Su Runa hanya ingin hidup tenang, bekerja santai, dan rebahan damai di apartemen kecilnya. Tapi siapa sangka, setelah satu malam penuh deadline dan mie instan, hidupnya malah “di-upload” ke dunia kolosal sebagai… tokoh numpang lewat?!
Kini dengan nama Yun Ruona, ia mendapati dirinya bukan putri bangsawan, bukan tokoh utama, bahkan bukan penjahat kelas kakap—melainkan karakter sampingan yang kalau muncul, biasanya cuma jadi latar pemandangan.
Awalnya, hidupnya berjalan damai. Sistem hanya memberi satu misi: “Bertahan Hidup.” Tidak ada skenario aneh, tidak ada takdir tragis, tidak ada paksaan ikut alur novel. Ia tumbuh sebagai gadis biasa, menjalani kehidupan versinya sendiri—bebas dan santai.
…sampai takdir iseng mempertemukannya dengan seorang pria misterius. Sejak saat itu, hidup Yun Ruona yang tenang berubah jadi drama tak terduga, penuh salah paham kocak dan situasi yang bikin geleng-geleng kepala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Aaliyah Thoati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33: Adonan Kasih, Lembut di Hati
Langit Yunshan memulai harinya dengan lembut. Kabut pagi menari di antara pucuk bambu, sementara cahaya matahari pertama menyentuh halaman batu di kediaman keluarga Yun. Burung-burung kecil bernyanyi dari balik atap genting, seolah ikut merayakan sesuatu yang belum mereka tahu.
Angin dari arah gunung membawa aroma embun dan tanah basah. Di paviliun timur, Yun Ruona duduk di depan meja kecilnya, pena buluh di tangan. Buku rencana terbuka di hadapannya, halamannya penuh dengan gambar dan catatan kecil — lingkaran, roda, dan garis-garis yang tampak sederhana tapi berpadu seperti rahasia. Boneka Xiao Ming bersandar di sisinya, kalung di leher boneka itu berpendar lembut, memantulkan cahaya pagi ke permukaan halaman.
>【Tanggal terdeteksi: bulan kelahiran subjek utama.】
>【Efek lingkungan: energi keluarga meningkat 8%。】
Su Yulan datang membawa kain tenunan biru muda untuk menghias meja batu di halaman. Cahaya pagi menembus kisi jendela dan menari di wajahnya yang lembut. Ia berhenti sejenak, memandangi putrinya yang menulis dengan keseriusan seorang dewasa, lalu tersenyum kecil.
“Nana, tahu hari ini hari apa?” tanyanya lembut.
Yun Ruona menatap ke langit biru yang bersih. Pandangannya seolah menembus awan — ada sesuatu di sana, antara kenangan dan waktu.
“Hmm …” gumamnya pelan, “hari di mana langit menandai waktu Nana lahir kembali.”
Su Yulan menunduk, sedikit tertegun oleh jawaban yang tak seperti anak lima tahun.
“Lahir kembali?” ulangnya pelan, lalu tersenyum sambil membelai rambut hitam lembut itu. “Benar juga. Hari ulang tahunmu, ya?”
Yun Ruona mengangguk dengan serius, lalu tiba-tiba menatap ibunya dengan semangat baru. “Niangqin, Nana mau sesuatu hari ini.”
“Oh?” Su Yulan menurunkan kain yang dibawanya, separuh penasaran. “Apa yang Nana inginkan?”
Gadis kecil itu diam beberapa detik, matanya berbinar seperti menyimpan rahasia besar. Lalu ia tersenyum — senyum yang begitu tulus hingga seolah membuat udara di sekitarnya ikut berpendar.
“Nana mau kue. Kue ulang tahun.”
Ia meletakkan kain di atas meja, menatap anaknya dengan mata penuh kehangatan.
“Kue yang pernah Nana katakan beberapa bulan lalu … yang sampai membuat pelayan dapur kebingungan membuat alat-alat aneh itu — itu kue yang ingin Nana buat hari ini?”
Yun Ruona menoleh, matanya berkilat kecil seperti embun yang memantulkan cahaya pagi. “Iya, Niangqin. Kue itu. Kue ulang tahun.”
Su Yulan menatapnya dalam diam sejenak, seolah mengingat semua kekacauan lucu yang terjadi di dapur selama musim dingin — adonan tumpah, alat patah, dan tawa yang memenuhi rumah di tengah dingin salju.
“Dan kali ini, apakah kita sudah menemukan cara agar adonan itu tak ‘marah’ lagi?” tanyanya dengan senyum geli.
Yun Ruona menunduk, tertawa kecil. “Sudah. Sekarang adonannya mau bersahabat. Karena Nana sudah tahu rahasianya.”
“Rahasia?” ulang Su Yulan, mencondongkan tubuh.
“Kalau api di luar tenang, adonan di dalam ikut tenang. Kalau hati kita bahagia, kuenya juga mau jadi lembut.”
Su Yulan tertegun, lalu tersenyum lembut. “Kau memang gadis kecil dengan cara berpikir orang dewasa, Nana.”
>【Analisis sistem: resonansi batin ibu-anak meningkat.】
>【Efek lingkungan: kestabilan rumah meningkat 11%。】
Angin pagi bertiup lembut, menggoyangkan tirai bambu di jendela. Boneka Xiao Ming di meja tampak bergetar halus, dan cahaya kecil dari kalungnya berpendar seirama dengan senyum sang gadis.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Beberapa bulan sebelum kepulangan Yun Zhen. Salju turun lembut di halaman belakang, menutupi batu-batu jalan dengan warna putih pucat. Di dalam rumah, kehangatan pelita membuat bayangan menari di dinding. Keluarga Yun makan bersama malam itu. Setelah meneguk sup jahe hangat, Yun Ruona menatap ibunya dengan rasa ingin tahu yang tak biasa.
“Niangqin,” katanya lembut, “waktu orang ulang tahun, kenapa nggak ada makanan khusus buat dirayain?”
Su Yulan tertawa kecil. “Ada, sayang. Mie panjang umur 长寿面 (cháng shòu miàn).”
“Tapi mie nggak manis,” protes Nana dengan nada polos. “Ulang tahun itu harusnya manis. Jadi, ulang tahun Nana tahun depan harus makan kue ulang tahun.”
Su Yulan mengerjap. “Kue … apa?” suaranya lembut tapi bingung, seperti baru mendengar kata asing. “Kue seperti kue beras?”
Yun Ruona menggeleng. “Bukan yang itu. Kue ulang tahun, Niangqin!”
Yun Ruona menjelaskan dengan lebih bersemangat, tubuhnya sedikit condong ke depan. “Kue yang bundar, lembut, dan punya api kecil di atasnya. Kalau ditiup, harapan kita bisa sampai ke langit!”
Su Yulan terdiam, mencoba memahami maksud putrinya. “Kue yang ... bisa nyala?” Ia tertawa kecil tanpa sadar. “Kau bermimpi aneh lagi semalam, ya?”
Yun Ruona menggeleng kuat-kuat, wajahnya serius. “Bukan mimpi, Niangqin. Nana pernah lihat—eh, maksudnya, Nana tahu bentuknya. Kue itu bundar, wangi, dan di atasnya ada api kecil. Kalau ditiup, bisa bikin harapan jadi nyata.”
Mata Su Yulan melembut. Ia tahu anaknya kadang berkata hal-hal aneh, seolah mengingat sesuatu dari tempat yang tak pernah mereka datangi. Tapi hari ini, caranya bicara terasa berbeda—bukan sekadar imajinasi, melainkan sesuatu yang benar-benar diingat.
“Lalu ... siapa yang meniup api itu?” tanya Su Yulan dengan lembut.
“Nana sendiri,” jawabnya mantap. “Karena hari ini hari Nana lahir, jadi Nana yang berdoa.”
Su Yulan menatap putrinya lama, lalu tertawa kecil. “Baiklah, kalau begitu … Niangqin akan bantu Nana buat kue itu. Tapi Nana yang harus ajari Niangqin, karena Niangqin belum pernah dengar tentang ‘kue ulang tahun’ sebelumnya.”
Mendengar itu, Yun Ruona menepuk tangannya pelan, wajahnya berbinar seperti fajar yang menembus kabut.
“Nana janji, Niangqin pasti suka! Kue itu bukan cuma manis, tapi bisa bikin hati jadi hangat.”
Pelayan di belakang saling pandang, menahan tawa kecil. Tapi Yun Haoran hanya mengangkat alis dengan senyum samar.
“Kalau itu bisa bikin gadis kecil Diedie bahagia,” katanya akhirnya, “mari kita coba buat.”
>【Analisis sistem: inisiasi tradisi baru terdeteksi.】
>【Efek awal: resonansi keluarga meningkat 9%。】
>【Catatan: ‘Hari manis’ — potensi tradisi budaya teridentifikasi.】
>【Status: ide dalam tahap benih.】
Beberapa waktu pun berlalu. Musim dingin menua perlahan. Kabut tebal sering turun di pagi hari, tapi di dapur keluarga Yun, percobaan demi percobaan justru membuat tempat itu hangat seperti laboratorium kecil.
Su Yulan menepuk adonan yang terlalu keras, wajahnya penuh tepung.
“Ini ... tidak naik juga,” keluhnya.
Seorang pelayan menatapnya pasrah. “Mungkin tepungnya marah, Nyonya?”
Yun Ruona berdiri di atas bangku kecil, menggambar sesuatu di papan bambu dengan arang.
“Kalau adonannya diaduk cepat, udara masuk. Jadi ringan. Kayak awan.”
Pelayan tua yang rambutnya sudah memutih menatapnya bingung. “Putar cepat … pakai tangan?”
“Enggak,” jawab Nana serius. “Pakai ini.”
Ia menunjukkan gambar poros bambu dan dua bilah kayu kecil yang bisa diputar dengan tuas.
>【Blueprint konsep awal: pengaduk udara bambu.】
>【Durasi percobaan: 12 hari.】
Percobaan pertama gagal — alat patah, adonan muncrat ke langit-langit dapur, dan pelayan tua menjerit pelan.
Percobaan kedua lebih baik: bilah bambu berputar, adonan mulai naik, tapi berhenti di tengah jalan.
Baru percobaan ketiga, busa lembut terbentuk — putih, halus, dan wangi susu.
“Seperti awan,” bisik Su Yulan.
>【Blueprint aktif: alat pengaduk bambu.】
>【Efek eksperimen: busa krim stabil 73%。】
>【Reaksi lingkungan: keheranan kolektif + kebahagiaan keluarga meningkat 12%。】
✨ Bersambung ✨
Tentang reinkarnasi jadi bayi, trus tetiba ada sistem. Tapi sistemnya bukan membantu si FL punya kehidupan lebih baik. Lebih ke sistem yang menghubungkan perasaan atau ikatan hubungan gitu. Ini sistem yang baru sih.
Dari judulnya Panduan Tokoh Numpang Lewat. sempet di sebutkan bentar di bab 1 & 4 tentang novel dan ingatan FL. Tapi masih belum di temukan. Ini sangat pas, berarti tokoh numpang lewat itu beneran lewat aja di buku tanpa ada yang kenal dan sadar akan keberadaannya.
Sepertinya dari 24 bab ini masih pembuka cerita. belum masuk ke intinya. Mungkin semakin ke tengah, akan semakin terbuka alur-alur tersembunyi lainnya.
Good job Author. Aku suka gaya pikirmu. Lanjutkan! aku dukung .... /Joyful//Determined//Applaud//Rose//Heart//Good/
bikin nagih deh. ditunggu bab berikutnya, ya!
/Good/
dengan berkat dukungan dan cinta kalian, aku bisa tetap ada di sini dan tetap melanjutkan kisah ini, meski gak mudah.
makasih semuanya! love U All ....
/Rose//Heart//Pray/
Kutunggu dewasamu, Nana!
alurnya mulus bgt. gak kerasa kepaksa alurnya, kayak lagi naik rollercoaster!
pokok sukak bgt!!!!
semangat mamathor!
/Drool//Angry//Determined/