NovelToon NovelToon
Pewaris Terhebat

Pewaris Terhebat

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Menantu Pria/matrilokal / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:123k
Nilai: 4.4
Nama Author: BRAXX

Datang sebagai menantu tanpa kekayaan dan kedudukan, Xander hanya dianggap sampah di keluarga istrinya. Hinaan dan perlakuan tidak menyenangkan senantiasa ia dapatkan sepanjang waktu. Selama tiga tahun lamanya ia bertahan di tengah status menantu tidak berguna yang diberikan padanya. Semua itu dilakukan karena Xander sangat mencintai istrinya, Evelyn. Namun, saat Evelyn meminta mengakhiri hubungan pernikahan mereka, ia tidak lagi memiliki alasan untuk tetap tinggal di keluarga Voss. Sebagai seorang pria yang tidak kaya dan juga tidak berkuasa dia terpaksa menuruti perkataan istrinya itu.

Xander dipandang rendah oleh semua orang... Siapa sangka, dia sebenarnya adalah miliarder terselubung...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 Misterius

Xander masih mengamati ketika lelaki yang masih berjongkok di depan pusara hampir setengah jam lamanya. Selama itu pula, tidak ada tindakan mencurigakan yang dilakukan oleh ketiga pria itu selain duduk dan menggumamkan sesuatu.

Xander membuka dasi dan melepas kancing kemeja dengan tatapan tak beralih dari layar. Saat akan mengambil air minum, ketiga pria itu menjauh dari pusara, berjalan menuju sebuah bangunan yang berada di atas mereka. Akan tetapi, ia cukup aneh saat melihat pergerakan ketiga orang itu.

"Sepertinya mereka tahu kalau mereka sedang diawasi," ujar Xander dengan tangan mengepal, "jangan sampai kita kehilangan jejak mereka, Govin."

"Baik, Tuan," Govin menghubungi seseorang.

"Pasukan kita sudah bersiaga dan siap dalam menghadapi keadaan apa pun."

Ketiga pria itu memasuki Villa. Tampak lampu teras dinyalakan, sedang tirai mendadak ditutup. Muncul tiga bayangan yang begerak ke ruangan yang lebih dalam. Layar kemudian menunjukkan tiga bayangan itu yang duduk di sebuah kursi, lalu beralih pada sekeliling bangunan di mana tirai menutup semua jendela.

Seperempat jam lamanya Xander mengawasi ketiga bayangan itu dari layar hingga akhirnya mulai menyadari sesuatu. "Govin, mereka sudah pergi!"

"Pergi? Itu tidak mungkin, Tuan." Govin terkejut ketika mendengarnya. "Kita mengawasi mereka dengan sangat ketat. Bahkan, tidak sekalipun mengalihkan pandangan dari mereka. Jadi bagaimana..."

"Lihatlah!" tunjuk Xander pada layar. “Ketiga bayangan itu terus melakukan gerakan berulang-ulang. Mereka berhasil mengelabui kita! Segera perintahkan pasukan kita untuk mencari keberadaan mereka!"

"Maafkan kecerobohanku, Tuan." Govin merasa menyesal.

"Jangan katakan itu sekarang! Kita pergi menuju villa secepatnya !" perintah Xander.

"Baik, Tuan!" Govin segera memerintahkan pasukan yang ada di dekatnya untuk maju lebih dahulu menuju pusara dan villa, sedang pasukan yang sudah menyebar di sekeliling tempat diperintahkan untuk segera menyisir keadaan.

Tak lama setelahnya, mobil yang dinaiki Xander dan Govin mengikuti dari belakang. Jalan yang dilalui cukup terjal karena terbuat dari bebatuan hingga kendaraan bergerak tidak stabil selama beberapa waktu.

Begitu mobil menepi, para pengawal seketika berlari menuju villa. Bangunan itu tidak terlalu luas dan terawat dengan cukup baik meski penampilannya sudah sangat tua.

"Tuan, ambillah ini." Govin memberikan sebuah pistol pada Xander sebelum keduanya turun dari mobil dan menyusul pasukan.

Pasukan membobol pintu, begerak cepat menyisir keadaan. Xander dan Govin dikawal dari belakang dan depan dengan sangat ketat. Di sebuah ruangan, mereka melihat sebuah proyektor yang menampil tiga bayangan yang bergerak seperti tengah berbincang.

"Dugaanku tepat," ujar Xander, "segera sisir ruangan ini dengan segera."

Xander, Govin dan pasukan segera memasuki villa lebih dalam, memeriksa satu per satu ruangan dengan waspada, menyebar ke sekeliling.

Xander berhenti di sebuah pintu, membukanya dengan hati-hati. Terdapat sebuah lorong panjang nan gelap di dalamnya. Pria itu segera menyalakan lampu dari ponsel, kemudian bergerak menyusuri lorong yang hanya bisa dimasuki satu orang. Saking sunyi, ia bisa mendengar embusan napas dan jejak kakinya sendiri.

"Tuan Xander, sebaiknya kita kembali," ujar Govin seraya menurunkan pistol. Ia terkejut ketika tidak mendapati Xander berada di sisinya. “Tuan Xander."

Govin segera mencari keberadaan Xander. "Aku kembali lengah untuk kedua kalinya."

Govin memasuki satu per satu ruangan, menaiki tangga lantai dua, kemudian kembali turun. "Segera cari keberadaan Tuan Xander sekarang juga."

Govin bergerak ke arah belakang dengan napas yang terengah-engah. Ia tiba di depan sebuah pintu yang setengah terbuka. "Tuan Xander."

Govin membuka pintu lebih lebar. Dari kejauhan, pria itu melihat setitik cahaya kecil yang semakin meredup. la segera memberi tanda pada tiga pengawal yang berada di dekatnya. "Ikuti aku dengan segera!"

Di sisi berbeda, Xander masih berjalan menyusuri lorong dengan bantuan cahaya senter. Pria itu berhenti sesaat ketika mendengar suara jejak kaki yang bersahutan dari belakang. "Mungkinkah itu Govin?"

Xander melirik ke depan dan belakang bergantian, lantas memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Setitik cahaya tiba-tiba muncul dari arah depan dan semakin membesar seiring Xander yang terus bergerak maju. Jalan berubah menjadi turun yang cukup curam dan licin.

Xander semakin mempercepat langkah kaki dengan sebisa mungkin tidak menimbulkan suara dan tetap berhati-hati. Tubuhnya sudah diselimuti keringat dan di saat yang sama udara di tempat ini seakan semakain menipis.

Cahaya semakin membesar di mana titik-titik sinar tampak menerobos dari atap yang nyatanya diselimuti oleh akar-akar tanaman.

"Pintu keluar," gumam Xander yang kemudian berlari dengan tetap berhati-hati. Saat berhasil menerobos cahaya, ia berada di di tengah-tengah tanah sempit dengan empat jalan berbeada, satu jalan yang baru saja dilewatinya, tiga dengan jalan di kiri, kanan dan depan. Lampu berukuran cukup besar tampak menggantung di atas.

"Jalan mana yang harus aku lewati?" tanya Xander seraya mengamati ketiga jalan baru bergantian. Pria itu berusaha menenangkan diri, terpejam untuk meningkatkan konsentrasi. Ia merasakan angin yang berembus dari jalan yang berada di sebelah kiri.

Saat Xander akan berlari, tiba-tiba saja tangannya ditarik seseorang dari belakang.

"Tuan Xander," ujar Govin dengan napas terengah-engah, keluar dari lorong bersamaan tiga pengawal. “Syukurlah aku bisa menemukan Anda, Tuan. Itu tadi benar-benar berbahaya. Tuan tidak bisa pergi begitu saja tanpa memberitahuku lebih dulu."

Xander mengembus napas panjang. “Maafkan aku, Govin. Aku terbawa perasaan."

"Serahkan hal ini pada para pengawal, Tuan. Kita akan menunggu di mobil dan menunggu hasil dari mereka." Govin berniat menghubungi pengawal yang berada di luar, tetapi tidak tersambung karena masalah sinyal.

"Panggil pengawal lain untuk segera memerika tempat ini dan laporkan hasilnya dengan cepat," perintah Govin pada salah satu pengawal.

Pengawal itu kembali ke lorong dengan langkah cepat.

"Tuan, kita harus kembali," ujar Govin.

"Tapi Govin...." Xander menoleh pada jalan yang akan dilaluinya sebelum Govin dan tiga pengawal itu datang.

"Tuan, aku mohon." Govin menahan bahu Xander kuat-kuat. "Jika terjadi sesuatu yang buruk pada Anda, Tuan Sebastian tentu akan sangat bersedih. Semua rencana yang sudah kita susun akan hancur dan pada akhirnya orang-orang jahat di keluarga Ashcroft akan kembali bertindak buruk."

Xander menarik kembali kakinya, mengembus napas panjang. "Kau benar, Govin. Aku sepertinya terlalu menggebu-gebu untuk mengetahui siapa mereka sampai aku melupakan hal penting bagiku."

"Anda melakukan semua yang terbaik untuk Anda dan orang-orang yang Anda sayangi, Tuan. Hanya saja Anda terlalu gegabah dalam mengambil keputusan. Aku yakin kau akan menjadi peimpin yang hebat seperti mendiang Tuan Samuel."

"Terima kasih, Govin." Xander terpejam untuk menenangkan diri. la mengikuti Govin untuk kembali ke lorong.

Selepas keluar dari villa, Xander dan Govin kembali memasuki mobil. Keduanya melihat tayangan berisi para pengawal yang menyebar di sekeliling villa. Sayangnya, keadaan di jalan yang ditemukan Xander sama sekali tidak bisa ditayangkan di layar karena keterbatasan sinyal di dalam sana. Alhasil, Xander harus menunggu dengan tak sabaran.

Waktu terus beranjak sore. Langit mulai menguning di mana beberapa kawanan burung tampak berterbangan ke arah hutan. Setelah dua jam lamanya, para pengawal yang memeriksa jalan yang ditemukan Xander kembali dan mengabarkan jika mereka tidak bisa menemukan jejak ketiga pria tadi. Hal serupa juga dilaporkan oleh pengawal yang memeriksa sekeliling villa.

Xander dan Govin kembali menuju bandara. Selama berada di dalam pesawat menuju Royaltown, keduanya melihat hasil rekaman yang diberikan tim pencari di tiga jalan yang berbeda. Satu jalan mengarah ke jurang dalam, satu jalan mengarah ke arah hutan, sedang sisanya menuju sebuah jembatan rusak yang tidak bisa diseberangi. Sayangnya, ketiga pria itu sama sekali tidak bisa dijumpai dan tidak meninggalkan jejak apa pun.

"Tuan Xander, kita akan mengirim pasukan ke tiga jalan tersebut untuk menjelajahi tempat-tempat itu lebih lanjut. Saat ini, para pengawal dalam tahapan persiapan. Selain itu, kita akan tetap mengarahkan pasukan di sekitar villa dan hutan," kata Govin seraya mengalihkan tayangan pada persiapan para pengawal.

"Terima kasih, Govin." Xander mengembus napas panjang, menyandarkan punggung ke sandaran kursi. Tatapannya tertuju pada pemandangan kota yang seperti lautan cahaya di bawah sana.

"Govin, bagaimana dengan Dalton dan Ruby? Apakah mereka sudah pergi dari rumah?" tanya Xander ketika mengingat dua sepupu menyebalkannya.

Layar menunjukkan lorong-lorong di kediaman Xander. Kamera berpindah pada Dalton dan Ruby yang baru saja memasuki mobil dan meninggalkan halaman.

"Tuan Dalton dan Nona Ruby baru saja meninggalkan rumah, Tuan. Sepertinya mereka tidak bisa menemukan apa pun yang mereka cari-cari."

Xander tersenyum puas, kembali mengingat rencana makam malam besok malam. "Govin, pastikan makan malam besok malam berjalan dengan baik."

"Baik, Tuan."

1
Aina Arissa Shahran
🤣🤣🤣🤣govid mati kutu....xander hanya ingin menunaikan janjinya pada tuan Ethan...ndak juga sampai mempertahankan Evelyn di sisi MU...pantang betul orang yang suda membuang dan menghina mau tidur sebantal, menjijikkan betul...pilih la shofia😁
Aina Arissa Shahran
aduiii kenapa harus mempertahan Evelyn yg sudah menghina belum lagi orang nya...sampai di kawal keamanan segala...KO sudah jadi orang terkaya patutnya harus memilih orng yg betul betul layak mendampingi MU..orang yg benar-benar tulus...
Adri Pratama
lanjutkan thor
lily
up
Was pray
keputusan xander meninggalkan evelyn tepat sekali, masak sudah di hina habis habisan sewaktu dulu jadi suaminya evelyn, dan dijadikan babu masih tetap mengejar evelyn. itu artinya xander nggak punya harga diri
Jamal Arbie
lanjutkan
Andi mappangile Amphal
up
lily
up🐢
lily
up
Membo 69
keseringan awal MC dibuat tolol..ujung-ujungnya ntar jadi hebat ..😭
Membo 69
mc sampah..buat cerita manhua kebanyakan mirip mirip..😭😭
Glastor Roy
up
lily
up up
Andi mappangile Amphal
up
Cahaya Merah
lanjut...lagi tegang2nya
Rahmat BK
mantap...makin menegangkan konflik klg
lily
up
Eko Stew
matap
Was pray
xander babat habis keluarga arshcoft yg bersekongkol dlm pembunuhan samuel
lily
lanjut 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!