Dewi Sri, seorang gadis 23 tahun yang memimpikan kerja di kantoran. Gadis dengan penampilan biasa saja dengan logat Jawa yang medok. Dijodohkan dengan seorang pria yang lebih dewasa darinya. Yang seharusnya berjodoh dengan kakak tertuanya.
Lucky Albronze terpaksa menerima perjodohan dari orang tuanya karena balas budi berhutang nyawa. Padahal dia sudah punya kekasih hati yang di impikan menjadi pendampingnya kelak.
Dan mereka berdua menjadi punya kesepakatan dalam pernikahan, yang hanya untuk membuat orang tua masing-masing merasa bahagia.
ikuti kisah selanjutnya yuk!
🥰🙏 dukung author ya. makasih ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Ingin Cucu
"Eeehhmm..."
Sri menggeliatkan tubuhnya. Merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Mengerjap-ngerjapkan mata dan mengumpulkan segenap nyawa yang masih bercecer di alam mimpi.
Tubuhnya terasa hangat di bawah selimut tebal. Membuat Sri nyaman dengan kehangatan di sebelahnya. Memiringkan tubuhnya ke kanan dengan mata masih setengah terpejam. Menelusupkan wajahnya Mencari sumber hangat yang memendar samar.
Menemukan sumber hangat yang membuatnya candu. Menempelkan pipinya di sana. Merasakan kelembutan di depannya. Menggesek hidungnya di tempat lembut itu. Sumber hangat ini memiliki aroma yang melenakan. Seperti aroma terapi yang menenangkan otaknya.
Tapi sekatika mata Sri terbuka lebar. Terkesiap ketika merasakan ada tangan kokoh yang melingkari pinggangnya. Menariknya lebih maju. Memepet erat tubuhnya semakin menempel.
Persis di depannya terpampang dada telan Jang yang berotot liat. Napas Sri menderu menghantam dada yang bergerak teratur. Ternyata sumber hangat itu dari tubuh... Sri mendongak pelan. Ingin melihat wajah siapa yang berada di atas kepalanya.
Deg!
Lucky!!
Hah? Kapan dia pulang? Kenapa sudah ada di sini? Atau aku masih mimpi ya?
Sri membeliakkan matanya. Kaget dengan kepulangan Lucky yang tiba-tiba. Padahal seingatnya dia tidur sendirian tadi malam. Tapi sekarang kenapa sudah ada Lucky? pakai peluk-peluk lagi.
Sri mencoba mendorong dada Lucky. Tapi pria itu tetap bergeming. Malah kini semakin mengetatkan pelukannya. Menunduk dan menggunyar rambut Sri dengan hidung dan bibirnya.
Sri menegang. Lucky memeluk pinggangnya erat. Tubuh Sri melekat erat di tubuh Lucky. Sri bisa merasakan tubuh liat Lucky bagian depan. Karena tubuhnya memang lebih pendek dan kecil dari tubuh Lucky, membuat Sri bisa merasakan tonjolan hangat di perut bagian bawahnya.
Wajah Sri merah padam. Dia tahu apa itu yang mengeras. Tapi Lucky tidak berhenti sampai di situ saja. Kini ia mulai menggesek dan menekan pelan perut Sri. Itu membuat Sri mendelik gusar. Menatap wajah Lucky ingin protes dan marah, karena Sri mengira Lucky sedang becanda.
Tapi Sri salah. Lucky masih memejamkan matanya rapat. wajahnya tenang. Hanya alisnya yang berkerut bertaut. Lucky masih tidur. Mungki dia bermimpi.
Tubuh Sri menegang. Gesekan itu semakin intens. Menekan-nekan perut bagian bawahnya. Dan pinggul Lucky bergerak-gerak seirama tekanan pada perut Sri.
"Uuhhmmm.."
Lucky menggeram pelan dan semakin mendusal ke pipi Sri. Gadis itu kalang kabut. Merasakan geli dan merinding jadi satu. Mendorong dada Lucky sedikit keras. Berharap gesekan di bawahnya berhenti, dan wajah Lucky menjauh.
Tapi sia-sia. Tubuh tegap itu bergeming. Tetap kokoh di depan wajahnya. Tenaga Sri kalah kuat dengan Lucky. Sri menahan mati-matian rasa geli yang menderanya. Telinganya sungguh sensitif. merasakan geli yang sungguh luar biasa akibat gesekan hidung dan bibir Lucky. Hingga akhirnya Sri tak dapat menahan lagi.
"pphhppt.. hhhh.. hahaahaa.. Mas sudah Mase! aduh geli.. Hahaahaa.."
Jerit Sri tanpa ampun. Tergelak saking gelinya. Membuat Lucky langsung berhenti dan membuka matanya. Terbelalak kaget melihat Sri terpingkal di dalam dekapannya.
Lucky langsung melepaskan pelukannya di pinggang Sri. bergerak menjauh dan bangun terduduk. Sri masih terkikik dan menutup telinganya karena masih bisa merasakan geli yang tersisa.
"Iihh.. Mase kenapa sih? mimpi ya?"
Sri memukul punggung telan jang Lucky. Ikut duduk di samping lucky sambil masih menutup telinganya sebelah kanan. Lucky menoleh kearah Sri sambil mengernyitkan keningnya.
"Apa? Aku tidak ngapa-ngapain"
"Iisshh... geli loh mas"
Sri gemas melihat wajah linglung Lucky. Sepertinya Lucky tidak sadar melakukan itu.
"jangan bicara yang tidak-tidak kamu" sentak Lucky. Tapi wajahnya merona.
"Mase mimpi ya?"
"Mimpi apa?" Lucky balik bertanya.
Sri melirik bagian bawah Lucky. Pria itu mengikuti arah pandangan Sri. Dan fatal lah dirinya. Wajah Lucky semakin memerah. Terlihat Juniornya membentuk gundukan di bawah selimut
Sri semakin terkikik geli. Melihat ekspresi kegugupan Lucky yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Menurutnya ini adalah momen langka. Pria kaku dan dingin ini ternyata bisa bersemu juga wajahnya.
"Mase mimpi mbak Amira Yo.. ciee.. cieee.." Sri menggoda Lucky.
"Agghhh Anak kecil kamu. Tau apa sih? Sudah sana-sana"
Lucky menggerakkan tangannya mengusir Sri dari ranjang. Berharap gadis ini segera pergi agar dia bisa bergerak leluasa tanpa harus menutupi junior yang sudah bangun pagi.
Membuat Sri langsung turun dari tempat tidur sambil terkikik geli. Puas dia mengejek Lucky pagi ini.
"sudah sana. Mandi kamu!"
Sri tersenyum lebar memainkan matanya dan menaik-naikkan kedua alisnya. Menggoda Lucky yang tampak gugup.
"Eee.. kamu ini.. sudah Sanaaaa.."
Lucky gemas melihat Sri yang masih saja menggodanya. Sri ngeloyor pergi menghindari tatapan jengkel Lucky. Masuk kemar mandi dan terbahak di sana sekencang-kencangnya.
🌺
🌺
Sarapan pagi bersama pagi ini. Sri terlihat cerah dan Lucky tampak bermuka masam karena Sri meliriknya senyum-senyum. Teringat kejadian pagi bangun tidur.
"Semua sudah beres Luck?" tanya Frans pada Lucky sambil menyuapkan sarapan paginya.
"Sudah pa"
"Bagus. Tuan Barry menyetujui pengajuan syarat kita?"
"Iya. Tapi masih ada syarat yang ia ajukan juga"
"Apa itu?"
"lokasi perumahan yang akan di bangun minta di tambah satu haktar lagi. Katanya untuk memenuhi pemasukan di pusat"
"Tidak masalah. Katakan itu pada om Baris. Dia akan mengurusnya"
"Baiklah"
Sri dan Melani hanya mendengarkan saja. Tidak banyak nimbrung. Selesai sarapan, Frans pergi ke ruang kerjanya sebentar. Lucky dan Baris mengikutinya.
Frans duduk di meja kerjanya. Lucky duduk di depannya dan baris berdiri di samping Frans.
"Kemarin pak Sam bilang pada ku. Noah datang kemari" ujar Frans memulai membuka bicara.
"Noah? Ada apa dia kesini?" Lucky menaikkan alisnya.
"Hmm.. Kau tau kakek mu kan? Pasti mereka mendengar sesuatu"
"Maaf tuan. Saya mendengar Tuan besar ingin anda bekerja sama" Baris menyahut.
Mendengar penjelasan baris, Frans dan Lucky saling pandang. Entah apa lagi yang di inginkan kakek Lucky, ayah kandung Frans. Sudah lama Frans menjauh dari mereka. Tapi tetap saja keluarga itu masih ingin ayahnya kembali.
"Mau apa lagi kakek menginginkan ayah? Apa masih belum jelas jika papi tidak mau kembali?" tanya Lucky merasa jengah.
"Biarkan saja. Ingat Luck, mereka berpengaruh. Kau harus berhati-hati. Jaga istri mu"
Lucky diam. Papinya benar. Mungkin saja mereka sudah tahu kalau Lucky sudah menikah sekarang.
"Lalu bagaimana bulan madu mu?" tanya Frans lagi menagih janji.
Lucky mengalihkan pandangannya pada Frans. Mengernyitkan dahinya.
"Begitu pentingkah bulan madu itu, pi?"
"Itu terserah mu. Atau istrimu tidak bisa bekerja"
"Ayolah, pap. Papi tau 'kan? Mungkin saja mereka sedang mengincar ku sekarang"
"Apa hubungannya dengan bulan madu mu?"
"Apa? Kenapa papi sekarang tidak peka?" Lucky sangat kesal papinya seakan pura-pura bodoh.
"Pergi lah besok. Om Baris akan ikut dengan mu"
"Hah? ikut?"
"Untuk memastikan tidak ada gangguan saat bulan madu mu"
"Astaga!"
Lucky mengusap wajahnya kasar. Dia sangat jengkel dengan keputusan papinya. Seperti memaksanya untuk menerima Sri seutuhnya. Bulan madu saja harus ada pengawalan om Baris asisten papinya.
"Terserah papi saja"
Lucky bangkit dari duduknya. Beranjak kepintu. Pergi meninggalkan Frans dan baris. Tapi sebelum Lucky menghilang di balik pintu, Frans berkata nyaring.
"Aku ingin cucu, Luck!"
Lucky berhenti sejenak dan menoleh kebelakang. Melirik papinya yang tersenyum menang. Lucky menutup pintu dengan menggerutu pelan.