NovelToon NovelToon
DRAGUNOV SAGA : Love That Defies The Death

DRAGUNOV SAGA : Love That Defies The Death

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / CEO / Mafia / Romansa / Enemy to Lovers / Roman-Angst Mafia
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aruna Kim

Apollo Axelion Dragunov, seorang mafia berhati batu dan kejam, tak pernah percaya pada cinta apalagi pernikahan. Namun hidupnya jungkir balik ketika neneknya memperkenalkan Lyora Alexandra Dimitriv, gadis polos yang tampak ceroboh, bodoh, dan sama sekali bukan tipe wanita mafia.
Pernikahan mereka berjalan dingin. Apollo menganggap Lyora hanya beban, istri idiot yang tak bisa apa-apa. Tapi di balik senyum lugu dan tingkah konyolnya, Lyora menyimpan rahasia kelam. Identitas yang tak seorang pun tahu.
Ketika musuh menyerang keluarga Dragunov, Apollo menyaksikan sendiri bagaimana istrinya berdiri di garis depan, memegang senjata dengan tatapan tajam seorang pemimpin.
Istri yang dulu ia hina… kini menjadi ratu mafia yang ditakuti sekaligus dicintai.
❝ Apakah Apollo mampu menerima kenyataan bahwa istrinya bukan sekadar boneka polos, melainkan pewaris singgasana gelap? Atau justru cinta mereka akan hancur oleh rahasia yang terungkap? ❞

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aruna Kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Di sebuah ruangan gelap yang tidak punya jendela. Seseorang sedang duduk menghadap ke layar monitor yang ada di depannya. Ruangan itu hanya berisi beton murni, dingin, sunyi, dengan aroma lembab besi tua.

Lampu tungsten kuning temaram menggantung tepat di atas meja logam panjang, membuat cahaya lingkaran sempit—dan semua yang berada di luar lingkaran itu tenggelam dalam gelap pekat.

Amberlyn duduk di sana seperti penguasa ruang itu.Dia membuka jubah luarnya, menaruhnya di sandaran kursi, lalu meletak kan flashdisk obsidian yang ia curi beberapa hari lalu. Flash disk berlambang simbol naga timur yang sangat khas Dragunov.

Rasa puas itu masih mengendap di ujung bibirnya sejak ia meninggalkan mansion tadi malam. Dia mengira ini adalah puncak permainan…Data ini bernilai miliaran dollar.Data ini adalah nadi dari puluhan proyek illegal yang bahkan CIO internasional hanya tahu di rumor.

Data ini adalah alat untuk membunuh Apollo tidak dengan peluru… tapi reputasi.Ia menyambungkan flashdisk itu ke laptop titanium pribadinya. Layar aktif dan Loading bar berjalan lambat.

Amberlyn menyilangkan kaki, jari telunjuknya mengetuk pelan permukaan meja logam dengan ritme seperti memimpin orkestra kematian. Bar loading selesai.

Amberlyn condong ke depan, bibirnya terangkat.klik. File terbuka.

Dan detik berikutnya…senyum itu runtuh. Bukan data perusahan manapun ataupun presentasi pasar bisnis internasional. Melainkan Foto Lyora.

Lyora… berdiri di sebuah pendopo tradisional, rambut panjangnya diikat setengah, memakai topeng bulan yang menutupi mata kirinya. Di sebelahnya ,Robot kelinci kecil, Neo Labbit 07CL, ikut berpose absurd dengan gaya peace.

Foto berikutnya ,Lyora selfie dengan robot itu sambil memonyongkan mulut seperti anak 10 tahun yang sedang iseng. Konyol. Tidak masuk akal dan tidak logis.

Satu file video terbuka otomatis.Lyora memandang kamera. Tenang. Lembut. Tapi penuh ironi halus.

“Kau bisa berusaha menghancurkan dia, Kak…Tapi seperti janjiku , aku akan selalu melindunginya.”

Amberlyn menegang.

darahnya naik ke kepala dalam satu detik.

Laptopnya langsung disambar, lalu dihempas kan ke samping meja hingga hampir jatuh ke lantai. Kursi berderit keras, bergeser beberapa inci ke belakang.

 Suaranya memantul, menggema brutal ke seluruh lorong bawah tanah itu.Amberlyn menunduk, kedua tangan nya mencengkeram pinggiran meja logam erat… jemarinya memutih.

Lyora sudah mendahuluinya. Lyora sudah perhitungkan langkah ini sejak awal. Lyora tahu flashdisk akan dicuri. Dia sudah menanam jebakan jauh sebelum Amberlyn bergerak.

“BED*BAH!!”

Suara itu menggema keras ke seluruh ruangan bawah tanah itu.

Alexandra muncul di ambang pintu seperti bayangan yang baru saja menampakkan diri. Berwajah dingin, tenang, tanpa perlu tergesa. Ia menatap Amberlyn yang masih meledak, lalu memiringkan kepala dengan senyum simpul yang terlalu tenang untuk sebuah kejutan.

“Ada apa?” suaranya pelan, seolah sudah menebak seluruh urutan kejadian malam itu.

Amberlyn menunjuk layar laptop yang sudah tertelungkup, napasnya masih bergejolak. Ia menceritakan dengan suara yang tercekat: bagaimana ia dirampas data, bagaimana file yang ia dapatkan ternyata hanya jebakan, bagaimana Lyora terang-terangan menertawakannya lewat pesan dan foto.

Alexandra hanya memutar bola mata, lalu tanpa tergesa ia meraih sesuatu dari balik jubah hitamnya ,sebuah peluru kecil berlapis titanium yang dingin memantulkan cahaya redup. Ia memutar peluru itu di ujung jarinya seperti memeriksa kualitas baja.

“Sudah aku bilang,” katanya tenang, dingin, “kita harus main halus.”

“Datanya mungkin salah kau ambil, tapi itu bukan akhir permainan. Kau tak perlu khawatir.”

Amberlyn mendengus. “Siapa yang bisa membalikkan keadaan ini untuk kita? Siapa yang bisa mengobrak-abrik jaringan Apollo tanpa terlacak bahkan oleh si robot mainan itu?”

Alexandra menunduk sedikit, matanya menatap tajam ke arah Amberlyn. Ada nada bangga tipis yang ia coba sembunyikan. “Aku punya seseorang,” bisiknya. “Seseorang yang dulu duduk di belakang layar-saat mereka masih punya nama panggung: Sable.”

Amberlyn mengernyit, tak percaya. “Sable? Nama panggung seorang legenda cerita anak-anak peretas. Kau bercanda?”

Alexandra tidak tersenyum. “Bukan lelucon. Sable bukan lagi legenda; dia hantu profesional. "

"Mantan arsitek enkripsi korporat yang lenyap empat tahun lalu. Dia bukan sekadar bisa membobol server, dia bisa menulis ulang jejak digital. Membuat sebuah jejak seolah- olah sebuah entitas lain yang melakukan semuanya. Dia membuat orang melihat bayangan ketika yang nyata sudah melangkah pergi.”

Amberlyn menelan ludah. Matanya melebar, setengah marah setengah kagum. “Berapa mahalnya? Apa dia mau bekerja untuk kita?”

Alexandra mengangkat bahu. “Harga?. Tentu tinggi. Tapi bukan hanya soal uang. Sable punya dendam lama dengan Apollo, sesuatu yang membuatnya tak hanya mau keterlibatan ini, ia ingin memastikan hasilnya bersih. Dia akan memasang jebakan digital:

"mengembalikan data palsu, lengkap dengan fingerprint dan jejak-akses ke dalam sistem Apollo. Jejak itu akan menunjuk ke sumber lain. Sementara itu, kita menaruh peluru… atau lebih tepatnya, kita menyiapkan opsi untuk memakainya bila waktunya tepat.”

Amberlyn mendekat, menatap peluru titanium di tangan Alexandra. Matanya redup, pikiran nya berputar cepat.

 “Jadi kau bilang… meski aku tersia-siakan sekarang, kita masih bisa balikkan keadaan. Kita bisa buat seolah-olah pihak lain yang mencuri atau membuat keruntuhan reputasi itu terjadi. Dan Lyora …?”

Alexandra menatap tajam ke arah bawah, bibirnya menegang. “Lyora telah menempat kan dirinya di jaring. Dia pintar, tapi dia juga memamerkan dagingnya di depan iblis. Sable akan memancing iblis itu keluar. Ketika mereka bereaksi, kita yang tarik tali.”

Amberlyn menarik napas panjang, lalu menutup mata sekejap. Saat ia membuka mata lagi, ada ketegasan baru di wajahnya bukan kemarahan buta, melainkan keputusan yang dingin.

“Mulai sekarang,” katanya, pelan dan tegas, “kita main sesuai aturan baru. Kita tidak terburu-buru menembak; kita memanipulasi. Kita biarkan musuh bunuh diri perlahan lewat jebakan yang kita susun. Hubungkan aku dengan Sable.”

Alexandra mengangguk. “Aku sudah mengontaknya tadi malam. Dia menunggu instruksi. Tapi ingat, sekali kita tarik benang ini, beberapa nyawa akan ikut terseret. Kau siap, Amberlyn?”

Senyum tipis kembali muncul kali ini tanpa humor. “Aku sudah siap mati untuk hal-hal yang pantas kubunuh untuk mendapatkannya.”

Di bawah meja, peluru titanium itu berderit pelan ketika Alexandra memasukkannya kembali ke saku jubahnya. Di balik dinding beton, rencana baru mulai dirajut: perang digital yang dingin, dan perang darah yang menunggu giliran.

1
Chimpanzini Banananini
makin lama makin menarik. apakah mungkin sebuah kepolosan mampu meluruhkan kekejaman seseorang?
Vᴇᴇ
"Warna merah warna cinta. Lebih penting dari kamu semua. Tanpa cinta, hidup ini tidak bermakna. Sunyinya dunia~" -Mei Mei

eh ko gue apal ya 😭
Hanik Andayani
kenapa tulisan cukup hrs pake huruf tebal thor
rahmad faujan
agak lain emang hadiahnya
Wida_Ast Jcy
udah pikun ya sampai lupa segala🤭🤭🤭
Wida_Ast Jcy
idih.... singa dijadikan hadiah. gk takut di ngap ya🤔🤔🤔
☕︎⃝❥ᗰᗴᑎGᗩᖇᗴ(╯°□°)╯︵ ┻━┻
Keren penggambarannya, sayangnya bertolak belakang sama gaya kepenulisanku🤣
Mingyu gf😘
aku juga pengen melihara singa🤣
Irfan Sofyan
sini main saja sama aku 😁😊
Irfan Sofyan
Lyora istri Apollo kah
Irfan Sofyan
memang apa kerjaan Apollo
Ani Suryani
cara membuat bos gila gimana ya
iqbal nasution
aneh juga, memilih tanpa alaan
iqbal nasution
rruasnng rahasia yaa
iqbal nasution
si lyora idiot?
Vᴇᴇ: gaa gituuu 😭
total 1 replies
Chimpanzini Banananini
bentar. di flashback ini, lyora masih anak² kah?
Chimpanzini Banananini
rill. klo dia dijadikan sandera bakalan mudah si apollo untuk melakukan apa saja
☕︎⃝❥ᗰᗴᑎGᗩᖇᗴ(╯°□°)╯︵ ┻━┻
Wkwkw, malah bawa gituan ke kamar
(づ ̄ ³ ̄)づ ARUNA I'M GONE(´∀`)♡
Siap kak. nanti aku revisi. tapi untuk saat ini belum ada waktu sih..
Wida_Ast Jcy
Menurut ku thor dialog tidak perlu ditebalkan. banyak aku temukan seperti itu. kecuali membaca pesan dari telpon ditebalkan kalimat tidak aapa lho thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!