Nona Muda Jadi Anak Pembantu

'Kalian pikir bisa mengendalikanku? Tidak bisa!' ucap Heriyani dalam hati sebelum menyimpan ponselnya dan kembali menyetel wajahnya dalam ekspresi penuh kesedihan.

Dor dor dor...

Pria di depan bilik toilet masih terus menggedor pintu bilik toilet dengan kesal.

"Cepat buka pintunya!" Teriak sang pria yang saat itu melihat di layar ponselnya siaran langsung yang dilakukan oleh Heriyani telah berakhir.

Tetapi meski siaran langsung itu telah berakhir, namun amarah orang-orang yang dipicu oleh Heriyani masih belum bisa diredakan.

Mereka mulai membagikan potong live tersebut dan menambahkan komentar yang mengecam perusahaan serta seluruh anggota satu tim Heriyani.

Dor dor dor!

"Buka!!" Teriak sang pria membuat gedoran pintunya menjadi lebih kuat.

Clek!

Akhirnya Heriyani membuka pintu, dan sang pria menggertakkan giginya saat melihat perempuan yang keluar dari bilik toilet tersebut tampak menangis hingga masker perempuan itu telah menjadi basah.

Manager Heriyani yang melihat hal tersebut dengan cepat menghampiri Heriyani dan menyerahkan sebuah sapu tangan.

"Kau baik-baik saja?" Hanya sang Manager yang jelas tahu bahwa apa yang terjadi adalah rencana Heriyani sehingga dia harus mengikuti alur rencana perempuan itu kalau tidak mau dipecat.

"I,, iya," ucap Heriyani sambil menyeka air matanya.

"Ikuti aku!" Teriak sang pria yang merupakan Manager acara.

Maka Heriyani bersama manajernya mengikuti pria tersebut dan orang-orang mengikutkan tatapan mereka pada kepergian Heriyani.

"Apa yang terjadi?"

"Perempuan itu melakukan siaran langsung dan memancing keributan."

"Kenapa dia melakukan hal buruk seperti itu?"

Orang-orang berbicara, tapi Heriyani tidak memperdulikan mereka semua dan hanya fokus terus menangis sampai akhirnya mereka tiba di ruangan Manager.

Saat itu, asisten Manager juga telah datang membawa seluruh gamer yang satu tim dengan Heriyani..

Tak lupa pula seorang pria yang merupakan mentor mereka juga ikut ke dalam ruangan.

Sang Manager duduk dengan kesal, ia menatap semua orang di hadapannya Seraya menahan amarahnya.

Setelah beberapa saat, manajer menghentikan tatapannya pada Heriyani "Apa yang terjadi?! Kenapa kau membuat keributan yang tidak diperlukan?" Tanya sang manajer dengan kesal.

Heriyani tidak menjawab, perempuan itu hanya fokus menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya, namun dibalik maskernya dia tersenyum.

Manajer Heriyani lah yang berkata, "itu semua karena Heriyani terlalu sedih gara-gara Apa yang dilakukan oleh mentor dan teman satu timnya. Dia sebenarnya bisa menjadi pemain inti, namun dia terus dijadikan pemain cadangan! Padahal kemampuannya melebihi seluruh teman-teman satu timnya!"

Ucapan sang Manager terus diiringi dengan isakan Heriyani membuat keempat teman satu tim Heriyani menjadi sangat kesal.

"Beraninya kau berkata seperti itu?! Kami memang melakukan itu karena kami mempersiapkan kau untuk pertandingan berikutnya!" Ucap salah seorang pria.

"Benar sekali, Tapi sekarang kau mengatakan kalau kau jauh lebih baik daripada kami semua?! Hah,,, keluar saja dari tim ini, Kami berempat pasti masih bisa membangun tim ini tanpa dirimu!"

"Benar sekali, padahal sudah dipersiapkan untuk pertandingan berikutnya tapi dia malah membuat keributan tidak berguna seperti ini! Kau ingin penggemar kami dengan penggemarmu saling bertengkar? Ini namanya dikasih hati minta jantung!"

"Aku setuju, lebih baik dia keluar dari tim, itu akan membuatnya jauh lebih baik. Aku tidak mau satu tim dengan perempuan penuh muslihat sepertinya!" Satu persatu teman satu tim Heriyani akhirnya angkat bicara.

"Apa?!" Manajer yang mendengarkan ucapan semua orang langsung memijat keningnya, terutama ketika ia melihat Heriyani sama sekali tidak tertarik untuk mendengarkan ucapan teman-teman satu timnya.

Makan sang Manager beralih menatap mentor tim tersebut, "katakan apa yang terjadi!" Perintah sang Manager yang kini merasa kecewa pada salah satu mentor yang ia tugaskan karena tidak bisa membimbing tim tanggung jawabnya dengan baik.

"Selama saya membimbing mereka, Nona Heriyani terlihat tidak mau berbaur dengan keempat anggota timnya yang lain. Jadi saya tidak--"

"Bohong!" Heriyani berteriak, ia akhirnya melepaskan kedua tangannya dari wajahnya dan saat ini seluruh maskernya telah basah oleh air mata.

"Itu tidak benar! Justru akulah yang mereka kucilkan! Tidak ada yang mau berbicara padaku dan tidak ada ayang mau--"

"Kau sudah gila?" Salah seorang anggota tim menyelah ucapan Heriyani, "siapa yang mengucilkanmu? Justru kami semua ingin berteman dengan semua orang, tetapi sikapmu itu sangat buruk! Siapa yang mau dekat dengan orang picik sepertimu?!!"

"Itu benar," anggota tim yang lain menganggukkan kepalanya, "dia picik sekali dan bermuka dua!"

Heriyani melototkan matanya, bagaimana bisa semua orang berkata seperti itu tentangnya? Padahal mereka baru bertemu!

Belum beberapa hari sejak pertemuan pertama mereka.