No boomlike, baca pelan-pelan. Anak kecil di harap menyingkir....
IG : Abiyu686
Halwa Callista adalah seorang wanita muda, memiliki paras yang sangat cantik dan memiliki sejuta kemampuan. Dia adalah seorang pengusaha wanita di Belanda. Dia terpaksa menyembunyikan identitasnya karena ingin mengungkapkan sebuah rencana pembunuhan terselubung kepada saudara kembarnya bernama Salwa Callista Mereka berpisah sejak bayi karena perceraian kedua orang tuanya. Salwa Callista sendiri terbaring koma tidak berdaya di Rumah Sakit karena sebuah kecelakaan yang sangat tragis.
Untuk mengungkapkan misteri tersebut, Halwa Callista terpaksa berpura-pura menjadi saudari kembarnya, istri dari Dimas Sanjaya dan ibu dari anak berusia lima tahun bernama Noah.
Siapakah yang bertanggung jawab atas kecelakaan saudari kembarnya sampai terbaring koma di Rumah Sakit?
Baca dan ikuti kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 : Murka Dimas
Degh .....
"Dimas mulai curiga," batin jesslyn.
"Mama tidak tahu apa-apa. Siapa yang mengatakan itu semua? Jangan mudah percaya dengan kata-kata orang? Apakah Salwa yang mengatakan itu semua?" cecar Jesslyn.
"Itu tidak penting, Ma. Untuk meluruskannya aku membutuhkan jawaban Anita. Semuanya bagiku seperti teka-teki. Dan aku harus menemukan jawabannya," ucap Dimas. Membuat Jesslyn diam terpaku.
"Sayangnya, Anita sedang pergi! Dia tidak dirumah," jawab Jesslyn.
"Mama tahu dia kemana?" tanya Dimas.
"Sayangnya mama tidak tahu, Dim," jawab Jesslyn.
"Baiklah, Ma. Dimas pulang. Tolong, jika Anita pulang, katakan kepada Anita untuk menemui Dimas. Dimas ingin bertanya sesuatu dan ini sangatlah penting," tegas Dimas.
"Baiklah, nanti Mama sampaikan," ujarnya.
Setelah berpamitan dengan mertuanya, Dimas pun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Karena hari ini dia berjanji dengan Noah untuk menjemput putranya di Sekolah.
Jalanan ibukota terlihat sangat macet, Dimas terpaksa harus lebih bersabar untuk sampai ke Sekolah Noah.
"Semoga Noah belum pulang," batin nya. Untung kemacetan di jalan raya tidak terlalu lama. Dimas kembali melajukan mobilnya, saat hendak berbelok dia melihat Anita berada satu mobil dengan Jack. Mereka terlihat sangat mesra, bahkan mereka dengan tidak tahu malu bercumbu mesra di dalam mobil. Padahal posisi mereka sedang berada di tempat umum.
Hati Dimas sangat marah dan jengkel. Dia pun akhirnya memutuskan untuk mengikuti mobil tersebut. Dimas mengikuti mobil milik Jack, hingga sampai di sebuah hotel bintang lima. Dia tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh istri keduanya.
"Sial, Kenapa harus laki-laki itu yang menjadi duri di dalam rumah tanggaku?" marahnya sambil memukul-mukul kemudi. "Dulu bersama Salwa, sekarang dengan Anita. Sebenarnya apa yang dia inginkan?" murka Dimas.
Dimas keluar dari mobilnya, dan dia ingin memastikan apa yang dilakukan Anita dengan Jack di hotel. Dia menanyakan kepada pihak resepsionis, untunglah petugas resepsionis mau memberitahukan kamar tamu yang baru check in barusan.
Denga berjalan cepat, Dimas mencari nomor kamar yang diberitahukan petugas. Sampailah Dimas di depan pintu nomor seratus dua, Dimas mengetuk pintu tersebut dengan sangat keras. Membuat penghuninya merasa agak terganggu, akhirnya dengan terpaksa harus membuka pintu kamar hotel.
CEKREEK ....
Betapa terkejutnya Jack yang hanya menggunakan boxer saat membuka pintu, dan melihat Dimas sudah berdiri di depan kamar hotel.
"Dimas?" kaget Jack.
Anita yang penasaran, dia juga ikut keluar. Anita pun tidak kalah terkejutnya, ternyata suaminya Dimas berdiri di depan pintu hotel. Dan yang membuat celakanya lagi, Anita sedang memakai baju yang sangat seksi, baju yang memperlihatkan bagian lekuk tubuhnya yang sangat menggoda.
"Mas?"
"Apa yang kamu lakukan disini?" murka Dimas.
"Aku ...!" Anita menundukkan kepalanya.
"Dasar wanita murahan!" marah Dimas.
"Begini kelakuan Kamu dibelakang ku, hah!"
"Maafkan aku, Mas. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Mas!" elaknya.
"Wanita tidak tahu diri! Sudah kepergok masih juga membela diri! Kau wanita yang sangat menjijikkan! Wanita murahan!" hardiknya.
"Hentikan, Dimas! Kami berdua saling mencintai," sela Jack.
"Apa?" Dimas menatap nyalang ke arah Jack.
BUGH ...
Satu bogeman keras mendarat di pipi Jack. Jack jatuh tersungkur, Dimas pun menghajar kembali pasangan haram tersebut hingga babak belur. Anita yang melihat itu berusaha untuk menghentikan aksi suaminya. Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Anita, hingga mengeluarkan darah segar di sudut bibirnya.
PLAKKK ...
"Kau aku talak!" tegas Dimas, membuat Anita terlonjak sangat kaget.
"Mas, Aku mohon jangan lakukan itu! Kaulah penyebab semua ini, jika kau tidak mengabaikan ku, pasti aku tidak berselingkuh darimu, Mas," jelas Anita.
"Aku tidak perduli. Anita, aku talak kau. Sekarang kau bukanlah istriku lagi!" Dimas berlalu pergi dari hotel itu.
"Mas! Tunggu!" Anita hendak menyusul suaminya, namun dicegah oleh Jack.
"Apakah kau akan memakai pakaian seperti itu keluar hotel?" tanya Jack. Anita baru tersadar bahwa dirinya sedang memakai pakaian yang sangat seksi. Kemudian dia kembali masuk ke dalam, untuk mengganti pakaiannya dan menyusul suaminya.
"Kau mau kemana?" tanya Jack.
"Aku akan menyusul Dimas," jawabnya.
"Untuk apa? Apakah kau tidak mendengar, dia sudah menalakmu?" tanya Jack mengingatkan Anita.
"Ah, sial," umpatnya. Anita mengacak-acak rambutnya sendiri karena frustasi. "Aku tidak terima dia menceraikan ku. Dia pikir, dia itu siapa? Aku akan membuat perhitungan!" kesal Anita.
"Tenanglah, Anita. Kita harus memikirkan semuanya dengan kepala dingin!" ucap Jack tepat ditelinga Anita. "Bagaimana kita lanjutkan permainan kita?" tanya Jack.
Anita menoleh ke arah Jack. Dia mencium bibir itu dengan sangat mesra. Mereka bercumbu dan saling *******. Hingga mereka akhirnya melakukan penyatuan hingga pagi hari tanpa merasakan lelah. Setelah mencapai titik *******, barulah mereka sama-sama ambruk di tempat tidur. Mereka tertidur pulas dengan keadaan yang masih polos, tidak ada sehelai benangpun yang melekat di tubuh mereka.
Dimas pulang dengan perasaan dongkol dan amarah yang meluap-luap. Hatinya sangat marah, hingga sore hari dia baru teringat bahwa dirinya belum menjemput putranya dari Sekolah. Dimas pun langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Sampai di Sekolah, Sekolahan sudah sepi. Dimas menelepon pelayan di rumah, menanyakan kepulangan Noah namun Noah sampai hari ini belum pulang. Kemudian mumpung masih disana, dia pun menanyakan Noah kepada security. Security mengatakan bahwa Noah sudah pulang sedari tadi, karena kebetulan sekolah bebas.
Dimas pun nampak bingung dan mencari-cari keberadaan Noah. Hingga hampir pukul enam, Noah belum diketemukan. Dimas pun pulang dengan keadaan lesu dan tidak bersemangat.
Namun saat dirinya sudah sampai di rumah, ada sebuah mobil berhenti di depan gerbang. Noah turun dari mobil tersebut. Dimas nampak terkejut, karena tiba-tiba saja seorang anak kecil keluar dari mobil mewah. Noah yang baru keluar dan melihat papanya, dia berteriak memanggil sang papa.
Dimas yang melihat Noah turun dari mobil, dia berlari dan langsung memeluk putranya dengan sayang. Mobil kembali melaju meninggalkan kediaman Dimas. Dimas sangat heran, karena pemilik mobil tidak mau turun. Dia pun bertanya kepada putranya.
"Kau dari mana saja?" tanya Dimas kepada Noah.
"Noah terlalu lama menunggu papah di sekolah. Akhirnya Noah menelpon mama, dan kebetulan mamah yang mengangkat. Noah menyuruh Mama untuk menjemput Noah," jawab Noah polos.
"Kenapa baru pulang?"tanya Dimas. "Papa sangat khawatir. Lain kali, kamu bisa menelfon Oma Hilda atau Pak Maman," tutur Dimas kepada Noah. Pak Maman adalah sopir pribadi keluarga Dimas.
"Noah lama, Karena mamah mengajak Noah berkeliling kota. Mama juga mengajak Noah berjalan-jalan ke mall, dan karena Noah kelelahan, Mama mengajak Noah beristirahat di Apartemennya," ucap Noah.
"Apartemen? Kamu masih ingat dimana Apartemen Mama?" tanya Dimas penuh selidik.
"Noah lupa, Pa. Noah tidak terlalu memperhatikan jalannya," jawabnya sambil tersenyum.
"Baiklah sekarang Noah mandi dan beristirahat. Sebentar lagi waktunya makan malam," suruh papahnya.
"Baiklah, Papa!" jawab Noah menurut.
to be continued...