🌹Lanjutan Aku Bukan Wanita Penggoda🌹
Awas baper dan ketawa sendiri! 😁
Ayesha Putri Prayoga, seorang gadis bertubuh gemuk itu menyaksikan langsung kekasih yang sangat ia cintai tengah bercinta dengan sahabatnya sendiri.
Sakit hati Ayesha membuatnya menepi hingga bertemu dengan Kevin Putra Adhitama, pria dingin kaku dan bermulut pedas.
Dan, takdir membawa mereka menjadi sepasang suami istri karena dijodohkan.
Sikap Kevin yang menyebalkan selama pernikahan membuat banyak perubahan dalam diri Ayesha termasuk tubuh gemuknya, hingga semakin hari Kevin pun semakin terpesona dengan kepribadian sang istri.
Namun di saat benih cinta itu muncul, Ayesha kembali dekat dengan mantan kekasihnya yang muncul sebagai partner kerjanya di kantor.
"Ayesha, aku masih mencintaimu dan ingin memilikimu kembali," gumam Tian, mantan kekasih Ayesha dulu yang membuatnya sakit hati.
Mampukah Kevin mempertahankan pernikahannya? Siapa cinta yang Ayesha pilih? Suami atau cinta pertama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku panggil Ndut
Setelah dari bandara, Kevin tidak jadi membawa Ayesha kembali ke apartemen. Ia memilih kembali ke rumah orang tuanya. Selain di sana ada Bi Lastri yang akan memasak untuk mereka. Kevin juga menyuruh Sean untuk merubah dapurnya dan mengganti kompor gas tanam dengan yang flat dan tidak bertungku dan mengeluarkan api, agar istrinya mudah untuk memasak tanpa harus mengingat akan trauma itu.
“Kita balik ke sini?” tanya Ayesha setelah mereka sampai di depan rumah Kenan.
Kevin mengangguk. “Apartemen mulai besok akan direnovasi. Jadi untuk sementara waktu kita tinggal di sini.”
Ayesha ikut keluar dari mobil, setelah Kevin pun keluar.
“Lagi pula di sini ada Bi Lastri, jadi kamu tidak perlu memasak.”
Ayesha kembali menganggukkan kepalanya. Ia justru senang tinggal di sini, karena di sini ia tidak harus berdua saja dengan si beruang kutub, karena ada beberapa pelayan dan petugas keamanan yang cukup Ayesha kenal.
Rumah besar itu begitu sepi dan tenang. Ayesha menelusuri area rumah itu. Ia juga melihat foto-foto yang terpajang di sana. Ada foto Kevin sejak kecil hingga remaja. Di sana juga ada foto Keanu. Kevin dan Keanu memiliki karakter yang jauh berbeda. Karakter Keanu berbanding terbalik dengan Kevin. Keanu humble dan mudah bergaul. Ia juga dikelilingi banyak wanita, sama seperti Kevin. Namun bedanya, Keanu memanfaatkan kondisi itu, sedangkan Kevin tidak sama sekali. Ditambah, kesukaan Keanu pada olahraga dan otomotif, membuat dirinya tampil sebagai pria sejati.
Kevin juga memiliki kesukaan yang sama seperti adiknya. Tapi, kesukaan Kevin pada olahraga dan otomotif hanya sekedar hobby dan tiddak digeluti. Dulu, ketika sekolah Kevin sering menjadi rival adiknya saat kompetisi olahraga atau otomotif.
Ayesha tersenyum melihat foto dua bersaudara itu saling bergandengan dan tertawa. “Kamu tuh ganteng, Mas. Apalagi kalau ketawa.”
Ayesha terenyum sendiri melihat foto Kevin yang memang terlihat semakin tampan saat tertawa.
“Siapa yang tampan?” tanya Kevin yang berdiri tepat di belakang Ayesha.
“Eh, kamu di sini? Bukannya lagi di ruang kerja.”
Kevin menggeleng. “Aku nyariin kamu. Siapa tahu kamu ke sasar di sini.”
Ayesha memang tengah berada di ruang yang jauh dari rumah utama. Ruangan itu biasa menjadi ruang santai atau ruang bermain ketika ia kecil dulu, jika ia dan keluarganya bertandang ke rumah ini.
“Aku masih ingat seluk beluk rumah ini,” kata Ayesha.
“Oh, kirain lupa.” Kevin berdiri di samping Ayesha dan melihat foto yang tengah dipandang istrinya. “Siapa yang ganteng?” tanyanya lagi.
“Eh, apa?” tanya Ayesha yang sebenarnya mendengar pertanyaan Kevin tapi bingung untuk menjawab.
“Aku sudah dua kali bertanya. Satu kali lagi aku bertanya berarti aku dapat ciuman.”
“Ck. Capek ngomong sama kamu.” Ayesha hendak pergi meninggalkan Kevin, tapi Kevin langsung mencekal lengannya.
“Menurutmu siapa yang ganteng diantara kami?”
“Keanu lah. Semua orang juga tahu,” jawab bohong Ayesha.
Sontak Kevin langsung menarik pinggang Ayesha hingga menubruk tubuh kekar Kevin.
“Ampun, Mas.” Ayesha meringis sembari menutup matanya. Ia sadar bahwa kebohongannya tadi membuat marah si beruang.
Kevin tidak bisa untuk menahan senyum itu. Ia semakin gemas melihat ekspresi istrinya yang takut dimarahi. “Kalau ga mau kena hukuman jangan buat orang marah.”
“Iya, iya, ganteng kamu. Pokoknya kamu paling ganteng, Mas Kevin.”
“Nah begitu dong. Baiklah, aku lepaskan.”
Ayesha senang mendengar kalimat itu dan langsung membuka mata. Namun, dengan cepat Kevin kembali mengecup bibir Ayesha.
“Mmpph ….” Ayesha berontak, tapi sayang tubuhnya sudah lebih didorong oleh Kevin ke tembok dan menghimpitnya.
Kevin mengendalikan permainan, hingga Ayesha pun pasrah dan mengikuti permainan lidah suaminya. Sampai beberapa menit kemudian, pangutan itu pun Kevin lepaskan.
“Oh, hah … Hah … hah.” Ayesha menarik nafasnya panjang. Ia benar-benar hampir tidak bisa bernafas. Pasokan oksigennya habis, tapi lidah Kevin masih saja membelitnya.
“Mas, jahat. Mas, hampir aja membunuhku.” Ayesha memukul dada bidang itu yang saat ini sedang tertawa.
Kevin pun merasakan hal yang sama seperti Ayesha. Nafasnya pun tersengal. Ia juga hampir kehabisan nafas, tapi kegiatannya tadi enggan untuk dilepaskan. Bibir Ayesha terlalu candu untuknya.
“Sorry.” Kevin masih tertawa sembari tangannya terulur ke kepala Ayesha dan mengacak-acak rrambutnya yang masih panjang. “Aku balik ke ruang kerja. Jangan sendirian di sini! Banyak hantu.“
Kevin melenggang pergi. Lalu, Ayesha ikut berlari mengejar suaminya. “Mas tunggu!”
Di balik itu, Kevin tersenyum lebar. Ia tahu, bahwa Ayesha adalah wanita penakut. Bukan hanya takut dengan hantu tapi dengan binatang melata sekali pun seperti cicak dan kecoa, apalagi binatang buas.
****
Pagi harinya, Kevin sudah siap dengan kaos dan celana nike. Pria itu bangun lebih dulu dari Ayesha. Ia sengaja ingin jogging mengitari kompleks seperti aktivitas sebelum ia menikah. Di setiap hari minggu, Kevin selalu menyempatkan diri berlari mengelilingi daerah rumahnya.
Ayesha yang masih berada di atas tempat tidur pun terbangun. Ia melihat Kevin yang sudah rapi. “Kemana, Mas?”
“Ke kantor,” jawab Kevin asal sambil memakai jam tangannya.
“Ini hari libur, Mas. Ngapain ke kantor?” tanya Ayesha polos.
Kevin tertawa. “Ya ampun, Ay. Sepertinya kamu masih ngantuk deh. Ya udah tidur lagi sana.”
Ayesha melihat ke arah jam dinding, ternyata hari masih sangat pagi. Bahkan sepertinya matahari belum keluar sempurna. Ia melihat Kevin yang hendak keluar dari kamar dengan pakaian olahraga. Lalu, ia pun langsung bangun dan menghalau kepergian suaminya.
“Aku ikut. Aku ga mau ditinggal sendirian di sini.”
Ayesha masih takut dengan perkataan Kevin sebelumnya yang menyatakan bahwa rumahnya banyak hantu. Ditambah ia sendiri pun pernah merasakan sesuatu yang aneh di rumah besar ini.
“Kelamaan. Kamu belum bersih-bersih, ganti baju.”
“Sebentar, Mas. Aku Cuma gosok gigi doang. Mandinya abis olahraga aja.”
“Jorok.” Kevin mentoyor kening Ayesha. “Ya udah sana, cepat! Aku tunggu dibawah.”
“Jangan!” Ayesha menahan lengan Kevin. “Tunggu di sini aja ya. Ya,” kata Ayesha yang menampilkan senyum manisnya, tapi Kevin tetap menampilkan wajah datar walau ia juga ingin tersenyum karena terhipnotis oleh senyum manis istrinya tadi.
“Baiklah, cepat!”
Ayesha pun langsung lari ke kamar mandi.
Ayesha menepati perkataannya. Ia sudah rapi hanya dengan waktu sepuluh menit. Kemudian, Kevin mengajak Ayesha berlari mengelilingi kompleks.
“Nah, coba kamu seperti ini setiap hari, Ndut.” Ledek Kevin yang berlari beriirngan dengan istrinya.
“Terus aja, panggil aku gendut.”
“Iya, Ndut. Aku akan panggil kamu Ndut.”
“Mas Kevin,” teriak Ayesha yang berlari mengejar Kevin.
Kevin tertawa. Ternyata walau tubuh Ayesha tidak langsing, tetapi wanita itu cukup energik.
“Ay, lewat sini. Jangan lewat situ!” kata Kevin yang meminta istrinya untuk tiddak berbelok ke kiri.
“Tapi lewat sini jalan pintas, Mas. Lebih cepat sampe rumah,” jawab Ayesha.
Mereka ssudah cukup lama berlari dan kini saatnya untuk kembali pulang.
“Jangan lewat situ! Sini aja,” kata Kevin lagi.
Namun, bukan Ayesha namanya kalau menuruti perintah Kevin. Wanita itu pun terus berjalan ke arah yang ia anggap benar dan paling cepat menuju kediaman Kenan. Namun, Kevin hanya berdiri mellihat istrinya yang berbeda jalan. Kevin melihat Ayesha yang tampak berlari semakin jauh. Lalu, ia pun membalikkan tubuhnya dan membiarkan Ayesha melewati jalan itu, karena memang jalan itu jalan yang paling cepat menuju rumah. Tapi Kevin enggan melewati jalan itu, karena area rumah di sana banyak yang memelihara Anj*ng.
“Mas, tunggu!” tiba-tiba Ayesha berlari ke arah Kevin dan memeluk lengannya.
“Mas, di sana banyak guguk.”
Kevin tertawa. “Di sini juga ada. Tuh!”
“Aaa … Mas, takut.” Ayesha semakin menghimpit tubuh Kevin.
Kevin tertawa. Ia bisa merasakan dada bulat Ayesha yang menempel pada lengannya, terasa empuk-empuk kenyal.
“Mas,” Ayesha masih ketakutan. Ia memeluk erat Kevin dari samping.
Tempat yang Kevin lewati saat ini memang tidak luput dari binatang menggemaskan tetapi bisa jadi liar jika dilepas. Hanya saja jalan yang dilewati Ayesha tadi lebih banyak dibanding jalan ini.
“Mas, Mas.. Guguknya mendekat.”
“Ngga. Dia ga gigit asal kamu ga lari.”
“Mas, Mas, takut.”
Kevin tertawa. Lalu, ia berjongkok. “Ayo naik!”
Ayesha terharu saat Kevin berjongkok dan menepuk punggungnya. “Aku di gendong?”
“Iya. Pake tanya lagi. Ayo cepat naik!”
Ayesha pun menaiki punggung Kevin dan melingkarkan kakinya pada pinggang itu. Ternyata Ayesha tidak se berat yang Kevin kira.
“Berat, Mas.” Kata Ayesha yang sudah berada di punggung belakang Kevin.
“Iya, kamu berat banget, Ndut.”
“Mas,” rengek Ayesha, membuat Kevin tertawa.
itu sih namanya bukan cinta tapi nafsu, cinta itu melindungi bukan merusak.