"Setelah bertahun-tahun diabaikan dan diperlakukan tidak adil oleh keluarganya sendiri, senja Aurelie Wijaya anak kandung yang terlupakan memutuskan untuk bangkit dan mengambil alih kendali atas hidupnya. Dengan tekad dan semangat yang membara, dia mulai membangun dirinya sendiri dan membuktikan nilai dirinya.
Namun, perjalanan menuju kebangkitan tidaklah mudah. Dia harus menghadapi tantangan dan rintangan yang berat, termasuk perlawanan dari keluarganya sendiri. Apakah dia mampu mengatasi semua itu dan mencapai tujuannya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ariyanteekk09, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 27
Raka, kakak sulung Senja, tiba di rumah dengan langkah cepat. Wajahnya sedikit lelah, namun sorot matanya berbinar-binar. Ia langsung mencari Senja. Melihat Senja sedang asyik membaca buku di ruang tamu, Raka menghampiri dan duduk di sampingnya.
"Senja, ada kabar baik nih," ucap Raka, suaranya penuh semangat.
Senja mengangkat wajahnya, "Kabar apa, Kak?"
"Ada balapan resmi di alamat mm, kali ini kelasnya lebih tinggi, hadiahnya juga lebih besar!" jelas Raka. Ia tahu Senja adalah pembalap handal, sering mengikuti balapan resmi, dan selalu meraih prestasi.
Senja tersenyum, "Balapan resmi? Aku sudah tahu, Kak. Aku sudah daftar kok."
Raka terkejut, "Oh? Kok nggak bilang? Aku kira kamu belum tahu."
Senja tertawa kecil, "Rahasia dong, Kak. Biar jadi kejutan."
Raka mengangguk, "Baguslah kalau begitu. Kamu sudah siap?"
Senja mengangguk mantap, "Siap banget, Kak! Motor sudah di-tune up, kondisi tubuh juga prima. Aku yakin bisa menang kali ini." Kepercayaan dirinya tinggi, berdasarkan pengalamannya di berbagai balapan sebelumnya.
Raka tersenyum bangga, "Aku tahu kamu bisa, Dek. Kamu selalu membuatku bangga. Jangan lupa berdoa dan tetap fokus ya. Aku akan selalu mendukungmu."
Senja mengangguk, "Terima kasih, Kak. Aku akan berusaha semaksimal mungkin." Ia siap menghadapi tantangan di lintasan balap, dengan tekad untuk meraih kemenangan. Dukungan kakaknya menjadi penyemangat baginya. Kali ini, bukan hanya soal kemenangan, tetapi juga tentang membuktikan kemampuannya di kancah balap yang lebih tinggi.
"...tapi kamu harus minta izin sama orang rumah, termasuk sama Papi. Semoga kamu diizinkan, Dek," harap Raka, suaranya lembut namun tegas. Ia tahu betapa pentingnya restu orang tua bagi Senja.
Rudy dan Sekar, yang baru saja pulang dari sebuah acara, mendengar percakapan Raka dan Senja. Mereka saling berpandangan, sebelum Rudy angkat bicara.
"Ada apa ini? Balapan lagi?" tanya Rudy, suaranya terdengar sedikit khawatir, namun tersirat rasa bangga pada kemampuan Senja.
Senja mendekat, "Pa, ada balapan resmi di alamat MM, kelasnya lebih tinggi dari biasanya. Aku sudah daftar, Kak Raka juga sudah tahu."
Sekar , ibu Senja, menambahkan, "Balapan resmi, ya? papi dan mami akan selalu mendukung minat dan bakatmu, asal kamu tetap berhati-hati dan memprioritaskan keselamatan."
Rudy menatap Senja dengan penuh perhatian, "Kamu sudah sering ikut balapan resmi, kan? Kamu sudah berpengalaman."
Senja mengangguk mantap, "Iya, Pi. Aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Aku juga akan selalu berhati-hati di lintasan."
Rudy menghela napas, "Baiklah, papi mengizinkan kamu ikut balapan. Tapi, kamu harus janji pada papi, utamakan keselamatanmu. Jangan sampai terjadi apa-apa."
Senja langsung memeluk Rudy, "Terima kasih, Pi ! Aku janji akan selalu berhati-hati. Aku tidak akan mengecewakan papi dan mami " Senyumnya merekah, menunjukkan kebahagiaan dan rasa syukur yang mendalam. Ia merasa sangat didukung oleh keluarganya. Dengan restu orang tua, ia siap menghadapi tantangan di lintasan balap, dengan tekad yang lebih kuat dan semangat yang membara. Dukungan keluarga adalah segalanya baginya.
Rudy pun memeluk putri nya itu dengan tulus, dia akan selalu mendukung apapun hobby senja kalau itu tidak menjerumuskan senja ke tempat yang tidak baik..
"Apa perlu Papi belikan kamu motor baru, sayang? Untuk dipakai balapan," tanya Rudy, suaranya masih dipenuhi kekhawatiran, namun juga tersirat keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi Senja.
Senja tersenyum, "Tidak perlu, Pi. Aku punya motor khusus untuk balapan kok. Dulu, Papi Raihan yang membelikannya." Senja mengingat kebaikan sahabat ayahnya itu.
Mendengar nama Raihan, sebuah gelombang cemburu kembali menerjang Rudy. Ia merasa sedikit terabaikan, sementara sahabatnya, Raihan, tampak selalu ada di samping Senja, memberikan dukungan dan bantuan yang tak pernah ia berikan. Ia merasa dirinya kurang berperan dalam kehidupan putrinya sendiri. Pikirannya melayang pada berbagai momen di mana Raihan selalu hadir untuk Senja, membantu Senja dalam hal balap motor, dan bahkan memberikan hadiah yang berharga. Rasa iri dan sedikit menyesal mulai menguasai hatinya.
Sekar menyadari perubahan raut wajah Rudy. Ia menaruh tangannya di lengan Rudy, "Sayang, jangan cemburu. Raihan hanya teman baik, dan dia sudah lama mengenal Senja. Kita juga harus mendukung Senja, seperti yang selalu kita lakukan."
Rudy menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Sekar benar, ia tidak boleh membiarkan rasa cemburu menguasai dirinya. Ia harus fokus pada dukungan untuk Senja. "Kamu benar, Sayang. Aku hanya… sedikit iri saja." Ia mengakui perasaannya dengan jujur.
"Kita harus lebih perhatian lagi pada Senja. Kita harus lebih terlibat dalam hobinya," kata Rudy, suaranya lebih tenang. Ia menyadari bahwa ia perlu memperbaiki hubungannya dengan Senja, dan menjadi ayah yang lebih hadir dalam kehidupan putrinya. Ia harus menunjukkan dukungannya, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan nyata. Malam itu, Rudy berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi ayah yang lebih baik bagi Senja.
______
Hujan deras mengguyur bumi. Gemuruh petir dan dentuman guntur menggema, menciptakan simfoni alam yang dramatis. Angin bertiup kencang, mengoyak-oyak dedaunan. Di dalam rumah, semua penghuni telah masuk ke kamar masing-masing, mencari perlindungan dari badai.
Namun, di salah satu sudut rumah, Senja masih duduk tenang di meja belajarnya. Ia tekun mengerjakan PR, fokus pada buku dan pulpen di hadapannya. Suara petir dan guntur yang menggelegar di luar seakan tak mampu mengusik konsentrasinya. Senja memang begitu, jika sudah belajar, ia akan khusuk dan tak terganggu oleh keributan di sekitarnya. Ia mampu menciptakan kedamaian di tengah badai.
Tetesan air hujan membasahi kaca jendela, menciptakan pola-pola yang unik. Sesekali, kilatan cahaya petir menerangi ruangan, menunjukkan bayangan Senja yang tekun belajar. Ia seperti berada di dunia sendiri, dunia yang tenang dan damai, jauh dari hiruk-pikuk badai di luar. Kemampuannya untuk fokus dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar menunjukkan kedisiplinan dan kedewasaannya. Di tengah badai, Senja menemukan kedamaiannya sendiri, dalam kesunyian dan kesibukannya mengerjakan tugas sekolah. Ia menyelesaikan PR-nya dengan tenang, tanpa terganggu oleh suara-suara alam yang menggelegar.
"Coba hujan turun pagi atau sore, gue pasti mandi hujan. Gue gak perduli dengan petir dan guntur, yang penting bisa mandi hujan," batin Senja, senyum tipis mengembang di bibirnya. Ia membayangkan dirinya berlarian di bawah guyuran hujan, merasakan kesegaran air yang membasahi kulitnya. Kenangan masa kecilnya kembali bermunculan; kenangan tentang bermain hujan bersama teman-temannya, merasakan kegembiraan yang tak terkira.
Senja memang sangat menyukai hujan sejak kecil. Baginya, hujan bukan sekadar fenomena alam, tetapi juga sebuah sumber inspirasi dan ketenangan. Suara hujan yang menenangkan, aroma tanah yang basah, dan pemandangan alam yang dramatis selalu mampu membangkitkan perasaannya. Hujan baginya adalah sebuah keajaiban alam yang mampu menghapus segala kepenatan dan memberikan kedamaian.
Setelah menyelesaikan PR-nya, Senja mendekati jendela. Ia menatap hujan deras yang masih mengguyur bumi. Meskipun tidak bisa mandi hujan saat ini, ia tetap menikmati pemandangan alam yang indah. Hujan bagi Senja adalah sebuah misteri yang selalu menarik untuk diungkap, sebuah keindahan yang selalu mampu memikat hatinya. Ia menyadari bahwa kecintaannya pada hujan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya. Dan, di tengah badai yang menggelegar, Senja menemukan kedamaian dan kebahagiaan dalam hatinya. Ia merenungkan betapa beruntungnya ia dapat merasakan keindahan alam yang begitu luar biasa.
!!!!
gak tau diri bgt sihhh loe cha