“Tenanglah! Aku ada di sini untukmu.”
Ana seorang gadis yatim piatu yang asal mulanya tinggal bersama pamannya, Ana masih duduk di bangku SMA usianya baru 18 tahun,
dia terpaksa sekolah sambil bekerja di rumah seorang pria tampan yang tak lain adalah bos di tempat pamannya bekerja. Ana terpaksa melakukannya karena keinginan bibiknya yang tak menyukainya dan hanya akan menambah beban bagi keluarga mereka. Namun siapa sangka kehadirannya di rumah majikannya itu bisa membuat seorang pria tampan sedingin es semacam Haris Mahendra (28 tahun) tanpa sadar sudah jatuh cinta kepadanya. Akankah perjalanan cinta mereka akan berjalan mulus? sementara Aris sendiri sudah memiliki seorang wanita yang sangat di cintainya yaitu Bellena, istri nikah sirinya. Mereka terpaksa menikah siri karena alasan kedua belah pihak keluarga mereka yang tidak menyetujui hubungan mereka.
Penasaran?
Yuk cus langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rova Afriza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode Dua puluh Enam
Sebelum Ana keluar dari dalam
Kamarnya. Dia terlebih dahulu menyempatkan untuk mengedarkan pandangannya
ke arah ruang tamu di mana majikannya itu tengah duduk tadinya, karena takut kalau pria itu masih berada di sana.
Setelah di lihatnya kalau pria itu memang sudah tak lagi berada di sana, Ana pun langsung keluar dari kamarnya, dengan
berjalan kaki secara mengendap-ngendap.
"Apa pria itu sudah berada di dalam kamar sekarang?" Batinnya. Seraya membuka pintu kamar majikannya itu secara perlahan, demi mengintipnya.
Fuhh...
"Keberuntungan memang selalu
berpihak padamu Ana." Dia sudah sangat
senang, saat melihat kalau pria itu juga
tak berada di kamarnya.
"Mungkin saja saat ini dia tengah berada
di dapur, untuk menghabiskan semua sisa nasi goreng tadi, secara, nafsu makannya
kan kuat hihiiii." Ana benar-benar geli
saat membayangkan bagaimana lucunya pria itu ketika memakan nasinya.
Dengan langkah yang begitu santainya, dia sudah memasuki kamar majikannya itu demi mengambil sebuah keranjang, tempat di mana baju kotor Aris biasanya di tumpuk, yang terletak di sebelah lemari pakaiannya itu.
Ceklek...
Suara pintu kamar terbuka.
Belum sempat Ana mengambil
keranjangnya, dia sudah di buat kelabakan, saat mendengar suara pintu terbuka yang berasal dari dalam kamar mandi majikannya itu.
Secepat kilat dia sudah bersembunyi di bawah kolong ranjang, agar majikannya itu tak menyadari kehadirannya di sana. Dia benar-benar tak ingin bertemu dengan pria itu, takutnya pria itu akan menjadi salah paham terhadapnya, dan menganggap kalau kedatangannya kesana untuk menggodanya. Di tambah lagi dengan adanya kejadian tadi, ketakutannya semakin menjadi-jadi dan benar-benar tak ingin bersitatap dengan pria itu sekarang.
"Tuhan, semoga saja dia tak
menyadari kehadiranku." Doa Ana. Saat melihat kaki majikannya itu tepat berdiri di hadapannya.
Glundung...
Saat Aris, ingin mengambil sisirnya,
tanpa sengaja tangannya sempat menyenggol sebuah deodoran, sehingga langsung menyebabkan deodoran tersebut menggelinding sampai ke tepi ranjangnya.
"Ya tuhan, tolong lindungi hambamu yang begitu lemah ini," Doanya lagi. Seluruh tubuhnya sudah gemetaran, karena takut akan ketahuan oleh majikannya itu.
"Ha.Haa...hachii....."
Sialnya, di saat darurat seperti ini, hidungnya justru secara tiba-tiba menjadi gatal. Ana hanya bisa merutuki hidungnya, karena tak bisa di ajak kompromi.
Sementara Aris, langsung di buat terkejut saat itu juga, karena bisa mendengar suara orang bersin yang tak begitu jauh dari indera pendengarannya itu.
Tak lama setelah itu, dia pun langsung membungkukan badannya demi mengambil Deodoran yang terjatuh tadi. Bahkan dia juga berencana akan mengintip ke bawah kolong ranjangnya, takutnya ada seseorang yang tengah bersembunyi di sana.
Deg...deg...
Jantung Ana semakin berpacu dengan cepatnya, saat melihat jari tangan pria itu yang sudah tak lagi jauh dari hadapannya.
Segala doa terus dia panjatkan agar bisa lolos dari penglihatan pria itu.
Dret...Dret..drett...
Belum sempat Aris mengintip ke bawah ranjangnya, dia sudah terlebih
dahulu di kejutkan dengan suara ponselnya itu.
"Hallo ma?" Ujar Aris saat teleponnya
sudah terhubung.
"Sayang, mainlah ke rumah sekarang!
Mama sama papa, Rindu padamu."
Ujar Rika menjawab.
"Tapi Ma, kalau Mama nyuruh Aris
main ke rumah hanya untuk membicarakan perjodohan Aris dengan para Wanita pilihan kalian, Aris keberatan," Tolak Aris cepat.
Dia sudah hapal betul kalau kedua orangtuanya memang mempunyai kebiasan untuk menjodohkannya dengan para Wanita pilihan mereka. Dengan alasan, kalau mereka tengah merindukannya demi membuatnya agar mau berkunjung ke rumah mereka.
"Sayang, kok bicaranya seperti itu sih?
Mama, papa kan sedang rindu padamu,
masa iya setiap kali orang tua
menyuruhmu datang, kau selalu
berfikiran negative seperti itu!"
Suara Rika terdengar begitu kesal, saat mendengar ucapan anak semata wayangnya itu.
"Baiklah." Akhirnya Aris mau menyetujuinya.
Toh dia memang sudah cukup lama, tak berkunjung ke rumah kedua orang tuanya itu lagi. Mungkin saja apa yang di katakan oleh
mamanya barusan adalah kebenarannya. Aris sempat merutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya dia berfikiran yang tidak-tidak terhadap kedua orang tuanya itu.
Deg....deg...deg...
Ana sudah tak lagi bisa mendengar apa yang tengah di bicarakan oleh majikannya itu lewat telepon. Karena dia hanya sibuk mengatur ritme jantungnya yang mendadak seperti sehabis ikut lomba lari maraton karena takut ketahuan.