Gendhis... Gadis manis yang tinggal di perkampungan puncak Sumbing itu terjerat cinta karena tradisi perjodohan dini. Perjodohan itu disepakati oleh keluarga mereka saat usianya delapan bulan dalam kandungan ibunya.
Gadis yang terlahir dari keluarga sederhana itu, dijodohkan dengan Lintang, anak dari keluarga kaya yang tersohor karena kedermawanannya
Saat usia mereka menginjak dewasa, muncullah benih cinta di antara keduanya. Namun sayang, ketika benih itu sudah mulai mekar ternyata Lintang yang sejak kecil bermimpi dan berhasil menjadi seorang TNI itu menghianati cintanya. Gendhis harus merelakan Lintang menikahi wanita lain yang ternyata sudah mengandung buah cintanya dengan Lintang
Seperti apakah perjuangan cinta Gendhis dalam menemukan cinta sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Mudhayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lepas dari Jeratan
"Beneran, nih... nggak nyariin Arnold? Aku panggilin yah?" Lintang terus menggoda Gabby.
"Lintang... udah ah, aku cuma mau bilang kalau..." Gabby menghentikan ucapannya.
"Kalau apa?" Lintang makin penasaran.
"Kalau... aku kangen sama kamu!" Ucap Gabby mesra.
Lintang sudah kehabisan kata-kata. Entah kenapa, Gabby selalu membuatnya menjadi seorang laki-laki yang merindukan kasih sayang. Bahkan semenjak kenal dengan Gabby, Lintang mulai menuntut sesuatu yang lebih dari yang selama ini bisa Gendhis berikan. Lintang selalu berkata dalam hati, kenapa Gendhis tidak seperti Gabby, yang bisa dengan mudah mengatakan isi hatinya?
"Lintang... Jawab aku... kenapa kamu cuma diem aja..." Gabby seolah sedang memancing sisi romantis kekasih barunya.
"Ohh... Maaf Gab, iyaaa... aku juga... kangen kamu." Lintang mengakui isi hatinya.
"Kok masih panggil aku Gabby sih?" Tanya Gabby.
"Loh... kan nama kamu emang Gabby, emang aku harus panggil kamu siapa? Maudy Ayunda? Cinta Laura? Atau... Natasha Wilona?" Lintang bercanda.
"Lintang... nggak lucu ah, kok kamu malah bandingin aku sama artis-artis itu sih..." Gabby merajuk.
"Sorry... sorry... aku cuma bercanda. Buat apa aku bandingin kamu sama mereka, toh buat aku kamu lebih cantik dari gadis manapun." Lintang merayu.
"Apa itu benar? Apa nggak cuma lagi gombalin aku aja?" Rona wajah Gabby memerah karena pujian.
"Ya iya lah... buat apa aku bohong?" Sepertinya Lintang sudah terbiasa berkata bohong pada dua wanita yang ada dalam hatinya.
"Kalau gitu... panggil aku sayang!" Kata Gabby.
"Kamu nantangin aku?" Lintang bertanya.
"Coba aja kalo berani..." Gabby benar-benar sudah terlena dengan pesona Lintang, hingga nama Arnold benar-benar tersingkir dari hatinya.
"Okeyy... siapa takut, Sayang..." Untuk pertama kalinya Lintang mengucapkan kata sayang, itupun pada gadis lain yang bukan tunangannya.
Dia ingat betul saat dirinya memaksa Gendhis memanggilnya dengan panggilan sayang. Itu dilakukannya dengan penuh perjuangan. Dan setelah ia berada di posisi yang sama, ternyata semudah ini? Lalu kenapa Gendhis susah sekali jika diminta memanggilnya dengan panggilan sayang?
"Ohh... Tuhan... Gabby memang telah merebut hatiku..." Ucap Lintang dalam hati.
Dan mulai saat itu... mereka sudah tak canggung lagi dengan panggilan sayang.
*****
Besok adalah hari libur pesiar. Kebetulan para taruna bebas dari kegiatan non akademik, sehingga mereka bisa menghabiskan hari minggu mereka untuk berjalan-jalan.
Seusai kegiatan Arnold kembali ke asrama. Ketika ia bersiap hendak mandi, tiba-tiba ponselnya berdering. Arnold melihat nama Gabby memanggilnya.
"Gabby... lagi...! Pasti mau ngajak ketemuan. Tahu aja kalo besok gue libur." Gumam Arnold sambil mengangkat telepon.
"Iya, Gab... ada apa?" Tanya Arnold tanpa basa basi.
"Arnold... udah lama banget kita nggak pernah teleponan, sekali-kali tanya dong kabar aku gimana?" Ucap Gabby.
Arnold hanya menarik nafas panjang.
"Iya deh... Gabby, gimana kabar kamu?" Arnold turuti saja perkataan Gabby sekedar untuk menyenangkan hatinya.
"Kabar ku baik... tapi telat pertanyaan nya." Jawab Gabby.
Arnold heran, apa sebenarnya mau Gabby. Nggak ditanya salah, ditanya juga salah.
"Arnold... besok pagi, kita bisa nggak ketemu? Bentar aja..." Kata Gabby.
"Tapi besok..." Belum selesai Arnold bicara, Gabby sudah memotong ucapannya.
"Tapi apa? Jangan bilang kalau besok kamu ada kegiatan non akademik lho ya..."
Arnold semakin heran. Dari mana Gabby bisa tahu kalau besok ada libur pesiar?
"Bisa Kan? Bentaaar aja. Aku janji nggak akan lama. Kali ini... aja. Please..." Gabby memaksanya.
"Eeemm... ya udah, besok aku tunggu di Caffe De La Guna depan Akmil jam sembilan pagi." Arnold ahirnya menyanggupi ajakan Gabby untuk bertemu.
"Okeyy... sampai bertemu besok pagi yah..." Ucap Gabby lantas menutup teleponnya.
*****
Minggu pagi, para taruna sudah mulai menikmati hari libur mereka. Tak terkecuali Arnold. Ia berjalan menuju pintu keluar Akademi Militer menuju De La Guna Caffe yang hanya berjarak beberapa meter di seberang jalan.
Arnold masuk ke dalam Caffe tersebut. Belum nampak Gabby di dalamnya. Arnold segera duduk lamtas memesan minuman favoritnya.
Beberapa saat kemudian, Gabby datang dan berjalan menuju meja Arnold.
"Arnold, maaf ya terlambat. Kamu udah dari tadi?" Tanya Gabby.
"Nggak kok, baru aja." Jawab Arnold.
Setelah berbincang beberapa menit sambil menikmati orange juice pesanan mereka, Gabby lantas mulai bicara tentang maksud dan tujuannya menemui Arnold pagi itu.
"Arnold... aku pengen ngomong sesuatu sama kamu, tapi... sebelum itu aku harap kamu bisa maafin aku." Ucap Gabby sedikit gugup.
Arnold mulai penasaran, sebenarnya ada hal penting apa yang membuat Gabby ingin segera menemuinya.
"Kamu mau ngomong apa?" Arnold bertanya.
"Kamu jangan marah yaaa... dan aku harap setelah ini kita masih bisa saling berkomunikasi." Gabby sedikit ragu-ragu.
"Iya... tapi soal apa Gab? Aku nggak ngerti maksud kamu." Arnold semakin penasaran.
Kalau dilihat dari bahasa tubuhnya, Arnold melihat Gabby ingin membicarakan sesuatu yang penting. Ia berbaik sangka dan berharap Gabby akan melepaskan ikatannya, maka Arnold akan sangat bahagia.
"Arnold... aku minta maaf, kalau selama ini aku udah bohongin kamu. Aku tahu kita sudah bertunangan, tapi aku nggak bisa bohongin perasaan ku sendiri. Arnold... aku dan Lintang... kami saling mencintai..." Gabby ahirnya berkata jujur.
"Apa? Kamu dan Lintang? Kalian..." Ucap Arnold terputus, seolah dia terkejut mendengar pengakuan Gabby. Padahal dalam hati ia merasa sangat bahagia, ahirnya rencananya selama ini berjalan mulus. Dia cuma heran, kenapa Lintang tak mengatakan hal ini sebelumnya? Ah... itu nggak penting... yang lebih penting adalah sebentar lagi dia akan bisa terlepas dari jeratan gadis posesif itu.
"Iya... aku dan Lintang... kami sudah menjalin hubungan sejak beberapa bulan yang lalu. Maafin aku. Dan aku harap kamu juga nggak akan marah sama Lintang. Semua terjadi begitu aja tanpa kami sadari." Lanjut pengakuan Gabby.
Arnold dengan susah payah berusaha meneteskan air matanya buayanya agar Gabby tak curiga bahwa sebenarnya dia yang menyuruh Lintang untuk berpura-pura mencintainya.
"Gabby... ada pepatah mengatakan bahwa cinta tak harus memiliki. Mungkin kata-kata itulah yang pantas untuk ku saat ini. Kalau kamu memang sungguh-sungguh mencintai Lintang, aku ikhlas melepaskan mu." Arnold pura-pura bersedih, padahal dalam hatinya inilah saat yang paling ia tunggu.
"Kamu serius Arnold?" Gabby memastikan.
"Iyaaa, aku ikhlas asalkan kamu bisa bahagia." Lanjut Arnold.
"Makasih Arnold..." Gabby langsung memeluk Arnold. Ia amat bersyukur Arnold mau memahaminya.
Semntara Arnold, dalam dekapan Gabby, dia mengepalkan jari lantas menarik lengannya sendiri, sambil berka "Yeeeessss! Ahirnya aku berhasil lepas dari Gabby."
Gabby melepaskan pelukannya dan segera Arnold melanjutkan akting sedihnya, karena tak ingin Gabby curiga.
"Iya Gab... semoga kamu bahagia bersama dengan Lintang." Ucap Arnold.
"Iya... dan semoga kamu mendapatkan ganti ku, cewek yang jauh lebih baik dari ku." Lanjut Gabby.
"Ohhhh... itu pasti..." Ucap Arnold dalam hati.
"Dan... soal pertunangan kita, kamu nggak perlu khawatir, aku yang akan ngomong sendiri sama papa, aku yakin mereka pasti bisa mengerti." Kata Gabby si gadis manja itu. Anak tunggal dari seorang pengusaha properti yang selalu mendapatkan apa pun yang ia inginkan.
Setelah memutuskan untuk membatalkan pertunangan mereka, Arnold dan Gabby pergi meninggalkan Caffe.
Arnold sudah tak sabar ingin segera menyampaikan kabar bahagia ini pada Lintang sahabatnya. Dia juga ingin berterimakasih karena tanpa sepengetahuannya, ternyata Lintang diam-diam sudah bersedia membantunya untuk lepas dari jeratan Gabby.
*****
Gandis juga baru lulus SMA kok bisa langsung jadi guru?