Di Tikung Sahabat Sendiri

"Kasihanilah dia, berhenti berbuat seperti ini pada dia. Kumohon" Ucap Bastian yang sudah ada berada tepat di hadapanku. Dia memegang lengan orang yang akan melemparkan aku telur busuk. Sehingga telur itu tidak jadi pecah di tubuhku.

Ya aku mendengar suara Bastian

POV BASTIAN

Kupapah Maira untuk masuk ke dalam ruangan khusus setelah dia habis dilempari oleh para wanita yang ada di sana dengan menyebut dirinya pelakor. Aku tahu karena dialah wanita simpanan sahabatku, Dimas Anggara.

Aku, Maira dan Dimas bersahabat sejak kecil. Kami adalah teman sepermainan sejak kami duduk di sekolah dasar. Kami selalu bermain bertiga, kemana-mana Kami selalu bertiga.

Aku dan Maira adalah anak yatim lalu kami bertemu dengan Dimas di tempat sekolah dasar dan kami selalu bersama. Aku tahu Maira menyukai Dimas saat itu.

Sampai suatu hari Maira diangkat oleh keluarga kaya. Mereka menginginkan seorang anak tapi kabarnya setelah mereka memiliki seorang anak, mereka membuang Maira dan tidak menganggap Maira anak lagi. Aku sungguh kasihan padanya.

Semenjak Maira diangkat oleh keluarga angkatnya dulu. Aku dan Dimas tidak pernah bertemu dengannya dan mendengar kabar tentangnya. Lalu di masa SMA kami bertemu kembali, Aku melihat Maira semakin cantik, kulit nya putih bersih terawat dan dia semakin bersinar. Banyak laki-laki yang tergila-gila padanya termasuk aku dan Dimas.

Aku berniat menyatakan perasaanku pada Maira. Aku mengejarnya ke kelas dan ingin mengantar nya pulang, saat sudah mendekati kelas nya. Aku di kejutkan dengan Dimas dan Maira yang saling merangkul mesra. Mereka melihatku dan menyapa, aku hanya tersenyum kecut.

Di tengah-tengah obrolan mereka, aku sempat curiga seperti ada yang beda. Mereka saling melontarkan kata-kata mesra, tak ayal Maira juga mengecup lembut pipi Dimas dan kecurigaanku ternyata benar ternyata Dimas dan Maira sudah berpacaran.

Saat itu aku langsung patah hati, aku menyembunyikan kesedihanku dari mereka berdua. Aku menerima pilihan nya dan pilihannya adalah kebahagianku karena aku mengenal Dimas dengan baik, aku yakin Dimas bisa membahagiakan Maira. Aku pernah mendengar seseorang bahwa mencintai itu tidak harus memiliki.

Aku menjalankan keseharianku tanpa Maira dan Dimas. Aku tidak mau bertemu dan mengganggu mereka. Perasaan cintaku pada Maira masih ada dan tidak pernah hilang.

Sampai suatu hari, Maira datang ke rumahku dengan berlinang air mata, dia menangis tersedu-sedu. Aku tidak tahu apa masalah nya karena dia datang dengan tiba-tiba. Selama ini dia tidak pernah mau menemuiku karena dia menyadari tentang perasaanku dan tidak mau menyakiti pacarnya.

Lalu Maira menceritakan masalah nya padaku, dan ternyata Dimas akan menikah dengan sahabat Maira sendiri yang bernama Aisyah. Mereka menikah karena perjodohan. Walaupun sebetulnya Dimas sangat mencintai Maira tapi Dimas tidak bisa menentang kehendak keluarganya sendiri.

Seharusnya aku tidak tersenyum dengan keadaan Maira saat itu, tapi aku masih berharap dia bisa melihat rasa cintaku yang tulus padanya dengan aku yang selalu peduli padanya.

Namun senyumku tiba-tiba sirna tatkala dia mengatakan bahwa dia masih berpacaran dengan Dimas walaupun status Dimas adalah suami orang.

Aku menentang keras apa yang di lakukan Maira, kenapa dia tidak melihat ketulusan cintaku padanya, kenapa dia masih terus mencintai Dimas walau Dimas sudah bukan milik nya lagi. Aku tahu, predikat pelakor itu jelek di mata orang. Kenapa dia harus menghancurkan dirinya sendiri.

Tapi dia tidak mau menerima nasihat dariku, dia tetap berpacaran dengan Dimas yang status nya ia sebagai seorang suami. Dan aku pun tidak bisa berkata apa-apa lagi padanya.

Lalu aku memutuskan untuk keluar dari kantor dan menjadi manajer Maira yang seorang artist. Aku ingin selalu dekat dengan wanita itu walaupun aku tahu dia masih saja menjalin hubungan dengan Dimas. Sebutlah kalau aku sudah di butakan oleh cinta, tapi mau bagaimana lagi aku sangat mencintai wanita itu.

Aku selalu memberikan nasihat pada Maira supaya karirnya tidak akan hancur karena memiliki skandal sebagai pelakor. Bahkan aku juga memberikan peringatan pada Dimas tapi dia mengabaikan peringatan dariku, apalah aku hanya seorang manajer dan Dimas seorang Ceo.

Hingga skandal antara mereka tercium oleh publik, Aisyah menjebloskan suaminya Dimas dan Maira ke penjara. Perasaan Bastian tidak karuan, dia mencemaskan Maira. Ya mungkin dia emang bodoh. Meski sudah jelas Maira tidak menaruh perasaan apapun padanya. Dia masih saja mengkhawatirkannya.

Aku tidak tega melihat Maira di penjara dan aku menjaminkannya supaya Maira bebas dari penjara. Tapi setelah aku pikir, lebih baik Maira di penjara daripada sekarang sudah bebas dari penjara Mairaku justru di hina, dan di caci bahkan mereka melempar Maira dengan sesuatu yang sangat bau sekali.

"Bersihkan dirimu aku akan menunggumu di sini!"

Dia masuk ke dalam kamar mandi yang sudah tersedia di ruangan itu. Lama sekali dia berendam, mungkin karena kotoran yang menempel bahkan bercampur telur busuk di tubuhnya. Aku tahu Maira orang nya higienis, pasti kejadian ini membuat dirinya trauma.

Satu jam berlalu, Maira keluar dari kamar mandi. Dia sudah nampak segar dan masih terlihat cantik walau tidak menggunakan make up.

"Kemana saja, kamu?" tanya Maira dengan mode angkuhnya. Tadi saja dia menangis tak berdaya. Sudah di tolong masih saja bersikap angkuh seperti ini.

Aku terdiam sesaat,

"Maaf aku tadi..."

"Sudahlah kamu memang tidak bisa di andalkan!" ucap Maira marah.

"Maaf Ira, tadi aku benar-benar..."

"Aku tidak butuh alasan, Tian" pekik Maira.

Kami memang memiliki nama panggilan khusus untuk kami berdua. Dia akan menyebutku Tian dan aku akan menyebutnya Ira.

Aku menatap wanita yang begitu aku cintai itu dengan lekat. Aku benar-benar tidak menyangka, bahkan di saat keadaannya yang seperti ini. Sikap Maira masih tetap sama saja. Angkuh!. Di sama sekali tidak memperlihatkan butuh pertolongannya. Perkataan Maira itu begitu menyeratkan kesombongan, bahkan dia sama sekali tidak mendengarkan penjelasannya.

"Kenapa kamu masih bersikap begitu Ira?, siapa yang mau beralasan? aku mau memberikan penjelasan Ira, bukan alasan. Harusnya kamu bisa sedikit menghargai aku. Jika bukan sebagai orang yang kamu cintai, setidaknya sebagai seorang teman.

Kenapa kamu begitu marah? aku tahu kamu pasti saat ini panik dan juga takut, tapi apa perlu kamu marah-marah seperti begini? aku juga punya penjelasan kenapa aku terlambat datang kemari, apa kamu pikir aku sengaja ?." tanyaku penuh dengan emosi.

Sayang sekali Maira hanya diam, sepertinya dia tidak mengerti kalau saat ini aku sedang marah.

"Apapun itu aku membutuhkanmu sejak tadi, apa kamu tidak lihat bagaimana mereka menyiramku dengan cairan yang bau busuk. Tapi kamu baru datang sekarang. Dasar tidak berguna! sudah benar aku tidak mendengar perkataan untuk menjadi kekasihmu, karena ucapanmu hanya omong kosong! Sudah benar aku hanya bermain-main denganmu tapi tidak serius.

Kamu itu pembohong, dulu saat kita bersama, bahkan setelah kita selesai bercinta, kamu selalu menyakinkan ku, kalau kamu akan selalu ada untukku, kapanpun, di saat aku membutuhkan kamu, kamu pasti akan datang. Tapi nyatanya apa?"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...