Bringing Back My Ex Wife

Bringing Back My Ex Wife

Child Free

#01

Kedua tangan Leon gemetar ketika menemukan benda yang tanpa sengaja jatuh dari tas milik Agnes. Refleknya sebagai dokter langsung bekerja, ia membaca label dalam kemasan botol obat tersebut, dan akhirnya ia menemukan jawabannya. 

Isi di dalam botol itu ternyata pil pencegah kehamilan, sejak kapan? Kenapa? Dan apa alasannya? 

Leon pikir ia sudah mengenal istrinya di 8 bulan pernikahan mereka saat ini, tapi ternyata ini hal paling luar biasa yang ia temukan sepanjang perjalanannya menjadi suami dari wanita bernama Leony Agnes. 

Tak lama kemudian Leon mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, dan melihat sang istri keluar dari sana dengan tubuh memakai bathrobe dan handuk yang membungkus rambutnya yang masih basah. 

Dari pantulan cermin, Leon melihat Agnes tengah mencari-cari sesuatu di dalam tasnya, Leon diam dan menunggu apakah Agnes akan bertanya padanya, atau tidak. Tapi bibir Leon terlanjur gatal, jadi ia yang bertanya lebih dahulu. 

“Apa yang kamu cari?” 

Agnes mendongak dengan senyum tipis, “Bukan hal penting, lupakan saja,” jawabnya. 

Kemudian Agnes duduk di depan meja rias membuka laci tempat ia menyimpan hair dryer. “Ayo, cepat! Aku ada janji bertemu Chef Vinka.” 

“Aku tanya sekali lagi, Yang. Apa yang kamu cari?” 

Leon kembali bertanya dengan wajah datar nan dingin. 

Agnes sengajai mengabaikan sang suami, ia mulai menyalakan mesin hair dryer, agar bisa segera mengeringkan rambutnya. Namun, Leon justru menarik kabel benda tersebut, hingga mesin hair dryer mati seketika. 

“Leon! Tadi kamu sengaja mengulur waktuku, sekarang justru menghambat, maksud kamu apa?” 

“Apa benda ini yang kamu cari?”

Wajah Agnes pucat, namun dengan cepat ia menguasai diri. “K-kamu, dapat dari mana benda ini? Kenapa ka—”

“Jawab saja pertanyaanku! Apa benar itu yang kamu cari?!” 

Leon kembali menegaskan pertanyaannya, menuntut jawaban yang bahkan Leon takut jika mendengarnya. 

“Iya.”

“Kenapa kamu memilikinya?”

“Sudah sangat jelas, untuk mencegah kehamilan.” 

Leon tergugu di tempatnya, tak menyangka jawaban itu meluncur dari mulut istrinya. Leon adalah anak bungsu, dan ia adalah sosok yang kesepian saat masih kanak-kanak, hingga ia sangat mendambakan untuk segera memiliki anak jika sudah berumah tangga. 

Tapi kenyataan ini tak sesuai dengan fakta yang ia harapkan, “Kenapa harus dicegah? Sementara aku sangat berharap akan hadirnya anak diantara kita?” tanya Leon dengan wajah dan bibir bergetar. 

“Aku tak menginginkan kehadiran seorang  anak, maaf.” 

“Harusnya kamu mengatakan padaku sedari awal!” 

“Sudah berusaha ku lakukan! Tapi kamu tak mau mendengarku, kamu buru-buru memutuskan pernikahan kita, padahal kita baru mulai berpacaran. Jadi jelas ini salahmu!” tuding Agnes. 

“Apa? Salahku?”

“Iya.”

Di tengah suasana tegang yang kian memanas, Leon tertawa sumbang, padahal mereka tertawa mesra ketika satu jam lalu berpadu mesra di atas pembaringan kamar tersebut. 

“Pernikahan terjadi bukan hanya karena insting alami manusia untuk pemenuhan hasrat di tempat yang seharusnya. Namun, lebih daripada itu, tujuan utama pernikahan adalah melahirkan generasi penerus, agar kehidupan manusia di alam semesta terus berjalan.”

Benar apa yang Leon katakan, tapi itu tak berlaku bagi Agnes yang sejak kecil mengalami trauma berat dengan pernikahan orang tuanya. Ia terlahir dari pasangan yang sudah menikah, tapi entah mengapa, hingga detik ini, Papanya tak pernah mengakui dirinya sebagai anak kandung. 

Agnes tumbuh besar hanya diasuh Mamanya, sementara Papanya sudah kembali menikah dengan janda beranak 1, yang sungguh sangat disayangi oleh Papa Hendrik, ayah kandung Agnes. 

“Tapi hal itu tak berlaku untukku, aku tetap tak menginginkan anak.” 

Dengan wajah dingin, dan luka masa lalu yang belum tahu kapan bisa disembuhkan, Agnes kembali menegaskan jawabannya. 

“Apa alasanmu?” 

Agnes membuang pandangannya keluar jendela, salju tipis mulai turun, dan sekarang sudah sangat terlambat untuk bertemu dengan salah seorang instrukturnya dari akademi. 

“Kamu tahu, kan? Aku adalah anak yang tak diakui oleh papa kandungku sendiri. Hingga Mamaku di campakkan, kemudian pria itu kembali menikah dengan janda beranak satu, yang ia sayangi seperti anak kandung.”

“Aku tak ingin jika kelak aku terlanjur hamil, suamiku tak mau mengakui anakku. Dan yang terburuk ia akan membuang kami dengan alasan yang sama seperti Papaku dahulu.” 

Leon kembali tertawa miris, ia menghampiri Agnes, memegang kedua lengan wanita itu dengan lembut. 

“Itu tak akan terjadi, I promise.” 

“Butuh waktu lama untuk hatiku bisa menerima dengan mudah alasan bagi pasangan menikah yang mengharuskan ada anak diantara mereka,” ungkap Agnes dengan perasaan enggan. 

Leon melihat, Agnes yang selama ini ia kenal ceria dan mandiri, ternyata menyimpan begitu banyak luka di dalam sorot matanya. 

“Do you love me?”

“Yes, I love you,” jawab Leony yakin. 

“Me too, I love you more. But please, give me one baby, I will love it with all my heart," pinta Leon, suaranya datar dan sangat lembut, mencoba menyelami hati sang istri agar mau mengubah pendiriannya. 

Agnes melihat kesungguhan dalam sorot mata itu, namun, tentu saja belum cukup bisa untuk melunturkan kebekuan hatinya. Kemudian wanita itu menepis kedua tangan Leon, “Maaf.”

“Kamu akan menyesal, kelak.” 

“Aku pastikan, itu tak akan terjadi.”

Dinginnya cuaca di luar apartemen, tak sedingin suasana di dalam ruangan tersebut, keduanya saling menatap dalam bisu, dua ego yang tak bisa menyatu, seperti dua koin yang berlawanan. 

Leon mengangkat kedua tangannya tanpa berucap sepatah kata pun lagi, pria itu ke ruang ganti, keluar sudah rapi, tinggal memakai mantel yang digantung di lemari dekat pintu masuk. 

Leon berlalu pergi tanpa permisi. Namun, sebelum pintu tertutup kembali, Leon berkata. “Aku mencintaimu, karena itulah aku sangat berharap memiliki anak bersamamu. Tapi, bila mana kamu tetap tidak berubah pikiran—”

“Lepaskan saja aku, kamu bisa menikah lagi dengan wanita lain.”

Leon menoleh cepat, tak menyangka bila Agnes akan berkata sekejam itu padanya. Bagaimana bisa ia menikahi wanita lain hanya demi anak? Tentu Leon tak akan segila itu. 

“Pikirkan lagi keinginanmu, cukup lihat cintaku, jangan hanya luka masa lalumu. Karena kelak aku yang akan berada di sisimu hingga sisa usia kita habis.”

“Di keluargaku, pantang ada perceraian, jika itu terjadi pastilah karena masalahnya sangat krusial.”

Leon pun melanjutkan langkahnya, dan Leony hanya bisa menatap pintu yang telah tertutup. 

Air matanya berderai, “Ini semua karenamu, Pa.” 

Batin Agnes menjerit pilu, teringat ketika dengan kejam ibu tirinya mengusir dirinya yang kala itu datang hanya demi meminta uang pada sang papa untuk membayar biaya ujian praktek. Tapi ia diusir seperti lalat menjijikkan, masih pula ditambah makian, seolah dirinya memang tak layak hidup di dunia ini. 

Di sela tangisannya, tiba-tiba ponsel Agnes berdering… 

###

Semoga suka 🙏

Terpopuler

Comments

〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨

〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨

yuhuuu, hadir di karya baru Mincan, semoga sukses selalu, 🫰🫶💪💪💪

2025-10-22

0

Nar Sih

Nar Sih

hadirr kakk dan pasti ni cerita juga ngk kalah seruu👍🥰🥰

2025-10-21

0

Uba Muhammad Al-varo

Uba Muhammad Al-varo

akhirnya cerita Leon dan Leony launching 🙏🙏

2025-10-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!