{ cerita ini lanjutan dari " Tiba-tiba Jadi Gadis Petani" } ....
Tiba-tiba saja jiwa Eleanor di pindahkan ke dunia paralel lain. Ia menjadi gadis miskin yang lemah dan sakit-sakitan. Kedua orang tua gadis tersebut tidak bisa membawanya kerumah sakit karena tidak ada biaya untuk pengobatannya.
.
.
.
"Eh.. dimana aku bukankah aku sedang menikmati hidup mewah ku" gumam eleanor saat ia ia membuka matanya ia sudah berada dalam gubuk reyot..
.
.
.
ini hanya cerita santai tidak banyak konflik...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jasmine Oke, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tiga puluh lima
"Baiklah, ibu nurut apa katamu saja, nanti ibu sampaikan kepada ayahmu." Kata Nining juga setuju dengan ide putrinya.
"Kalau begitu kita renovasi saja rumah lebih dahulu, setelah rumah selesai baru kita pikirkan masalah beli tanah." Tanya Leanor kepada ibunya.
"Itu juga ide bagus, rumah sudah terlalu tua tidak akan bertahan lagi, kita berbaikan saja rumah lebih dahulu." Kata Bu Nining.
*******
Tidak terasa hari sudah sore, pak Dadang pulang kerja tepat waktu, setelah selesai mandi ia mendengarkan cerita dari istrinya tentang pak kades juga ide putrinya untuk merenovasi rumah lebih dahulu. Ia hanya setuju saja karena apa yang disampaikan putrinya tidak ada yang salah.
Setelah selesai makan malam, keluarga mereka mengobrol sambil mencerna makan yang telah mereka makan.
"Ayah apa kamu punya rekening, nanti aku transfer saja uang kepadamu, jadi masalah rumah aku serahkan kepadamu sebab aku masih sibuk dengan sekolahku." Ucap Leanor kepada ayahnya.
"Ayah belum buat buku tabungan, penghasilan ayah pas-pasan saja bagaimana membuat buku tabungan." Ucap Pak Dadang dengan malu.
"Tidak apa-apa ayah, besok ayah buat buku rekening di bank, motor aku tinggal untuk ayah karena ayah yang lebih membutuhkan, besok pagi ayah antar aku kerumah ku yang ada di kota, supaya ayah tahu sekalian dimana rumahku." Ucap Leanor kepada ayahnya.
"Apa kamu tidak membutuhkan motor di kota, bagaimana jika kamu perlu." Ucap pak Dadang kepada putrinya bagaimana bisa ia memakai motor putrinya.
"Tidak ayah, sekolahku dekat kok dari rumah, sedangkan Bastian ia pakai sepeda kesekolahnya, di rumah juga ada motor listrik, jadi aku tidak membutuhkan nya untuk sekarang ayah yang lebih membutuhkan." Ucap Leanor menjelaskan kepada ayahnya.
"Kamu dengar saja apa kata Lea, jika ada motor kita juga bisa berkunjung ke kota, aku juga ingin melihat Rumah yang dibeli Lea di kota." Ucap bu Nining.
"Baiklah, setelah ayah tidak membutuhkannya lagi, ayah kembalikan padamu." Ucap pak Dadang.
"Iya ayah, terserah ayah saja." Ucap Leanor untuk sementara setujui saja dulu kata ayahnya, karena ia masih bisa membeli motor lagi bahkan mobil hanya saja ia tidak bebas memakai didesa ini.
Leanor mempunyai kekayaan dari sistem tetapi ia tidak bisa memakai dengan leluasa, benar-benar membuat dirinya dilema.
Setelah selesai mengobrol mereka semua tidur untuk menunggu hari esoknya.
Esok harinya____
Leanor terbagun dari tidurnya pukul 5 pagi, sebelum bersiap untuk sekolah ia menyelinap keluar rumah dan menuju ke sawah ayahnya, ia berencana menambahkan air spiritual kedalam sawah ayahnya, dengan begini padi ayahnya tidak akan mati justru tambah subur. Minggu depan ia akan memberikan nya lagi seperti ini.
Setelah sampai di rumah ia berkemas setelah itu memakai baju seragamnya, dan bersiap untuk berangkat bersama ayahnya.
"Lea! Apakah kamu sudah siap, coba lebih teliti apakah masih ada yang ingin kamu bawa?" Kata Pak Dadang melihat Leanor keluar sambil menyandang tas sekolahnya, tidak ada lagi barang yang dibawanya.
"Tidak ada ayah, semua barangku sudah lengkap, kita berangkat saja ayah takutnya terlambat." Ucap Leanor.
Mereka bertiga berangkat ke kota yang mengendarai motor Dadang sedangkan Bastian duduk di tengah Leanor dibelakang.
Mereka sampai di rumah Leanor pukul 6.30 pintu pagar sudah di buka Rara dan ia menunggu Leanor disana tempat pos penjagaan.
"Selamat pagi nona! Bagaimana apa perjalanan mu menyenangkan." Ucap Rara menyambut kedatangan Leanor.
"Lebay, oh ya kenalkan ini ayahku" ucap Leanor memperkenalkan ayahnya kepada Rara.
"Ayah, dia rara yang aku ceritakan kepada mu." Kata Leanor kepada ayahnya.
Rara menyapa ayah Leanor, pak Dadang hanya mengangguk lalu ia mengantarkan Leanor menuju kedepan rumahnya.
Melihat rumah yang di beli putrinya yang bertingkat dua, ia terkejut ia kira Leanor hanya membeli rumah kecil saja untuk mereka berdua kakak beradik tinggal di kota.
Leanor mengabaikan keterkejutan ayahnya, lama-lama ayahnya pasti terbiasa juga, berlahan-lahan kehidupan mereka berubah.
"Ayah apakah kamu masuk dulu, untuk sarapan tadi ayah belum sarapan, bibi Gita pasti sudah memasak." Ucap Leanor.
"Tidak usah, ayah beli sarapan di luar saja saat ayah kesini bersama ibumu saja ayah masuk." Ucap pak Dadang.
"Kalau begitu tunggu sebentar aku ada sesuatu buat ayah dan ibu, aku lupa membawa saat pulang kampung." Ucap Leanor kepada ayahnya lalu ia berlari ke kamarnya tak lama setelah itu ia kembali sambil membawa dua kotak dan memberikan kepada ayahnya.
"Ayah ini ponsel untuk ayah dan ibu, nomorku sudah didalamnya jika ayah sudah membuat buku tabungan, telpon aku!" Ucap Leanor sambil meletakkan dua kotak tersebut kepada ayahnya, dan kebetulan Bastian keluar dari garasi sambil membawa sepedanya, melihat adegan itu hatinya mencolos, kakaknya memberikan ponsel mahal kepada ayah dan ibu tapi padanya tidak.
"Kak Lea kamu tidak adil, ayah dan ibu dapat ponsel , sedangka aku tidak aku juga ingin kak!" Protes Bastian dengan cemberut.
Dadang yang melihat putranya menegurnya " kamu masih kecil belajar yang benar jangan minta yang aneh-aneh kepada kakakmu, barang ini sangat mahal kakakmu susah mencari uang, jangan buat kakakmu susah." Kata pak Dadang.
Bastian cemberut dan sedih " tapi teman-temanku sudah punya semua, kadang kami belajar juga melalui ponsel terpaksa aku meminjam punya temanku." Ucap Bastian pelan dan menunduk, pak Dadang tidak bisa berkata lagi, ia juga sedih karena ia sebagai ayah tidak bisa membelikan sesuatu untuk anak-anaknya, tapi justru tergantung kepada putrinya.
Leanor tidak tega melihat adiknya sedih ia memang lupa memberikan Bastian ponsel.
"Tidak apa-apa ayah, anak-anak sekarang kadang belajar online bisa melalui ponsel juga laptop, anak-anak zaman sekarang memang harus memiliki dua benda itu." Ucap Leanor menenangkan ayahnya " aku mencari uang memang untuk keluarga, bukan untuk diriku sendiri, untuk meringankan beban di pundak mu ayah, jadi ayah jangan banyak berpikir!"
"Maafkan ayah, tidak bisa menjadi ayah yang baik buat kalian!" Ucap pak Dadang sedih matanya memerah.
"Tidak ayah kamu adalah ayah terbaik yang sayang kepada kami dan membela kami jika kami saat kami butuh, aku sudah dewasa saat aku berbakti kepada kalian, membalas jasa-jasa kalian." Ucap Leanor menenangkan ayahnya makin lama makin sedih.
"Benar apa yang dikatakan kakak ayah, saat aku besar nanti dan mendapatkan uang juga akan ku berikan kepadamu, kamu adalah ayah terbaik bagi kami." Tambah Bastian ia tadi hanya meminta membelikan ponsel keada kakaknya lalu mengapa ayahnya sedih, melihat kakaknya menenangkan ayahnya ia juga ikutan.