"Sebenarnya Aku hanya terpaksa menikahi mu demi memenuhi permintaan terakhir mendiang Papa, jadi kamu jangan pernah berharap lebih dalam pernikahan ini. Satu bulan lagi Kania kekasihku akan kembali dari luar Negeri, kami sudah berencana menikah setelah dia kembali dan pernikahan kita hanya sebatas itu saja" Farhan Adinata.
Mendengar pengakuan suaminya yang begitu menyesakkan dada, tak menyurutkan keteguhan Nada K.A mencintai suaminya. Ia meminta waktu satu bulan itu untuk menjalankan perannya sebagai istri yang berbakti kepada suaminya. Setelah satu bulan ia akan merelakan suaminya untuk wanita lain. Namun, setelah satu bulan Nada berubah pikiran, ia lebih rela di madu dan menyembunyikan statusnya sebagai istri Farhan demi cinta dan baktinya kepada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KCN~ BAB 26
Tubuh Farhan serasa tak bertulang ketika bertemu dengan para rombongan guru sukarelawan, dan ternyata benar guru sukarelawan yang hilang itu adalah Nada istrinya.
Bu Minah menatap dengan mata berkaca-kaca sosok laki-laki yang kini terduduk lemas di depan rumahnya. Ia turut merasa bersalah atas hilangnya Nada, jika saja ia tidak meninggalkan Nada sendirian diatas bukit mungkin wanita itu masih ada saat ini. Rasa takut pun menyergap bu Minah. Apalagi ini sudah malam dan Nada masih belum ditemukan keberadaannya
"Sabar, Mas Farhan. Sebaiknya sekarang kita berpencar mencari keberadaan Nada, dan kita berdoa semoga keadaannya baik-baik saja." Ucap salah satu guru laki-laki teman Nada sambil menepuk pundak Farhan.
Pencarian pun kembali dilanjutkan dengan mengandalkan pencahayaan dari senter. Mereka membagi rombongan dalam beberapa kelompok, ada yang mencari diatas dan ada juga yang akan turun menyusuri tebing.
Begitupun dengan Farhan, ia menyusuri tebing yang curam demi menemukan keberadaan istrinya. Tak perduli dengan gelap dan dinginnya malam yang menusuk tulang.
"Nada...!" Teriak Farhan untuk yang kesekian kalinya.
Farhan sudah hampir menangis mengingat semua apa yang sudah dilakukan kepada Nada. Jika saja ia tidak menyakiti istrinya itu mungkin Nada tidak akan pernah pergi ke desa ini dan kini menghilang entah dimana keberadaannya.
"Kamu dimana, Nada?" Lirih Farhan ditengah kegelapan malam. Ia tidak pernah merasakan ketakutan seperti ini, terlebih melihat kondisi tebing yang curam dan penuh bebatuan serta rerumputan tinggi yang menyulitkan pencariannya.
.
.
.
"Ibu guru Nada sudah ketemu!" Teriak salah seorang warga remaja laki-laki yang menggema dari arah sungai.
Membuat Farhan segera berlari kearah sumber suara. Ketakutan semakin menyergapnya ketika melihat dari kejauhan, beberapa gerombolan remaja laki-laki sudah nampak basah kuyup beserta sosok perempuan berhijab yang berbaring tak sadarkan diri di pinggir sungai.
Farhan berlari dengan kencang tanpa memperdulikan medan yang juga bisa membahayakan dirinya. Bahkan ia beberapa kali terjatuh saat kakinya tersandung batu dan dan tersangkut di ranting kayu.
"Bangun, Nada!" Farhan menepuk-nepuk pipi istrinya itu berulang kali kemudian memeluknya dengan erat.
"Mas, sebaiknya kita segera bawa Bu guru ke rumah Bu Minah untuk segera diberikan pertolongan."
Para remaja lelaki itupun membantu Farhan membawa Nada menuju rumah bu Minah.
Tak ada luka yang terlalu serius ditubuh Nada. Hanya terdapat lebam di kedua tangan dan juga bagian kening yang mungkin saja akibat tergesek dengan bebatuan.
.
.
.
Farhan membaringkan Nada didalam kamar dengan beralaskan kasur lipat seadanya yang ukurannya tidak begitu besar. Kini ia memiliki tugas penting, yaitu mengganti pakaian Istrinya. Baru memikirkannya saja sudah membuat udara didalam kamar itu terasa panas.
Mengganti pakaian Nada itu artinya ia akan melihat seluruh tubuh Nada, sementara selama ini ia belum pernah melihatnya. Dan juga apakah Nada tidak akan marah bila ia mengganti pakaiannya. Namun, demi keselamatan Nada ia harus melakukannya.
Farhan menarik napas dalam-dalam sambil menggeser posisi duduknya ke samping Nada sedikit demi sedikit. Kedua tangannya terulur membuka pakaian Istrinya.
Sejenak Farhan tertegun melihat tubuh istrinya tanpa balutan busana. Namun sebisanya ia mewaraskan pikirannya. Sejak awal ia sendiri yang sudah menolak Nada, bahkan melihat tubuh istrinya pun ia merasa tidak pantas.
"Maafkan aku, Nada. Aku tahu aku tidak pantas bahkan hanya melihat rambutmu saja, tapi ini aku lakukan demi keselamatan kamu." Gumam Farhan, hingga pada akhirnya iapun telah selesai mengganti pakaian Istrinya.
Farhan memandangi wajah pucat Nada, istrinya itu tampak menggigil akibat hawa dingin yang menyergap.
"Bagaimana ini?" Lirih Farhan, ia mengulurkan tangannya menyentuh pipi Nada yang memang masih terasa sangat dingin.
Tanpa berpikir panjang iapun menyusup dirinya masuk kedalam selimut yang sama dengan Nada. Lengannya ia jadikan bantal untuk Nada lalu mendekap istrinya itu dengan erat.
Beberapa saat tubuh Nada masih saja terasa dingin, hingga akhirnya tiba-tiba saja Farhan teringat dengan metode skin to skin yang mungkin saja bisa membantu menghangat tubuh Nada.
"Maaf, Nada, lagi-lagi aku melewati batas. Tapi sebenarnya yang ku lakukan ini tidak masalah karena aku masih suamimu."