Setelah menikah kebahagiaan Alina hanya berlangsung sebentar, ia mendapati grup chat rahasia keluarga suaminya di ponsel Danu yang isi chat nya itu sangat menyakiti hati Alina. Di grup chat yang terdiri dari suami, kakak ipar, bude dan mertuanya itu. Alina dihina fisiknya dan lebih sadisnya ternyata selama ini Danu tidak benar-benar mencintai Alina ia hanya ingin harta Alina. Terlebih lagi ternyata Danu juga miliki wanita simpanan yang merupakan cinta pertamanya. Segala Kebusukan suami dan keluarganya itu akhirnya terbongkar.
Di dalam masa keterpurukannya itu Alina bertemu dengan sosok Raffa yang merupakan teman SMA Alina. Raffa tanpa sengaja mengetahui masalah yang sedang dialami Alina, ia bertekad untuk membantu Alina, dengan terlebih dahulu mengubah Alina menjadi angsa cantik seperti dulu. Agar membuat suami dan keluarga berhenti menghina fisik Alina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon niya_23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
“Alina!” teriak seseorang memanggilnya. Ia tersentak lalu berbalik badan untuk melihat orang yang memanggilnya tadi.
“Adam? Sedang apa kamu di sini?” Tanya Alina heran.
“Aku diundang ke sini Alina, kebetulan yang punya acara temanku, Rania juga hadir kan? Kamu lihat dia tadi?”
“I..iya aku sempat lihat tadi?” jawab Alina gugup. “Calon tunangannya Raffa kan?” sambung Alina.
“Iyap, kamu betul sekali.”
“Btw, Dam, boleh aku tanya sesuatu?”
“Tanya, saja.”
“Kapan Raffa dan Rania akan menikah apa kamu tahu?”
“Hm, aku tidak tahu jelas setahuku sih kemungkinan tahun ini katanya bertepatan dengan ulang tahun PT Sentosa yang ke 25 tahun,” jawab Adam agak ragu.
“Oh gitu,” Alina menganggukkan kepalanya.
“Kenapa tanya soal itu?”
“Tidak, apa-apa aku hanya penasaran mereka berdua cocok,” Jawab Alina.
“Iya kamu, betul mereka sama-sama pewaris,” jawab Adam.
“Dam, sorry kalo gitu aku duluan yah gak enak lama-lama ngilang tim ku sedang menunggu,”
“Oke Alina.”
Alina kembali ke tempat acara dengan perasaan tak tenang. Matanya terus tertuju kepada gerak gerik Rania. Hatinya berkecamuk. “Sudah Alina hentikan jangan terus melihat ke arah dia alihkan pandanganmu ke tempat lain cepat,” gerutu batinnya.
Alina lalu menuruti kata hatinya untuk melihat ka arah lain. Dan di sudut lain ia melihat Adam yang tampak asik menikmati pesta dengan segala kelakuan randomnya ia mendatang setiap meja untuk menyapa setiap orang. adam memang dikenal sebagai sosial butterfly.
Alina tersenyum tipis ketika melihat kelakuan Adam. Laki-laki itu tidak pernah kehabisan energi. Dengan rasa percaya diri yang tinggi ia datang ke setiap meja, menyapa tamu, dengan candaan khasnya, seolah tak ada beban di dunia ini.
Namun, senyum di wajah Alina tak bertahan lama. Saat ia kembali mengalihkan pandangan matanya tanpa sengaja bertemu dengan tatapan Rania. Mata tajam rania membuat Alina merasakan bulu kuduknya merinding, Ada sesuatu dalam sorot mata Rania yang membuatnya tak nyaman seolah Rania tahu bahwa Alina telah mengetahui rahasianya.
Jantung Alina berdegup lebih cepat. Ia buru-buru mengalihkan pandangan, berharap bisa mengabaikan perasaan tak enak yang tiba-tiba menyerangnya. Namun, semakin ia mencoba, semakin ia merasakan ada sesuatu yang janggal.
Tiba-tiba, Adam muncul di sampingnya dengan gaya santainya.
"Kenapa wajahmu tegang begitu? Kamu seperti diteror seseorang," goda Adam sambil menyeruput minumannya.
Alina tersentak, lalu menghela napas panjang. "Aku hanya… ada sesuatu yang mengganggu pikiranku."
Adam mengernyit. "Jangan bilang kamu memikirkan aku ."
Alina menoleh cepat. "Tentu saja tidak untuk apa aku memikirkan kamu pede banget?" keluh Alina.
Adam menaruh gelasnya di meja terdekat, lalu melipat tangan di dada. "intuisi aku nggak pernah salah. Dan jujur aja, sejak awal aku selalu merasa kamu sedang memperhatikan aku Alina ."
Alina menatap Adam dalam. Ada sesuatu yang salah di pikirannya apa dia terkena penyakit over percaya diri?
"Adam, tidak semuanya wanita menggilai kamu. Kamu jangan terlalu percaya diri oke.”
Adam terdiam sesaat, lalu ia menatap dalam Alina Wajahnya tampak serius, seolah sedang menganalisa sesuatu di wajah Alina yang cantik.
Akhirnya, ia menghela napas. "Baiklah. Aku mengerti sekarang jika kamu sama sekali tidak tertarik kepada ku.”
Alina terkekeh “Tentu saja tidak,” ucapnya.
Dari jauh Rania menyipitkan mata. Bibirnya melengkung membentuk senyum kecil yang dingin. Lalu ia perlahan menghampiri Adam dan Alina yang sedang asik bercanda.
“Hei, Dam,” sapa Rania sambil menepuk bahu Adam.
“Hei, kita ketemu lagi,” ucap Rania melihat ke arah Alina.
“Oh iya,” jawab Alina canggung.
“Apa kalian sedang pacaran?” Tanya Rania to the point. “Aku lihat dari jauh kalian sangat akrab,” Sambungnya.
Adam tersenyum tipis, “Kamu tahu Rania aku baru saja di tolak olehnya, aku ini sedang patah hati,” jawab Adam. Alina terkejut dengan jawaban Adam.
“Adam diem tidak semua hal bisa di buat bercanda,” protes Alina.
“Btw, Raffa gak ikut Ran,” tanya Adam.
“Dia? Ikut keacara kaya gini? Malahan aneh gak sih kalau dia ada di sini lo tau kan dia gimna mr. Introvert,” jawab Rania.
“Ya gue tau dia kaya gitu gue pikir kalau sama calon tunangannya gak gitu?”
“Ngimpi kali,” jawab Rania.
“Well, gue kesana dulu yah,” pamit Rania.
Alina duduk di salah satu meja, mencoba menikmati suasana pesta yang megah. Namun, pikirannya masih dipenuhi kebingungan antara harus mengatakan atau tidaknya perihal apa yang ia dengar tadi di toilet.
Di tengah riuhnya pesta, matanya tanpa sengaja menangkap sosok Rania yang melangkah cepat ke arah pintu keluar. Alina menyipitkan matanya. Rania terlihat terlalu gelisah, seolah sedang menghindari sesuatu.
Adam, yang duduk di sebelahnya, menangkap rasa penasaran Alina. “Lagi liatin apa sih Al kok, serius banget?” Tanya adam penasaran.
Alina menggeleng. “Tidak aku hanya terkesan dengan pesta ini,” Sahutnya. “Dam, gue kesana dulu bentar yah mau cari angin,” pamit Alina.
Alina lalu bangkit dan berjalan mengikuti Rania.Di luar venue pesta, Rania tampak berdiri di dekat taman, berbicara dengan seorang pria yang asing. Ia melihat cara mereka berinteraksi, jelas ada sesuatu yang lebih dari sekedar teman biasa.
Kemudian ia melihat Rania mencium lembut bibir pria itu sambil melingkarkan tangannya di leher pria dengan tubuh jangkung itu. Mereka lalu tertawa kecil. “Sayang kamu benar-benar ingin menikahi pria itu?” suara pria itu terdengar jelas di malam yang sunyi.
Rania menarik napas panjang. “Aku tidak punya pilihan. Ini bukan hanya sekedar pernikahan biasa tapi kesepakatan bisnis, Setelah menikah, aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan.”
"Lalu aku bagaimana apa kita akan berpisah ?" Tanya pria itu terdengar kecewa.
Rania tersenyum licik. "Tentu saja tidak, aku hanya mencintai kamu tunggu aku sampai mendapatkan apa yang ingin keluarga ku raih Setelah itu, aku bisa memainkan segalanya sesuai keinginanku."
Jantung Alina berdegup kencang. Hal ini ternyata lebih buruk dari yang ia kira. Rania bukan hanya mempermainkan Raffa, tapi juga ia memiliki pria lain.
Alina buru-buru meninggalkan tempat itu sebelum aksinya ketahuan Saat Alina berbalik badan dan menoleh, napasnya tertahan dan matanya terbelalak
“Raffa!” ucap Alina terkejut
Matanya menatap lurus ke arah Rania dan pria itu, ekspresinya begitu dingin hingga membuat Alina merinding. “Sedang apa kamu disini Raffa?” tanya Alina.
Namun, Raffa bergeming langkahnya fokus menuju pasangan yang sedang asik bercumbu sampai mereka tak menyadari kehadirannya.
"Jadi, begini kelakuan mu?"
Rania tersentak, wajahnya seketika pucat saat melihat sosok Raffa berdiri hanya beberapa langkah darinya. Pria di sampingnya langsung melepaskan tangan Rania seolah sadar mereka tertangkap basah.
"R..Raffa ini gak seperti yang kamu pikirkan "sahut rania gugup.
"Kamu gak usah gugup begitu Rania aku sudah menduga semuanya,” jawab Raffa. “Hal ini bisa aku jadikan alasan untuk membatalkan pernikahan kita aku senang.”
Rania panik. "Aku mohon jangan seperti itu Raffa Aku hanya sedang berbicara dengan teman lama!"
Raffa terkekeh pelan. "Oh? Teman lama? Teman yang kau rencanakan untuk tetap bersama setelah kau menikah denganku begitu maksudmu?"
Rania terdiam. Ia mencoba mencari alasan lain, tapi Raffa sudah melangkah mundur..
"Aku bodoh karena mau jadi tumbal keserakahan keluarga mu.
Mata Rania membelalak. “Kita tidak bisa membatalkan pernikahan kita begitu saja! Keluarga kita sudah sepakat Raffa.”
"Aku tidak peduli," Raffa menyela, lalu berbalik dan pergi meninggalkan Rania.
Rania melangkah maju, berusaha meraih tangannya, tapi Raffa menghindar. Matanya menatap Rania untuk terakhir kalinya. "Kau boleh mencari orang lain untuk dipermainkan. Tapi aku bukan salah satunya."
Tanpa menoleh lagi, Raffa berjalan pergi
Sementara itu dari kejauhan, Alina dan Adam saling bertukar pandang.
Adam berkata pelan. "Wow, Aku hampir merasa kasihan padanya."
Alina tidak bisa berkata-kata ia hanya bergeming menyaksikan kejadian tadi. Malam itu, untuk pertama kalinya, Alina merasa lega.
Karena niat busuk Rania akhirnya terbongkar. Dan Raffa akhirnya bebas.
Guys bantu author ramaikan cerita itu yuk biar author bisa gajian.. jangan kupa di like, subs dan komen Terima kasih💕
atau ajak raffa seklian
tp aku beda sih dah bilang terakhir yo wes mau SMS mau tlp gk ku anggap kl perlu ganti nmer 😅