Oh My Jasson

Jasson melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tidak ada obrolan di antara mereka berdua, kedua mata Kimmy hanya menatap luar jendela dan jalanan yang dilintasinya untuk mengurangi rasa gugupnya  karna harus berada di satu ruang yang sama bersama Jasson. Tidak ada yang tau bagaimana kacaunya perasaan wanita itu saat ini.

Bukankah selama tiga tahun ini Kimmy sudah benar-benar melupakan perasaannya terhadap laki-laki yang ada di sampingnya itu? dia menikmati hidupnya saat melupakan Jasson, namun kenapa perasaan itu menggetarkan hatinya kembali? pikirnya.

Kimmy sejak daritadi meremmas kedua tangannya yang basah dan itu membuat perhatian Jasson teralihkan untuk  melirik ke arahnya. Untuk mengusir suasana yang  mencekam di antara mereka berdua, tangan Jasson menjulur ke arah knop audio mobil dan menyalakannya, hingga kini terdengar sebuah lagu mengiringi perjalanan mereka yang cukup panjang.

Satu hingga dua lagu masih terasa biasa untuk Kimmy dengarkan, namun ketika lagu Nothing's gonna change my love for you yang biasa didengar oleh Kimmy terputar dengan sendirinya di sana, membuat perasaan wanita itu berubah menjadi kacau.

"Kenapa harus lagu ini?" Kimmy meremmas ujung baju yang ia kenakan seraya memejamkan kedua matanya saat bagian dari lagu itu benar-benar menyayat hatinya, ini sangat mewakili perasaannya. Bukankah ini hanya sebuah lagu? lantas kenapa hati Kimmy terasa begitu sesak seperti orang yang hampir kehilangan napas?

"Bisakah kau mengganti lagunya?" permintaan Kimmy membuat Jasson tak menoleh ke arahnya. Laki-laki itu masih saja memandang lurus ke depan akan kemudinya.

"Ini lagu kesukaanku! Di tempatku tidak ada yang boleh memerintahku!" ucap Jasson dengan suara dan raut wajah yang datar. Kimmy tak menyautinya, ia mengalihkan pandangannya kembali menatap luar  jendela mobil.

Ekor mata Jasson melirik ke arah Kimmy dengan penuh tanda  tanya, karna Jasson merasa Kimmy tak menyukai lagu tersebut, dirinya justru malah sengaja memutar lagu itu berulang-kali hingga membuat hati Kimmy semakin kacau dan terbawa akan perasaannya sendiri.

***

Jasson mengemudikan mobilnya melalui jalan tol.

Laki-laki itu tiba-tiba batuk dan berdehem berulang-kali akan rasa gatal yang tercekat di tenggorokannya, begitu juga rasa haus yang membuat tenggorokan laki-laki itu mengering. Ingin sekali berhenti sejenak untuk mencari minum, namun rasanya itu tidaklah mungkin, Memangnya siapa yang boleh berjualan di atas jalan tol seperti ini?

Telinga Kimmy merasa tersiksa saat mendengar Jasson yang berulangkali batuk. "Apa kau sakit?" pertanyaan Kimmy tak membuat Jasson menggubrisnya. Kimmy mencebikan bibirnya karna Jasson hanya diam dan tak menjawabnya.

"Lebih baik aku mengunyah sepuluh sendok garam daripada harus bertanya kepadanya." Mulut Kimmy sungguh merasa menyesal telah bertanya kepada laki-laki itu.

"Tidak!" Jasson menyautinya setelah beberapa menit kemudian.

"Kenapa tidak menjawab minggu depan saja?" umpat Kimmy dalam hati.

Tak lama kemudian, mobil Jasson berhenti saat sudah tiba di tempat tujuan. Ia menghentikan mobilnya tepat d halaman rumah Kimmy.

"Sudah sampai, kau boleh turun!" Suara Jasson diringi dengan deheman untuk menghilangkan rasa gatal dan haus akan tenggorokannya. Ia akan mencari toko untuk membeli air minum  setelah pulang dari sini.

"Turun dan masuklah ke rumahku sebentar, aku akan mengambilkan minum untukmu," ajak Kimmy tanpa melihat ke arah Jasson sedikitpun. Pintu mobil pun berhasil Kimmy buka, namun tak membuat posisinya berpindah.

"Tidak perlu terimakasih."

"Aku tau kau haus. Tenggorokanmu sedang tidak baik, jika kau membiarkannya nanti tenggorokanmu akan terluka," penuturan Kimmy membuat Jasson melirik ke arahnya.

"Jika kau tidak mau masuk, setidaknya tunggulah di sini sebentar, aku akan mengambilkan minum untukmu." Kimmy turun dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah yang pintunya baru saja ia buka. Jasson tak punya pilihan lain, laki-laki itu merasa haus dan tenggorokannya semakin lama semakin sakit saat batuk semakin meradangnya, belum tentu dirinya mendapati toko untuk membeli air minum nanti. Jasson pun terpaksa turun dari mobil dan segera mengikuti Kimmy untuk masuk ke dalam rumah.

Jasson mendudukan tubuhnya di atas sofa, meskipun tidak ada yang mempersilahkannya. Menatap sekitar ruang tamu yang cukup luas itu dan memperhatikan rumah yang pernah ia kunjungi beberapa kali saat bersama mama dan papanya dulu, banyak sekali foto Kimmy yang terpajang di sana. Foto wanta itu sedang melakukan wisuda bahkan saat dirinya melakukan sumpah dokter.

Tak lama kemudian, Kimmy terlihat keluar dari dalam dengan membawa gelas berisi air putih hangat di tangannya. Ia hendak keluar rumah, karna mengira Jasson tidak mau masuk ke dalam. Namun niatnya terurungkan saat ternyata dirinya melihat Jasson sudah duduk di dalam rumahnya tersebut. Dengan langkah yang panjang, Kimmy berjalan mendekati laki-laki yang kini sedang memperhatikannya.

"Minumlah ...." Kimmy meletakan gelas yang berisi air putih itu di meja yang ada di depan Jasson.

"Termakasih." Jasson meraih gelas tersebut dan meneguk habis air di dalamnya, jelas sekali bahwa laki-laki itu sedang haus, tenggorokannya terasa sedikit lebih baik daripada sebelumnya.

"Mau kuambilkan lagi?" tanya Kimmy.

"Tidak perlu." Jasson meletakan gelas kosong itu ke tempatnya semula.

"Dima--"

"Permisi." Suara seorang laki-laki terdengar dari luar, menghentikan Jasson yang hendak bertanya kepada Kimmy. Perhatian Jasson dan Kimmy kini teralihkan ke arah pintu. Terlihat dokter Mark berdiri di ambang pintu dengan pakaian rapi dan senyuman yang menyeringai wajah tampannya.

"Dokter Mark?" Kimmy memutar arah tubuhnya mengarah, ia meninggalkan Jasson dan berjalan menghampiri laki-laki tersebut.

"Kimmy ...." sapa Mark, sejenak melirik ke arah Jasson lalu mengalihkan pandangannya kembali ke arah Kimmy.

"Ada apa kau kemari?" tanya Kimmy.

"Kau harus menggantikan dokter Liza untuk bertugas, bukan? aku kemari menjemputmu dan ingin mengantarkanmu ke rumah sakit."

"Kenapa kau repot-repot? aku bisa berangkat sendiri ke rumah sakit menggunakan taxi."

"Tidak, aku--"

"Aku permisi pamit pulang." Jasson menghentikan percakapan di antara mereka, entah dari kapan laki-laki itu meninggalkan tempat duduknya.

"Kau pulang?" tanya Kimmy.

"Iya, di mana bibi dan paman? aku ingin berpamitan kepada mereka."

"Mama dan papa sedang melakukan seminar d luar kota."

"Oh, baiklah titipkan salamku kepada mereka. Aku permisi."

"Terimakasih banyak kau sudah mau mengantarkanku pulang."

"Berterimakasihlah kepada mama. Kalau tidak dipaksa oleh mama aku juga tidak akan mau mengantarkanmu!" Jasson tiba-tiba berucap dan menatap Kimmy dengan tatapan dingin. Ia melirik ke arah Mark, sejenak saling beradu pandang sebelum akhirnya, Jasson benar-benar pergi meninggalkan rumah itu.

Dokter Mark memperhatikan kedua mata Kimmy yang memperhatikan Jasson pergi dari sana dengan tatapan yang begitu sendu, seakan di kedua mata itu tersirat begitu banyak kesedihan di dalamnya.

"Kimmy?" suara Mark membuyarkan pandangan Kimmy. Bibirnya melengkung ke atas secara paksa.

"Dokter Mark, masuk dan duduklah, aku akan bersiap-siap sebentar," perintah Kimmy.

Kaki Kimmy hendak melangkah meninggalkan Mark di ruangan itu. Namun suara Mark memanggilnya, hingga menghentikan langkah wanita  itu.

"Ada apa?" Kimmy sedikit memutar lehernya ke arah Mark

"Hari selasa anak dari salah satu pasienku ada yang melaksanakan pernikahan dan dia mengundangku. Bisakah kau menemaniku untuk datang ke sana?" ajak Mark dengan penuh harap. Kimmy rasanya enggan sekali untuk menemani Mark hadir dalam pesta itu, ingin sekali rasanya wanita itu mengatakan tidak. Namun teringat akan minggu lalu bahwa  Mark sudah mau menemaninya untuk datang ke pesta ulang tahun Jesslynhingga mau tak mau Kimmy tak bisa menolak ajakannya.

"Iya, aku akan menemanimu." Kimmy berucap  dan menganggukan kepalanya dengan terpaksa, lalu segera melanjutkan niatnya untuk  masuk ke dalam rumah.