Cahaya Airin, istri yang tak diinginkan oleh suaminya. Rasa sakit hati kala sang suami terus menghinanya membuat air matanya terus berjatuhan.
Hingga suatu hari gadis yang biasa di panggil Aya itu mencoba merubah penampilannya untuk mendapatkan hati suaminya.
Apakah Aya akan berhasil membuat suaminya mencintainya?
Selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Apa kau sakit Aya, wajahmu terlihat begitu pucat?." Tanya Bryan ketika menatap wajah layu Aya.
"Aku tidak apa-apa, mungkin karena asam lambung ku sedang kambuh." Sergahnya.
"Kalau begitu aku akan menyiapkan air hangat untukmu mandi, supaya nanti kau merasa lebih segar." Bryan langsung beranjak dari tempatnya. Lalu menuju bathroom.
Aya sempat ingin menolak, namun Bryan sudah menghilang dari balik pintu bathroom.
"Perhatian mu membuat ku sulit untuk menebak apa yang ada dalam hati mu. Aku takut yang perasaan ku akan semakin dalam padamu Bryan." Ucapnya sendu.
Aya pun mendudukkan dirinya, kini Ia merasa tubuhnya tak selemah sebelumnya,rasa mulanya pun tak lagi terasa.
Kakinya mulai menanjak pada lantai kamar itu, hendak berdiri.
Tiba-tiba saja Ia merasakan tubuhnya yang melayang. Dan ternyata Bryan tengah menggendong tubuhnya. Tangannya melingkar pada leher Bryan terkejut dan takut bila dirinya nanti akan terjatuh.
"Bryan, turunkan Aku!." Pekiknya.
"Diamlah, kalau tidak nanti Aku akan menjatuhkan mu!." Ancam Bryan. Dan itu benar-benar membuat Aya terdiam karena takut suaminya itu benar-benar akan menjatuhkan dirinya.
Bryan segera membawa tubuh istrinya menuju bathroom.
"Sudah keluarlah, Aku akan mandi sekarang." Aya meminta agar suaminya itu keluar setelah menurunkan dirinya.
Namun bukannya keluar, Bryan malah membuka seluruh pakaiannya hingga membuat Aya terkejut kala melihat tubuh atletis Bryan.
"Aaaaaa, Apa yang Kau lakukan Bryan, kenapa Kau melepaskan pakaian mu?!," Pekiknya seraya menutup matanya dengan kedua tangannya.
Bryan tersenyum simpul, lalu perlahan ia mulai mendekati Aya yang masih menutup matanya.
"Kau sudah melihat seluruh bagian tubuh ku sebelumnya, jadi Kau tidak perlu menutup mata mu," bisiknya pelan.
Lalu tangannya mengulur untuk membuka kancing baju yang Aya kenakan.
Aya terkejut dan membuka kedua tangannya serta matanya. Ia terperanjat saat wajah suaminya berada tepat di depannya, menatapnya dengan tersenyum.
"Bryan, Apa yang Kau lakukan?, pergilah Aku akan mandi sendiri," ucap Aya seraya mendorong lembut tubuh kekar suaminya.
Namun Bryan tak bergeming, tubuhnya tetap kokoh berdiri di depan istrinya.
Dan akhirnya tubuh keduanya pun sama-sama polosnya. Aya menundukkan kepalanya, namun Ia terkejut saat melihat sesuatu di bawah sana.
Ia pun memejamkan matanya erat-erat, rasanya Ia benar-benar malu saat ini.
"Apa itu tadi, kenapa besar sekali?." Ucapnya dalam hati.
Melihat istrinya yang menunduk dan terdiam, Bryan kembali mengangkat tubuh polos istrinya menuju bathtub. Lalu Ia pun segera masuk ke dalamnya menyusul sang istri. Bryan duduk di belakang Aya seperti sedang memangkunya.
"Bukalah matamu Aya!." Perintahnya, Bryan begitu gemas melihat tingkah malu-malu istrinya itu.
"Tidak, kenapa kau malah ikut masuk Bryan?." Ucap Aya dengan mata yang masih terpejam.
"Aku juga belum mandi tadi, jadi ku putuskan untuk mandi bersama mu. Sekarang bukanlah matamu Aya, atau Aku akan menerkam mu," ancamannya.
Mendengar ancaman dari suaminya, Aya dengan segera membuka matanya. Ia merasa lega tidak lagi melihat benda itu lagi.
Oh tidak, tapi Aya merasakan sesuatu yang keras terasa seperti menusuk di bawah pinggang belakangnya. Aya terkejut dan tidak berani menggerakkan tubuhnya.
"Kenapa Kau begitu tegang Aya, Kau tenanglah, Aku tidak akan melakukannya lagi. Setidaknya untuk saat ini," ucapnya terkekeh.
Bryan bisa menebak kenapa Aya tidak bergerak saat ini. Walaupun juniornya meronta ingin kembali masuk kedalam rumahnya. Tapi Bryan tidak akan tega melakukannya di saat Ia melihat Aya yang terlihat sedikit pucat.
Bryan tidak ingin istrinya kembali sakit seperti sebelumnya. Lebih baik Ia tetap berusaha untuk menahannya dari pada melihat Aya kembali sakit.
Dengan lembutnya, tangan kekar itu membasuh tubuh istrinya, lalu menggosoknya perlahan dan memberikan sabun disana.
Semua perlakuan Bryan membuat Aya memejamkan matanya. Tubuhnya kembali menegang, sentuhan lembut itu membuatnya teringat akan kejadian siang tadi bersama Bryan.
Apa lagi saat tangan itu mulai memberikan pijatan lembut pada bukit kembarnya. Sensasi itu membuat Aya sedikit mendesis. Rasanya tubuhnya menginginkan hal yang lebih.
Tubuh lemas yang Ia rasakan tadi seolah pergi entah kemana. Rasa mual yang menderanya pun seakan sirna, yang ada saat ini Ia ingin kembali merasakan sensasi itu lagi. Sebuah rasa nikmat yang hakiki, dan tubuhnya menginginkannya saat ini juga.
Bibirnya terus saja menyebut nama suaminya, nafasnya naik turun seiring tangan Bryan yang mengusap lembut miliknya di bawah sana.
"Bryan...." Desis nya.
Namun tiba-tiba Bryan menghentikan aktivitasnya dan beranjak keluar dari sana. Membuat Aya merasa kecewa.
Sebenarnya Bryan juga tengah sekuat tenaga menahannya. Namun saat mendengar desisan Aya membuat libidonya terus naik. Hingga akhirnya Ia memutuskan untuk keluar dari sana sebelum Ia akan kembali menerkam istrinya itu.
Bryan hendak melangkah dari tempatnya berdiri. Namun tangan mungil istrinya membuatnya menghentikan langkahnya.
Aya menarik pergelangan tangannya, menghentikan tubuh kekarnya berhenti dan berbalik. Bryan menatap kearah pandangan mata Aya.
Bryan terkejut saat melihat tatapan mata Aya yang menyiratkan pandangan berkabut. Seakan meminta sesuatu yang lebih.
Dengan perlahan Ia pun berbisik di telinga Aya.
"Apa Kau yakin?." Tanyanya serius.
Secepat kilat Aya menganggukkan kepalanya. Dan secepat anggukkannya, tubuh kekar Bryan mengangkatnya dan menurunkannya di ujung dinding yang ada di sana.
Menghadapkan tubuh Aya ke dinding dan membelakanginya.
"Aku akan melakukannya dengan perlahan," bisiknya tepat di belakang telinga Aya. Membuat Sang empunya memejamkan matanya.
Bryan memposisikan juniornya agar kembali memasuki rumahnya. Dengan perlahan tapi pasti, juniornya kembali memasuki rumahnya yang begitu sempit itu, namun terasa semakin nyaman untuknya.
Hentakan demi hentakan terus saja membuat keduanya seakan melayang ke dalam sebuah nirwana. Suara hentakan serta de..sa..han keduanya menciptakan sebuah irama yang begitu menggoda untuk keduanya.
Hingga rasa nikmat surga dunia itu pun hampir menerpa keduanya. Tangan kekar itu dengan tanpa malunya terus me..re..mas bukit kembar milik istrinya.
Hingga tubuh keduanya pun menegang dan sebuah rasa nikmat yang tadinya hampir menerpa, kini telah menerpa sempurna dengan alunan suara mereka yang saling bersahutan memanggil nama satu sama lain.
Kedua tubuh itu pun bergetar hebat, saat sang junior memuntahkan lahar panasnya kedalam rumahnya.
Aya memejamkan matanya seraya menggigit bibir bawahnya saat rasa luar biasa itu menerpa dirinya. Sedangkan Bryan menengadahkan kepalanya keatas dengan tangannya yang masih me..re..mas bukit kembar milik istrinya itu.
"Terimakasih, Kau sungguh luar biasa," ucap Bryan setelah merasakan kelegaan yang begitu indah.
Lalu Ia pun kini kembali memandikan istrinya dan juga dirinya sendiri. Tapi kali ini mandi yang benar-benar mandi.
Bryan menyelesaikannya dengan cepat, Ia tidak ingin bila nanti juniornya itu kembali menegang bila harus berlama-lama melihat tubuh polos sang istri.
***