan saat sedang bahagia seperti sekarang ini.

"Oh, iya mungkin saya yang salah lihat. Mungkin mata saya yang bermasalah." Emir menyalahkan matanya yang tidak salah. Hanya untuk menyenangkan hati istrinya.

"Em mungkin juga." Jamilah menutupi rasa gugupnya dengan ikut setuju atas pernyataan Emir. Sementara Emir sendiri hanya menggelengkan kepalanya berulang kali sambil tersenyum tipis.

.

.

.

Suasana pedesaan kini sudah sangat terasa saat mobil Emir sudah memasuki perkampungan. Emir mulai terbiasa dan menyukai suasana yang hening, adem, sejuk. Sejauh mata memandang, kanan kiri mereka hamparan padi yang siap di panen dalam waktu dua Minggu lagi.

"Kamu tidur?." Emir tidak mendengar Jamilah saat memasuki perbatasan kota dan desa.

"Tidak, saya tidak tidur." Jamilah menoleh, menatap Emir yang sedang fokus pada kemudinya.

"Kalau saya meminta mu untuk meninggalkan kampung ini dan kamu berhenti menjadi guru karena kita akan tinggal di kota atau negara lain, bagaimana?." Karena bagaimana pun semua bisnis Emir semuanya berada di ibu kota dan LA. Belum terpikirkan olehnya untuk membuka usaha di kampung ini, yang serba jauh kemana-mana dengan tingkat ekonomi masyarakat yang sangat rendah.

Jamilah menyadari posisinya sebagai seorang istri harus siap sedia untuk di bawa kemana pun oleh suaminya.

"Tidak masalah, insya Alloh saya siap di bawa kemana pun." Jawab Jamilah mantap. Seharusnya dirinya tidak perlu merasa takut untuk di bawa kemana pun oleh Emir, sebab dirinya yakin Gusti Alloh akan selalu melindunginya.

"Karena seperti yang pernah saya bilang, saya di sini hanya tiga bulan saja. Saya akan kembali ke LA." Emir menepikan mobilnya di pinggir Jalan, menurunkan sedikit jendela supaya udara sore hari masuk menggantikan AC mobil mewahnya.

Jamilah mengangguk paham, terlepas dari semua kerumitan yang dimiliki suaminya. Emir tetap lah seorang imam baginya.

"Masalah Arkam dan Tiffani, tolong berikan saya waktu untuk bicara dengan mereka. Bagaimana pun Arkam sahabat saya dan saya sangat tahu karakternya. Jika ia sudah menginginkan sesuatu maka ia harus mendapatkannya. Termasuk kamu. Dan Tiffani ia juga sudah banyak berkorban untuk saya dan Joy. Jadi mungkin agak susah untuk mengakhiri hubungan kami, tapi bukan berarti tidak bisa untuk menyelesaikannya." Emir menyampaikan sedikit resah dan susahnya untuk berhadapan dengan Arkam dan Tiffani.

Jamilah hanya diam, ia membiarkan Emir untuk menyelesaikan masalah dengan cara sendirinya. Ia hanya akan selalu mendukung apa pun jalan yang akan di tempuh Emir, selama itu tidak menyusahkan dan merugikan orang lain.

"Apa pun yang akan terjadi kedepannya dengan rumah tangga kita. Tetap lah berada di samping saya. Tapi jikalau kamu merasa sudah tidak sanggup lagi maka saya akan melepas mu." Emir sangat tahu diri dengan keadaan dirinya. Semua masalah yang mengelilinginya. Belum lagi Isyana. Kenapa sampai saat ini Emir malah mau mengurus Isyana?. Padahal Emir sudah menempatkan satu suster untuk menemani dan tinggal bersama Isyana. Selain Isyana ibu dari kedua anaknya, Isyana juga merupakan yatim piatu yang tidak memiliki siapa pun selain dirinya sebagai mantan suami dan kedua anaknya. Dan Emir juga sudah berjanji untuk tetap peduli pada Isyana walau pun ia sudah berkeluarga nanti.

Jamilah kembali mengangguk paham. Tidak ada rumah tangga yang berjalan mulus dan lancar. Pasti akan ada kerikil-kerikil tajam yang mengenai kakinya saat berjalan terus menjalani biduk rumah tangganya bersama Emir. Tinggal nanti bagaimana dirinya membalut kaki itu supaya tetap bisa berdiri dan berjalan melanjutkan perjalanannya sampai menemukan akhir yang bahagia. Tidak ada kebahagian yang didapatkan dengan gratis semuanya juga butuh perjuangan.

Emir kembali menaikkan kaca mobilnya. Melajukan kembali dengan kecepatan sedang. Dikarenakan memang jalanan yang kurang bagus.

.

.

.

Sampai di rumah Pak Utomo sekitar pukul tujuh malam. Keduanya langsung di sambut dengan makan malam. Alexander begitu senang bisa melihat Daddy Emir dan Ibu Jamilah setelah dua hari satu malam tidak bertemu.

"Pak, Bibi Isti saya ke atas dulu ya. Oleh-olehnya sudah saya taruh di meja makan." Pamit Jamilah usai beberapa lama ngobrol di ruang tengah.

"Iya Kak Jamilah, terima kasih." Balas Bibi Isti.

"Iya kalian istirahat lah, pasti sangat capek." Kata Pak Utomo melihat pada Jamilah dan Emir. Lalu kembali fokus pada acara TV yang sedang menayangkan berita yang lagi viral.

Alexander sendiri sudah masuk ke dalam kamar dengan makanan kesukaannya.

Jamilah dan Emir menaiki tangga dengan bawaannya masing-masing.

.

.

.

Setalah dua puluh menit, Jamilah keluar dari kamar mandi, kembali dengan baju plus celana panjang dan hijabnya. Sekarang Emir yang gantian berada di kamar mandi.

Jamilah sedang menyiapkan materi yang akan diberikan pada murid-muridnya, ketika Emir keluar dari kamar mandi hanya dengan celana boxer nya saja. Entah apa yang ingin diperlihatkan Emir, sementara Jamilah sendiri santai aja melihat hal itu. Meski pun Jamilah sangat memuji, mengagumi ketampanan serta tubuh atletis yang dimilki suaminya. Tapi hanya Jamilah simpan dalam hatinya saja.

"Baju saya belum disiapkan?." Pertanyaan Emir berhasil menarik perhatian Jamilah. Sehingga Jamilah menoleh kearahnya yang terlihat seperti binaragawan L-Men itu. Rasanya terlalu mengada-ada jika dirinya tidak menyiapkan baju ganti untuk suaminya.

"Itu baju mu, ada di atas kasur." Tunjuk Jamilah dengan jari lentiknya.

"Owh...saya kita kamu lupa." Emir langsung memakai baju yang sudah disiapkan oleh Jamilah.

Emir kembali mendekat pada Jamilah yang masih sibuk dengan buku dan pulpennya.

"Kalau sudah selesai dengan tugas mu untuk semua murid mu. Nanti kamu bisa enggak pakai baju yang terbuka aja, di lemari mu banyak baju yang biasa." Pinta Emir tanpa rasa canggung. Toh mereka sudah suami istri jadi tidak ada salah nya jika saling menikmati keindahan tubuh pasangannya.

"Kemarin kemana aja Pak Emir?." Gumam Jamilah lirih. Sehingga Emir tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Hanya terdengar bagaikan sebuah gerutu dari bibir manis Jamilah.

Dalam rangka untuk menyenangkan hati dan suaminya, Jamilah menuruti permintaan Emir guna memakai baju terbuka. Jamilah mengenakan baju daster yang lebih pendek dari waktu itu, kini hanya sepaha.

"Pak Emir..." Panggil Jamilah dengan suara merdunya. Emir menoleh pada asal sumber suara, seketika kerongkongannya terasa kering sehingga harus banyak menelan ludah. Namun itu pun sangat susah.

Kecantikan Jamilah semakin terpancar jelas justru saat memakan baju sederhana begini, Emir saja sampai takjub melihat pemandangan istrinya. Pemberontakan pun sudah dimulai. Menggedor dari segala arah, kanan, kiri, depan dan belakang. Kini sudah bersiap siaga dengan sempurna, guna merespon kecantikan ragawi yang dimiliki istrinya.

"Sini, kita tidur!. Besok kamu harus bangun pagi, mengajar." Emir membawa Jamilah naik ke atas tempat tidur. Mereka tidur berbagi ranjang layaknya suami istri yang sesungguhnya. Walau pun belum berbagi peluh.

Emir menutupi tubuh Jamilah yang sangat putih, bersih dan wangi dengan selimut. Pun dengan dirinya.

Karena memang perjalanan yang sangat melelahkan Jamilah sudah tidur terlebih dahulu. Dengan wajah lelah namun tetap bercahaya yang menghadap pada suaminya.

Emir kewalahan menidurkan jagoannya yang sejak tadi begitu gagah minta jatah. Namun sayang lagi-lagi Emir harus menahannya setengah mati. Memang sangat tidak mudah. Tapi dirinya harus bisa, sebagai pembuktian dirinya sanggup untuk menyelesaikan semua masalahnya. Bersabar adalah kunci menuju kebahagiannya.

Entah sudah berapa ribu kali Emir berdzikir, bermodalkan dzikir yang di hafal dan yang dikuasainya. Supaya bisa menenangkan nafsunya yang sudah berada di ubun-ubun. Alhamdulillah lambat laun, rasa kantung datang menyerang, hingga si jagoannya pun perlahan ikut tertidur.

.

.

.

Sebelum terdengar adzan subuh berkumandang, Emir dan Jamilah sudah bangun. Emir segera mandi untuk melaksanakan sholat subuh. Sedangkan Jamilah segera ke dapur, setelah mengenakan kembali baju kebangsaannya. Membuatkan kopi panas untuk Emir, dan sarapan untuk yang lainnya. Meski pun sudah ada Art yang mengerjakannya.

Jamilah kembali menaiki tangga dengan kopi panas di tangan kanannya. Berhenti di depan pintu kamar Alexander, Jamilah sedikit ragu membuka pintu kamar Alexander namun tetap dilakukannya. Sampailah terlihat pemandangan yang membuat hati damai dan bibir berucap syukur.

"Alhamdulilah, kamu sudah mau menjalankan kewajiban mu." Jamilah melihat Alexander sudah dalam keadaan rapi untuk melaksanakan sholat subuh.

"Ibu kenapa enggak masuk?." Alexander menyadari keberadaan Jamilah, sehingga langsung membuka pintu dengan lebar.

"Tidak, karena kamu mau sholat, lanjut aja sholat dulu. Nanti kalau sudah selesai boleh ke kamar ibu." Jamilah berjalan kembali menuju pintu.

"Iya nanti aku ke kamar ibu." Balas Alexander menutup rapat pintunya setelah kepergian Jamilah.

Jamilah berjalan menuju balkon, meletakkan kopi panas yang dibawanya. Hawa dinginnya selalu berhasil menusuk sampai ke tukang. Tapi bagi Emir itu sangat lah luar biasa.

Masih mengenakan sarung milik Jamilah, Emir menuju balkon dimana udah ada sang istri yang menunggunya.

"Terima kasih" Emir langsung duduk dan menyeruput kopi panas yang masih terlihat kepulan asap diatasnya.

"Iya sama-sama." Balas Jamilah. Lalu ia pun ikut duduk di sebelah Emir.

Tidak lama kemudian, Alexander datang di tengah-tengah mereka dengan membawa satu gelas susu rasa coklat dan satu piring berisi roti panggang buatannya sendiri.

"Kenapa tidak ketuk pintu dulu?." Protes Daddy Emir pada Alexander. Sehingga tidak memperbolehkannya untuk duduk.

"Kau tidak lihat Dad, kedua tangan ku penuh dengan bawaan sarapan ku. Lagian tadi Ibu sudah mengizinkan ku untuk masuk ke kamarnya. Jadi aku pikir kalian tidak sedang melakukan aktivitas apa pun pagi ini." Jawab Alexander, memberikan alasannya. Dan Jamilah mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan oleh Alexander.

"Duduklah!." Akhirnya Alexander bisa duduk ikut bergabung dengan kedua orang tua.

Alexander bisa tersenyum dengan lega saat duduk di sebelah Jamilah.

"Oh ya Dad, mungkin Minggu depan hidup mu akan di sibuk kan dengan siluman rebah dan Joy. Jadi nikmati waktu kebersamaan Daddy dengan ibu." Alexander memberitahu keduanya dengan tatapan tajam tertuju pada Emir.

"Tiffani akan kesini?." Ucap Emir dan Jamilah bersamaan.

1
Mega Haerunita
tadi ny masih rate 1 Karana cerita nya gantung. tpi kasian.
klo emng GK mau lanjut dri awal GK udh bikin versi 2 ny tor.
Hasrie Bakrie
Assalamualaikum mampir ya
Capricorn 🦄
ok
Nurul Syahriani
Kalau pun mereka pisah, belum tentu juga jamilah mau sama kamu akram
Nendah Nurjanah
saya banget di langkahi 3 adik perempuan sampe usia 39 pun sekarang saya blm di kasih jodoh sama Allah tp hidup harus tetap berjalanan tidak lagi memperdulikan gunjingan orang sekitar dan selalu berusaha berperasangka baik dengan takdir Allah😇
Desilastri Alfaris Alfaris
aku nangis
Anonymous
ok
Nurul Syahriani
Bibi isti ini pembantu apa siapa? Panggil emir kakak..
Bzaa
emir jdi ayah egois gak Mao ngurusin Alex
Bzaa
semakin dikasari akan semakin ikut kasar...
lili
makasih kak author sungguh ceritanya bgs bgt😍😍😍
lili
takutnya Joy bangun Gatot deh 🙈🙈🙈
lili
kok ada ya dokter mulutnya culamitan,harusnya jaga rahasia pasiennya kok ember bener mulutnya.....
lili
🤣🤣🤣🤣🤣
lili
aih lucu kalian berdua saling memperebutkan🤣🤣🤣
lili
girangkan Alexandre pulang dah ada yang menyambut ..
lili
sakit tapi tidak berdarah mungkin itu dirasakan Jamilah,penderitaan datang tanpa ada celah...😭😭😭
lili
kok aku mewek ya 😭😭😭,awal cerita rumah tangga Jamilah di mulai dari sini...
lili
mungkin itu petunjuk gambaran jodohnya Jamilah,lewat mimpinya ...
zian al abasy
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!