Dikhianati menjadikannya penuh ambisi untuk balas dendam.
Semua bermula ketika Adrian berniat memberi kejutan untuk kekasihnya dengan lamaran dadakan. Tak disangka, kejutan yang ia persiapkan dengan baik justru berbalik mengejutkannya.
Haylea, kekasih yang sangat dicintainya itu kedapatan bermesraan dengan pria lain di apartemen pemberian Adrian.
Dendam membuat Adrian gelap mata. Ia menjerat Naomi, gadis belia polos yang merupakan bekas pelayan kekasihnya.
Tadinya, Adrian menjerat Naomi hanya untuk balas dendam. Tak disangka ia malah terjerat oleh permainannya sendiri. Karena perlahan-lahan kehadiran Naomi mampu mengikis luka menganga dalam hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34 : Pastikan Dia Tidak Bisa Bekerja Dimanapun!
“Selanjutnya Anda akan ke mana, Nona?” Bruno membuka suara setelah beberapa saat Naomi terdiam.
Wanita muda itu masih bersandar sambil menghela napas panjang. Ia membuka lembar koran yang kusut dan membaca kembali beberapa iklan lowongan kerja. Semua yang memungkinkan baginya sudah didatangi dan berakhir dengan penolakan.
Kesal bercampur sedih, Naomi meremas koran hingga membentuk bola kecil. Lalu ia hempas keluar secara sembarangan.
“Nona, jangan membuang sampah sembarangan. Apa Nona tidak tahu kalau membuang sampah sembarangan itu ada saksinya?” Bruno segera turun dari mobil dan memungut kertas koran yang dibuang Naomi. Ia masukkan ke tong sampah yang tersedia.
“Kalau membuang sampah sembarangan ada sanksi, kenapa si tua bangka arogan itu tidak takut membuangku?” Suara Naomi terdengar lesu.
Anda memang luar biasa, Nona. Hanya Anda yang berani menyebut Tuan Adrian seperti itu.
“Maksudnya bagaimana, Nona?” tanya Bruno tak mengerti.
“Aku 'kan hanya sampah bagi tuanmu, dan dia akan membuangku sembarangan setelah bosan nanti. Kamu tahu ke mana? Ke tempat Madam Leova.”
Bruno melirik Naomi dari pantulan kaca spion. Sebenarnya ia juga merasa kasihan dengan istri tuannya itu. Tetapi, Bruno tak dapat berbuat apapun. Ia juga belum memahami maksud Adrian menikahi Naomi.
“Nona ini bicara apa? Tidak mungkin tuan melakukan itu. Anda 'kan istrinya.”
“Kamu tahu apa? Dia selalu mengancamku dengan menggunakan nama Madam Leova. Entah kapan dia akan merealisasikan ancamannya itu. Aku yang bodoh tinggal menunggu waktunya saja,” lirih Naomi dalam hati.
Naomi lantas mengeluarkan ponsel dari tas kecilnya. Kemudian membuka sebuah aplikasi iklan lowongan kerja. Ada beberapa lagi yang mungkin cocok untuknya.
“Bruno, bisakah kamu mengantarku ke sana?” Naomi memperlihatkan layar ponsel, di mana tertera nama sebuah toko kue. “Aku akan melamar kerja di sana, mungkin saja aku akan diterima.”
“Tentu saja, Nona.”
Tanpa menunggu lagi, Bruno melajukan mobil menuju tempat yang diinginkan Naomi.
.
.
.
Di kantor ....
Sudut bibir Adrian melengkung membentuk senyuman kala ponselnya berdering. Tertera nama bruno di sana. Ia sudah dapat menebak laporan apa yang akan diberikan sopir pribadinya itu.
“Bagaimana?” tanya Adrian sesaat setelah menggeser simbol hijau pada layar ponsel.
“Semua berjalan sesuai rencana, Tuan,” jawab Bruno.
Senyum mengembang semakin sempurna di wajah tampan Adrian. Terlihat cukup puas dengan informasi itu. “Bagus! Pastikan Naomi tidak diterima bekerja di mana pun.”
“Baik, Tuan ... Emh, Tuan ... saya masih belum mengerti kenapa Anda memberinya izin untuk pergi mencari pekerjaan. Tapi malah Anda sendiri yang meminta agar Nona Naomi tidak diterima di mana pun."
"Tidak usah banyak tanya, kerjakan saja yang kuminta," sambar Adrian membuat Bruno menggaruk kepala.
"Ba-baik, Tuan!"
"Bukankah kasihan Nona Naomi. Dia pasti sangat lelah mencari pekerjaan di mana-mana tapi tidak ada satu pun yang menerimanya. Apa yang sebenarnya Anda rencanakan, Tuan?"
Panggilan berakhir bersamaan dengan pintu kaca sebuah toko kue yang terbuka. Naomi tampak tidak bersemangat meninggalkan toko kecil tersebut.
“Bagaimana, Nona?” tanya Bruno setelah Naomi naik ke mobil.
“Ditolak lagi,” jawab Naomi singkat, lengkap dengan wajah tertekuk.
“Saya ikut sedih, Nona.”
“Tidak masalah, aku akan mencari pekerjaan sampai ada yang menerimaku.” Ia menarik napas dalam. Seolah sedang berusaha menyemangati dirinya.
“Tapi sayang sekali tidak akan ada perusahaan manapun yang menerima Anda, Nona. Tuan sudah memblacklist Anda di mana pun,” ucap Bruno dalam hati.
.
.