NovelToon NovelToon
The Secret Marriage

The Secret Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Pernikahan Kilat / Nikahmuda / Persahabatan / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Marfuah Putri

Adelina merupakan seorang selebgram dan tiktokers terkenal yang masih duduk di bangku SMA.

Parasnya yang cantik serta sifatnya yang periang membuatnya banyak disukai para followers serta teman-temannya.

Tak sedikit remaja seusianya yang mengincar Adelina untuk dijadikan pacar.

Tetapi, apa jadinya jika Adelina justru jatuh cinta dengan dosen pembimbing kakaknya?

Karena suatu kesalahpahaman, ia dan sang dosen mau tak mau harus melangsungkan sebuah pernikahan rahasia.

Pernikahan rahasia ini tentu mengancam karir Adelina sebagai selebgram dan tiktokers ratusan ribu followers.

Akankah karir Adelina berhenti sampai di sini?

Akankah Adelina berhasil menaklukkan kutub utara alias Pak Aldevaro?

Atau justru Adelina memilih berhenti dan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marfuah Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengantin Pengganti

Nyanyian burung terdengar merdu di telinga. Sinar mentari perlahan merambat, membangunkanku dari lelap. Perlahan kelopak mataku mengerjap. Kepalaku sedikit berdenyut, kembali teringat apa yang baru saja terjadi semalam.

Mas Al yang mendekapku erat hingga lampu kembali menyala. Ketakutan yang masih menyelimutiku, membuatnya membantuku berbaring di ranjang. Mengelus kepalaku hingga aku terlelap dalam mimpi.

Kini, kujumpai sosok tampan yang tertidur sambil terduduk di sampingku. Tangannya masih menggenggam erat tanganku. Aku yakin, punggungnya amat pegal karena tertidur dengan posisi tak nyaman ini semalaman.

Jemariku perlahan mengusap surainya kebelakang. Kulit wajahnya putih bersih, entah skincare apa yang digunakannya hingga bisa memiliki kulit sebagus ini. Bikin iri.

Ia mengerjap. Buru-buru aku menarik kembali tubuhku ke posisi semula. Pura-pura masih tidur. Mataku terbuka kecil, menatapnya yang tengah merenggangkan otot-ototnya. Kembali aku menutup sempurna mataku saat ia menatap ke arahku.

Ia mengusap kepalaku, menciptakan debaran hebat di dada. Napasku tertahan lantaran kurasakan hembusan napas hangatnya menerpa kulitku. Cukup lama ia mengusap kepalaku sebelum kemudian bangkit dan menghilang di balik pintu kamar mandi.

"Huh." Aku menghela napas lega. Untung dia cepat pergi, kalau nggak bisa mati aku karena kehabisan oksigen.

Bibirku tersenyum malu, tubuh mungilku masuk ke dalam selimut. Kurasakan panas di kedua pipiku. Sungguh, perhatian Mas Al semakin membuatku jatuh cinta dengannya. Ah, kenapa aku merasa sangat malu.

Aku meraih kaca kecil di atas nakas. Mengecek wajahku takut kalau-kalau ada jejak air liur di sana. Bisa ilfil Mas Al jika melihat iler yang tercetak di kedua sudut bibirku.

...🍉🍉...

Hari Minggu adalah hari bersih-bersih. Itu yang diajarkan bunda padaku. Meski tak di rumah, aku tetap harus mengikuti apa yang telah diajarkan bunda. Setelah selesai mengepel, aku berniat membereskan barangku yang tak terpakai ke dalam gudang.

"Mas, minta kunci gudang." Mas Al yang tengah membaca koran menoleh ke arahku. Kacamatanya ia turunkan untuk menatapku.

"Mau ngapain?" tanyanya kemudian kembali membaca koran di tangannya.

"Ck. Mau masak! Ya mau diberesin lah, sekalian taruh barangku di sana," sahutku sedikit kesal.

"Kuncinya di atas kulkas. Ingat ya, jangan pernah sentuh barang-barang saya di gudang." Aku mengangguk sekilas lantas menuju kulkas di dapur.

Kunci dengan gantungan bulu ayam tergeletak di atas kulkas. Sepertinya ini kunci yang dimaksud Mas Al. Aku mengambilnya lantas kembali ke kamar untuk mengambil barangku.

Kuputar knop pintu gudang. Bau debu seketika menyeruak ke dalam indra penciumanku. Mas Al benar-benar gak mempedulikan gudang rumahnya. Satu dus kecil yang berisi barangku, kuletakkan di depan sebuah lemari kayu yang cukup besar.

Aku berjalan menuju jendela untuk membukanya. Udara segar segera menyeruak saat jendela kubuka. Setidaknya ini lebih baik.

Mataku menatap sekeliling gudang. Beberapa barang tergeletak cukup rapi ditutupi dengan kain putih yang sedikit menyeramkan saat gelap. Aku mengambil kardusku dan meletakkannya di meja kayu di sudut ruangan.

Mataku menatap barang-barang yang tertutup kain putih. Ada banyak barang di sini, tapi mengapa hanya barang-barang ini yang ditutupi dengan kain putih?

Karena rasa penasaran yang tak terbendung lagi, perlahan aku menarik kain putih yang menutupi barang-barang tersebut. Perlahan kain terbuka. Nampak beberapa kardus besar di sana. Aku mengambil salah satu dari kardus itu lalu membukannya.

Puluhan tumpukan undangan pernikahan tersusun rapi di dalam kardus itu. Aldevaro Ayden Mahatma dan Anaya Putri Maharani terukir dengan indah di dalam undangan itu. Aku menutup mulut membacanya. Jadi, Mas Al pernah akan menikah dengan perempuan bernama Anaya ini? Lalu, di mana perempuan ini sekarang?

Mengapa Mas Al tak menikah dengannya? Padahal puluhan undangan ini telah tercetak dengan begitu indah. Ada rasa sesak yang membumbung dalam hatiku saat mengetahui kenyataan ini. Rasa sakit yang tak bisa aku ungapkan. Hah, betapa beruntungnya perempuan ini karena mendapatkan cinta Mas Al.

Tak mau menatap luka itu terlalu lama, aku menutup kardus berisi undangan ini. Mataku terfokus pada sebuah kardus yang tak terlalu besar di atas meja. Perlahan aku membukannya. Sebuah kotak cincin, foto dan sebuah kotak musik berbentuk bola kaca yang di dalamnya terdapat boneka beruang kecil yang sangat imut.

Aku mengambil sebuah foto perempuan yang tak asing untukku. Bagaimana mungkin wajahnya amat mirip denganku? Apakah ini perempuan bernama Anaya itu? Lalu, di mana dia sekarang dan mengapa ia tak menikah dengan Mas Al? Semua sangat membingungkan untukku. Aku beralih pada kotak musik itu. Aku mengamatinya, benar-benar kotak musik yang sangat cantik.

"Delina!" Suara teriakan itu membuatku terperanjat dan tak sengaja menjatuhkan kotak musik yang tengah kupegang.

Kotak musik itu hancur berkeping-keping di lantai. Wajah Mas Al memerah menahan amarah. Ia menghampiriku dengan sepasang mata yang menatapku tajam. Aku bergeming, menelan saliva susah payah. Pandanganku tertunduk, menatap kepingan kaca yang berserakkan di lantai. Mas Al berjongkok, tangannya gemetaran meraih dua boneka beruang yang tersisa dari kotak musik yang telah hancur itu.

Ia menggenggamnya erat kemudian kembali berdiri. Matanya beralih menatap kardus yang telah kubuka.

"Bukankah saya bilang jangan sentuh barang-barang saya?!" tanyanya dengan suara yang begitu dingin nan tajam.

Aku diam tak menjawab pertanyaannya. Pandanganku tertuju ke lantai. Aku tak sanggup menatap matanya yang begitu tajam seakan ingin mengulitiku saat ini juga.

"Asal kamu tahu dua puluh tujuh tahun saya hidup, menikahimu adalah keputusan paling salah yang pernah saya buat!" Suaranya yang tajam namun dingin menusuk ulu hatiku. Ada rasa penyesalan yang terselip di sana.

Mas Al berbalik, dapat kulihat dadanya yang naik turun menahan emosi.

"Mas, maaf," cicitku pelan seraya menatap punggungnya.

Ia menoleh sekilas, matanya berkilat marah. "Saya menyesal sudah menikahi bocah sepertimu!"

Ia melempar dua boneka beruang itu ke arahku lalu pergi meninggalkanku. Mataku yang berkaca menatap punggungnya yang menghilang di balik pintu dan disusul dengan bantingan pintu yang amat keras.

Aku terperanjat, tanganku mengusap kaca-kaca di sudut mata. Tubuhku terjatuh lunglai ke lantai. Menatap dua boneka beruang yang dilemparkannya tadi. Apa aku benar-benar salah kali ini?

Dadaku semakin terasa sesak. Kata-kata Mas Al terus berulang di kepala. Benarkah ia begitu menyesal telah menikah denganku? Lalu, mengapa dulu ia menyetujui untuk menikahiku saat ayah mengajukan pernikahan konyol ini? Apa karena wajahku sangat mirip dengan perempuan dalam foto itu?

Apakah aku hanya sebuah pelampiasan untuknya karena tidak menikahi perempuan itu? Aku mengambil satu lembar undangan dalam kardus tadi. Mataku menatap tak percaya pada tanggal yang tertulis di sana. Bukankah ini tanggal pernikahanku dengannya?

Hatiku serasa tertampar begitu keras dengan kenyataan yang terpampang nyata di depan mata.

Kembali tanganku mengusap air mata yang menetes lebih deras di kedua pipi. Apa aku hanya sebagai pengantin pengganti untuknya? Lantas, untuk apa pernikahan ini jika hatinya tak akan pernah untukku?

Kupikir ia hanya tak mencintaiku, tapi nyatanya di hatinya telah ada nama perempuan lain. Lalu, untuk apalagi aku berusaha menggapai hatinya? Bukankah semua hanya menjadi percuma? Sampai kapan pun, aku tetaplah seorang pengganti yang takkan pernah bisa menjadi pemeran utama dalam hidupnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!