Cewek matre? Itu biasa! Lalu, bagaimana dengan cowok matre? Sangat luar biasa.
Itulah yang Delia rasakan, memiliki kekasih yang menjadikannya seperti ATM berjalan. Hingga pada akhirnya, putus cinta membawa Delia yang tanpa sengaja menghabiskan satu malam bersama dengan pria asing.
Bagaimana cerita Delia selanjutnya? Yuk simak!
So Stay Tune!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 33 ONS
Delia kembali menaruh rasa curiga saat dia menemukan sebuah foto yang penuh dengan coretan berwarna merah ada di dalam laci milik Naima. Pagi tadi, Naima meminta pada Delia untuk mengambilkan obatnya yang ada di dalam laci. Tetapi, Delia menemukan sesuatu yang sangat mencurigakan. Aryan yang melihat istrinya termenung langsung menghampiri. Dia berpikir jika Delia masih terus berduka akan kepergian calon anak mereka.
"Kau baik-baik saja?" ucap Aryan, membuat Delia terkejut.
"Kau mengangetkan ku." Delia memegangi dadanya.
"Kau masih memikirkan tentang calon anak kita?" pertanyaan itu membuat Delia menggelengkan kepalanya.
'Jika aku mengatakan tentang kecurigaan ku ini pada Aryan, apa dia bisa menerimanya? Pasti dia akan marah besar padaku. Sebaiknya aku cari bukti dulu, sikap kak Naima sangat berbeda beberapa hari ini.' batin Delia.
"Aku sepertinya tau siapa dalang dibalik semua ini."
"Benarkah? Kau sudah menemukan orangnya?"
"Aku yakin kalau Jenny lah pelakunya. Dia terobsesi denganku, bahkan dia rela melakukan apa pun hanya demi bisa bersamaku."
"Kau yakin, Tuan Aryan? Apa kau tidak mencurigai orang lain selain Jenny?" Delia mencoba memancing Aryan.
"Hanya Jenny yang bisa melakukan hal serendah itu, Delia. Bahkan aku rasa dialah yang sudah menghabisi kakaknya sendiri, karena iri."
"Maksudmu?"
Aryan menatap Delia dengan lekat, sepertinya dia harus memberitahu tentang masa lalunya pada wanita itu.
FLASHBACK OFF:
Dimalam yang kelam, disertai petir dan angin kencang. Diana berjalan menyusuri pepohonan, kemudian dia masuk ke dalam sebuah gudang. Sebelum pergi ke sana, wanita cantik itu mendapatkan pesan dari Aryan yang mengatakan ingin bertemu disana. Sejujurnya hati Diana merasa ragu, karena tidak biasanya Aryan mengajak dia bertemu di tempat seperti itu.
Setelah sampai, Diana memanggil nama Aryan. Berharap ada jawaban dari sang kekasih. Namun, nihil! Gudang itu terlihat kosong.
"Apa Aryan terlambat?'' Tanya Diana pada dirinya sendiri. Mereka sudah berpacaran selama tiga tahun, dan bulan depan, keduanya akan melangsungkan pernikahan.
"Aryan! Kau dimana?" panggil Diana kembali berteriak.
Diana terkejut saat ada bayangan seseorang di belakangnya, saat dia menoleh, bayangan itu pun seketika hilang. Jantung Diana berdegup sangat kencang, dia menelan ludahnya dengan susah payah. Lalu, berjalan menuju ke belakang gudang tersebut.
"Aryan! Ini tidak lucu, jangan bercanda. Keluarlah! Atau aku akan pulang dan marah besar padamu." ucap Diana. Dia tidak tahu jika bahaya sedang mengintainya.
Dor!
Dor!
Suara tembakan terdengar menggema di dalam gudang tersebut. Diana pun jatuh ke tanah, bagian dada dan perutnya mengeluarkan darah segar. Kemudian, wanita itu menutup mata untuk selama-lamanya.
Di sisi lain, seseorang yang tadi menembak Diana, dia tertawa puas sambil berjalan menghampiri tubuh Diana yang terkulai lemas. Lalu, dirinya mengambil ponsel Diana dan mengirimkan pesan pada Aryan.
"Selesai! Tugasku berjalan dengan lancar. Dan sekarang, kita tunggu permainan selanjutnya." ucap wanita itu dengan nada seram. Dia melemparkan ponsel Diana ke sembarang arah, kemudian meletakkan pistol yang dia bawa di sebelah Diana.
"Selamat tinggal, Diana sayang." ujarnya sambil tertawa keras dan berjalan pergi dari sana.
Aryan yang mendapat pesan dari Diana buru-buru pergi ke lokasi. Saat sudah sampai disana, dia tidak menemukan siapapun.
"Diana!" teriak Aryan, tetapi tidak ada tanda-tanda Diana berada disana. Pria itu pun terus berjalan mengelilingi gudang tersebut, hingga pada akhirnya, dia menemukan Diana yang tergeletak di atas tanah.
"DIANA!" Teriaknya histeris, dia pun berlari mendekati mayat Diana.
"A—apa yang terjadi padamu?" tanyanya dengan air mata yang menetes. "Siapa yang melakukan ini padamu, Diana?" Aryan memeluk tubuh sang kekasih yang sudah bersimbah darah. Matanya menatap pistol yang ada di sebelah Diana. Tak berpikir panjang, dia pun mengambil pistol itu. Namun, hal yang tak terduga terjadi.
"Hentikan!" teriak Jenny dengan matanya yang tajam menatap Aryan yang masih memeluk Diana.
Wanita itu berjalan mendekati Aryan dengan wajah sangarnya. Dia berjongkok di sebelah Aryan, lalu menampar pipi pria itu dengan keras.
"Apa yang sudah kau lakukan pada kakakku?" tanyanya penuh penekanan.
"Kau ini bicara apa? Aku tidak melakukan apa pun!"
"Bohong!" Jenny mengeluarkan selembar kertas dari dalam tasnya. "Aku sudah tahu niat burukmu, Aryan. Jika kau tidak mencintai dia, kau bisa mengatakannya padaku. Tidak perlu menghabisinya seperti ini."
"Tutup mulutmu! Kau pikir aku yang menghabisi calon istriku?"
"Semua bukti sudah ada. Surat ini, dan pistol yang kau pegang. Jika sekarang aku menelpon polisi, maka mereka pasti akan menangkap mu, dan memberikan hukuman yang berat padamu. Lalu, Mamamu, kariermu, nama baik keluargamu, semua akan hancur begitu saja. Aku siap menjadi saksi untuk kematian kakakku, aku akan memberikan keterangan jika kaulah yang sudah menghabisinya." ucap Jenny penuh keseriusan.
"Apa maumu?" tanya Aryan dengan suara keras.
"Kau! Aku hanya mau dirimu, Aryan. Sudah lama aku menyukaimu, tapi kau tidak pernah melihat ke arahku. Kau hanya melihat ke arah Diana saja. Mungkin kalian memang tidak berjodoh, maka dari itu, Tuhan menentukan cara lain untuk memisahkan kalian berdua."
Aryan meletakkan tubuh Diana, dia berdiri sambil menarik tangan Jenny dengan kasar. "Kau mengancam ku? Jangan-jangan, kau yang sudah melakukan hal keji ini demi bisa bersamaku?" tanyanya menatap Jenny dengan tajam. Bukannya takut, wanita itu malah tertawa keras.
"Aku tidak mungkin menghabisi saudara kandungku dengan tanganku sendiri. Ckck, aku memang iri padanya, tapi aku tidak setega itu."
Aryan melepaskan genggamannya dengan kasar. Dia berteriak frustasi dan hal itu membuat Jenny merasa menang.
FLASHBACK ON:
"Apa kejadian itu sudah lama?" tanya Delia, dan dijawab anggukan oleh Aryan.
"Aku percaya padamu, Tuan Aryan. Kau pasti tidak bersalah dalam hal itu. Suatu saat nanti, kau pasti bisa membuktikan siapa yang bersalah sebenarnya." Delia memberikan kekuatan pada Aryan.
"Semua cara sudah ku coba, tapi tidak membuahkan hasil, dan kasus Diana pun ditutup. Jika aku tidak menikah dengan Jenny, maka dia akan membuka kembali kasus itu. Dia punya bukti dan akan bersaksi,"
Delia terdiam, dia merasa harus membantu Aryan untuk memecahkan masalah ini.
******
BERSAMBUNG
kaya kaca mbke /CoolGuy//CoolGuy/
biar della aja yg tunjukin bukti ke aryan biar dramatis dan usai